Minggu, 25 November 2018 0 komentar

15 Rabiul Awal 1440 H (23 November 2018)

بسم الله الرّحمن الرّحيم

  1. Al-Imam Ghazali berkata: Sesungguhnya seorang muslim yang mendapatkan pertolongan dari Allah SWT niscaya dia mengungguli derajat orang yang berpuasa di siang hari dan menjalankan sholat di malam hari disebabkan akhlaqnya. (13:25 WIB)
  2. Orang yang berilmu memiliki akhlaq itu lebih utama dari yang berilmu tetapi tidak memiliki akhlaq dan tidak lebih utama orang berilmu yang tidak memiliki akhlaq dari orang yang bodoh tetapi memiliki akhlaq. (13:26 WIB)
  3. Seorang yang tidak memiliki ilmu tidak akan mengetahui akan perkara dirinya, maka tanyakanlah dirimu kepada orang sholeh dan ulama agar kau mengetahui kebodohanmu, sehingga kamu termasuk orang yang berakhlaq. (13:27 WIB)
  4. Seburuk-buruk akhlaq ialah mereka yang sujud dan beribadah kepada Allah SWT semata-mata mengharap dunia, karena termasuk hamba yang tidak bersyukur. (13:27 WIB)
  5. Orang yang cerdas selalu menganggap hidup ini adalah membawa amanat dan penuh dosa, sehingga mereka beribadah bagaimana mengemban amanat dan memohon ampun kepada Allah SWT. (13:28 WIB)
  6. Orang yang wajib masuk neraka adalah mereka yang menuntut ilmu tetapi mengharapkan keuntungan dunia. (13:28 WIB)
  7. Ketahuilah di dalam majelis itu adalah tempat menuntut ilmu dan tempat mencari bekal untuk mati dan mengenal Tuhannya. Apabila kamu mencari dunia ketahuilah majelis itu bukanlah kantor dan berkacalah pada dirimu apakah kamu sudah pantas untuk duduk di majelis ilmu tetapi hatimu masih ada keinginan terhadap dunia. (13:30 WIB)
  8. Janganlah kamu terpedaya menuntut ilmu karena dunia dan meninggalkan majelis ilmu karena dunia. (13:30 WIB)
  9. Banyak orang sekarang datang ke majelis bukan karena Allah SWT, mereka datang dan menyumbang berharap mendapatkan jabatan, pangkat, harta dan segala bentuk urusan dunia. (13:32 WIB)
  10. Tidak disebut orang yang menuntut ilmu yang dalam sehari tidak mengamalkan surat Al-Ikhlas 1000x. (13:32 WIB)
  11. Ilmu itu sejatinya terdiri dari 4 bagian:
    1. Tauhid
    2. Akhlaq
    3. Fiqih
    4. Tarikh
  12. Barangsiapa semasa hidupnya mencari selain Allah SWT, maka jangan berharap apabila meninggal kelak akan berjumpa dengan Allah SWT, melainkan dia akan berjumpa dengan apa yang dicari selama di dunia. Namun, apabila yang dicari dunia, maka kelak dia akan berjumpa dengan dunia dan ketahuilah dunia itu tercela bagi Allah SWT. (13:37 WIB)
  13. Yang berdiri di depan makam Rasulullah SAW saja banyak dari mereka yang membaca sholawat tetapi tidak mengetahui dan merasakan kehadiran Rasulullah SAW. Apalagi mereka yang jauh adalah orang yang buta, bukan buta matanya tetapi buta mata hatinya. (13:38 WIB)
  14. Sesungguhnya perayaan maulid Rasulullah SAW itu tidaklah hanya bersholawat melainkan juga komitmen diri untuk mengikuti perbuatan Nabi Muhammad SAW yang telah disunnahkan (ittiba'). (13:39 WIB)
  15. Malulah kamu sebagai murid apabila tidak bisa melaksanakan apa yang dinasehatkan oleh guru, dan banyak sekali pelanggaran yang diperbuat. (13:40 WIB)
  16. Orang takwa adalah orang yang takut dan berharap kepada Allah SWT, dan mereka adalah golongan yang mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. (13:42 WIB)
  17. Setiap orang yang bertakwa selalu mendapatkan petunjuk, dan apabila manusia itu diberikan petunjuk niscaya dia akan mengetahui setiap kesalahannya, dan dia mengetahui karena memiliki ilmu, mustahil orang yang tidak berilmu itu dapat bertakwa. (13:44 WIB)
  18. Orang yang bertakwa selalu menggunakan ilmunya untuk mendapatkan petunjuk dari Tuhannya dan merekalah orang-orang yang berakal disisi Allah SWT. (13:45 WIB)
  19. Janganlah kamu memaksakan diri untuk menjadi orang yang berakal, karena orang yang berakal itu memiliki hati, dan hati itu adalah bentuk cahaya dari Allah SWT. (13:46 WIB)
  20. Apabila dirimu merasa lemah akal janganlah dipaksakan untuk menjadi setengah akal, dan orang yang tidak berakal ini adalah orang yang beribadah tetapi menginginkan dunia, namanya bisa jadi besar dibumi tetapi tidak ada akhirat. (13:47 WIB)
  21. Apapun bentuk ibadah selain Allah SWT niscaya ditolak, dan janganlah kamu marah apabila mendapatkan penolakan dari Allah SWT. (13:49 WIB)
  22. Apabila kamu ibadah tidak terhalang oleh apapun, dan tidak memandang siapapun kecuali memandang hanya Allah SWT maka lenyaplah semua permukaan bumi ini sehingga tampaklah sifat-sifat sesungguhnya yaitu fana'. (13:50 WIB)
  23. Manusia yang lahir itu semuanya adalah suci tetapi manusia itu sendiri yang mengotori diri dengan hawa nafsunya sendiri, sehingga dia kembali ke hadapan Allah SWT tidak lagi seperti dulu awal penciptaannya. (13:52 WIB)
  24. Barangsiapa menyebut kalimat syahadat sesungguhnya dia telah mengambil komitmen untuk mempertanggung jawabkan apa yang telah di ikrarkannya. (13:54 WIB)
  25. Sesungguhnya Allah SWT menciptakanmu dalam keadaan merdeka dan jadikanlah dirimu seperti halnya awal penciptaanmu. (13:55 WIB)
  26. Allah SWT jadikan manusia permulaannya adalah seperti bayi, suci, fitrah, tidak ada dosa, selalu menangis, dan kembalilah juga kelak dengan seperti itu. (13:56 WIB)
  27. Manusia yang lahir itu semuanya adalah suci tetapi manusia itu sendiri yang mengotori diri dengan hawa nafsunya sendiri, sehingga dia kembali kehadapan Allah SWT tidak lagi seperti dulu awal penciptaannya. (13:57 WIB)
  28. Manusia yang mampu kembali keadaan fitrahnya dia akan mampu menyingkap rahasia yang ada di alam semesta ini. (13:59 WIB)
  29. Banyaknya manusia yang menangis bukan menangisi amal ibadahnya tetapi menangis disebabkan apa yang menjadi kenikmatan dicabut oleh Allah SWT. (14:00 WIB)
  30. Sesungguhnya manusia itu sebelum menipu Allah SWT dia telah menipu dirinya sendiri dan termasuk orang yang tertipu dan merugi. (14:01 WIB)
  31. Orang yang ibadah bukanlah sebagai bentuk syarat, tetapi komitmen dan tanggung jawab terhadap Allah SWT. (14:02 WIB)
  32. Orang yang munafik itu sesungguhnya najis, bisa saja dia mensucikan dhahirnya tetapi batinnya dibiarkan kotor. (14:09 WIB)
  33. Sesungguhnya manusia itu menuju kerugian, mereka menuju selain kepada Allah SWT, dia berharap selain Allah SWT, berdoa selain Allah SWT. (14:15 WIB)
  34. Banyaknya manusia meminta nasehat kepada ulama, tetapi sebaik baik nasehat adalah nasehat dari dirimu sendiri. (14:16 WIB)
  35. Tanyakanlah pada dirimu sendiri perihal ibadah dan amal solehmu sebelum kamu ditanya didalam alam kubur. (14:16 WIB)
  36. Orang yang setengah akal itu adalah bagaimana mencari dunia untuk membeli akhirat, dan orang yang tidak berakal adalah bagaimana mencari dunia meskipun itu lewat akhirat, dan orang yang berakal murni hidupnya untuk mencari ridha Allah SWT. (14:17 WIB)
  37. Sesungguhnya banyak kesempatan untuk beribadah tetapi manusia menyiakan waktu, mereka hidup seakan-akan merasa umurnya panjang, padahal kematian itu tidak melihat usia. (14:18 WIB)
  38. Janganlah kamu menyiakan umurmu, waktumu, kesempatanmu yang tidak akan kembali lagi masa itu. (14:19 WIB)
  39. Janganlah menganggap perbuatan kecil itu remeh bisa jadi itu mendapatkan ridha Allah SWT, dan janganlah meremehkan dosa sekecil apapun bisa jadi itu membuat marahnya Allah SWT. (14:20 WIB)
  40. Seorang muslim itu apabila mendapatkan musibah itu pasti merasa susah, tetapi bagi orang mukmin itu adalah sebuah hadiah dan hiburan. (14:24 WIB)
  41. Andaikan manusia itu tahu kemuliaan dan besarnya hadiah dari sebuah ujian yang diberikan oleh Allah SWT niscaya setiap hari dia akan selalu meminta ujian kepada Allah SWT. (14:24 WIB)
  42. Apabila manusia ini merasa dunia ini adalah tujuan maka tunggulah kebangkrutan, harta dan anakmu semuanya menjadi tidak bermanfaat. (14:27 WIB)
  43. Orang beristighfar sedikit sekali yang benar-benar meminta ampun kepada Allah SWT, karena tidak merasakan dalam hatimu melainkan hanya lisanmu yang terbiasa dan hafal atas bacaan tersebut. Dan Istighfar yang sesungguhnya dapat merontokkan semua dosa, sehingga merubah tabiat dan diberikan kekuatan untuk beribadah kepada Allah SWT. (14:39 WIB)
  44. Orang yang tidak beristighfar tidak akan merubah perilaku yang buruk, beristighfar tetapi tidak merubah kebiasaan disebabkan penuh kelalaian membacanya, dan tidak berani meninggalkan kebiasaan buruk dan teman yang buruk. (14:41 WIB)
  45. Sempitnya rezekimu disebabkan banyaknya dosa, tetapi tidak segera meminta ampun dan bertaubat, lebih buruk lagi dia tidak merasakan dosa-dosanya. (14:42 WIB)
  46. Bukti istighfar itu adalah pengakuan untuk meminta ampun, dan ampunan itu diberikan membutuhkan perbuatan yang mana perbuatan itu disenangi oleh Allah SWT. (14:43 WIB)
  47. Barangsiapa yang tidak menjalankan sunnah lenyaplah amalan wajib, dan barangsiapa tidak menjalankan amalan wajib maka lenyaplah iman. (14:44 WIB)
  48. Akses dari dzikir itu menentramkan hati dan menghilangkan masalah, tidak disebut dzikir yang justru semakin bertambah beban dan masalahnya. (14:50 WIB)
  49. Orang yang selalu berdzikir kepada Allah SWT niscaya tentram hatinya. (14:51 WIB)
  50. Tidaklah berarti duduk setiap hari dengan guru tetapi hatinya jauh dari guru, lebih jadilah murid yang walau jauh badannya tetapi hatinya dekat, murid yang dekat dengan gurunya walaupun jauh dimanapun dia berada akan berjumpa setiap malam diatas sajadahnya. (14:55 WIB)
  51. Ketika meminta balasan amal, bagaimana mungkin kamu meminta balasan dari amal yang kamu kerjakan, padahal amal ibadah itu juga pemberian Allah SWT. (14:58 WIB)
  52. Manusia yang beramal ibadah dengan ikhlas dia tidak mengharapkan balasan melainkan dia datang penuh dengan kecintaan menghadap Allah SWT. (15:01 WIB)
  53. Bentuk terkabulnya doa, dan bertambah kemuliaan adalah semakin deras ujian yang datang kepada seorang hamba, apabila dia bersabar dan tidak bersabar maka bertambah lagi kemuliaan dan ujiannya. (15:05 WIB)
  54. Orang yang baik adalah orang yang berbuat baik, dan bentuk kebaikan itu adalah berasal dari Allah SWT. (15:05 WIB)
  55. Selama manusia itu condong hatinya berbuat baik niscaya dia akan mampu berbuat baik, meskipun sebatas niat baik, dan mustahil kebaikan itu dilaksanakan apabila niat saja dia tidak punya. (15:06 WIB)
  56. Hidup ini adalah perbuatan nyata, bagaimana mungkin manusia mendapatkan kebaikan apabila tidak pernah berbuat baik, seperti halnya manusia tidak akan memanen atau memetik apabila dia tidak pernah menanam. (15:09 WIB)
  57. Janganlah kamu bermimpi mendapatkan sesuatu tanpa melakukan sesuatu, seekor keledai saja hanya untuk mendapatkan makan dia harus menjadi tunggangan dan mengangkat beban. (15:09 WIB)
  58. Sesungguhnya Surat Al-Fateha itu adalah shadaqah yang tidak terdeteksi, maka banyak-banyaklah engkau mengirim doa kepada saudara sesama muslim. (15:43 WIB)
  59. Tidak ada yang mampu melepaskanmu dari sifat Takabur dari dirimu melainkan kamu telah menyaksikan sifat Takabur Allah SWT. (15:22 WIB)
  60. Manusia yang tidak mengetahui sifat kebesaran Allah SWT dia pasti menjadi orang yang takabur, tetapi saat dia mengetahui kebesaran Allah SWT niscaya dia mengetahui betapa kecil dirinya. (15:22 WIB)
  61. Sifat murah itu diberikan kepada manusia disebabkan dia mengetahui kemurahan dari Allah SWT. (15:24 WIB)
  62. Janganlah kamu bermimpi untuk menambah apabila tidak mau dikurangi, dan apabila hendak dikali hendaknya dia berbagi. (15:25 WIB)
  63. Rasulullah SAW bersabda: terdapat 6 perkara yang termasuk amal sholeh
    1. Mengangkat senjata untuk memerangi musuh Allah SWT
    2. Berpuasa dimusim kemarau 
    3. Sabar dalam musibah atau kesulitan hidup 
    4. Tidak suka berdebat sekalipun dia pada pihak yang benar
    5. Sholat tepat pada waktunya
    6. Menyempurnakan wudhunya. (15:37 WIB)
  64. Kebajikan yang kita amalkan itu bukan untuk orang lain, melainkan untuk dirimu sendiri dan keluargamu. (15:48 WIB)
  65. Janganlah kamu egois hanya berdoa untuk dirimu sendiri, tetapi doakanlah anak-anakmu agar mereka menjadi anak yang soleh dan soleha sehingga menjadi tabunganmu kelak di akhirat. (15:51 WIB)
  66. Rajinlah dalam berdoa, setiap waktu setiap saat walaupun doa itu ada yang dikabulkan langsung ada yang ditunda, tetapi semua doa itu pasti akan dikabulkan dan yang tertunda menjadi tabunganmu kelak di akhirat. (15:53 WIB)
  67. Orang yang bodoh dan lemah akal itu selalu bicara mengenai perihal rejeki. (15:56 WIB)
  68. Karomah yang terbaik adalah ketika kamu mengenal tentang Allah SWT dan senang terhadap segala keputusannya. (16:03 WIB)
  69. Janganlah kamu sibuk dengan karomah dan pemberian Allah SWT tetapi bahagialah apabila kamu dipandang oleh Allah SWT, maka orang menuntut ilmu itu jangan mencari karomah tetapi carilah istiqomah. (16:05 WIB)
  70. Barangsiapa yang ingin ditinggikan derajatnya maka berkorbanlah. (16:11 WIB)
  71. Ilmu itu tidak akan mendapatkan balasan selama itu belum diamalkan. (16:17 WIB)
  72. Tidaklah berarti orang yang belajar dan bertanya tentang ilmu tetapi tidak memiliki keyakinan dan tidak pernah dilaksanakan, dan termasuk orang yang rugi dan membuang waktu. (16:19 WIB)
  73. Janganlah kamu melaksanakan sesuatu amalan yang kamu tidak mampu, dan jangan pernah menjadi orang lain, dan jangan menginginkan sesuatu yang ada ditangan orang lain. (16:27 WIB)
Minggu, 18 November 2018 0 komentar

8 Rabiul Awal 1440 H (16 November 2018)

بسم الله الرّحمن الرّحيم

    1. Rasulullah SAW bersabda: "Seseorang akan masuk surga berkat syafaat dari salah seorang umatku seperti halnya Rabiah dan Muhdar, mereka masuk surga berkat syafaat dari Uwais Alqarni". (13:40 WIB)
    2. Seseorang itu akan masuk surga apabila mendapatkan syafaat, dan syafaat itu diperoleh dengan cara memiliki guru yang bersanad. (13:40 WIB)
    3. Orang yang tidak menyambung kepada gurunya tidak akan mendapatkan syafaat, disebabkan dia terlalu mencintai dunia. (13:42 WIB)
    4. Banyaknya manusia mengaji dan mengakui gurunya sedangkan gurunya belum tentu mengakuinya sebagai murid, kelak di akhirat dia tidak akan mendapatkan syafaat. (13:44 WIB)
    5. Orang yang mendapatkan syafaat adalah orang yang dekat dengan gurunya, dan dekat itu adalah urusan hati bukan jasad. (13:46 WIB)
    6. Manusia yang dekat dengan gurunya adalah yang tersambung batinnya walaupun jauh, sedangkan tidak disebut dekat dengan gurunya walaupun setiap hari bersama gurunya tetapi hatinya menginginkan dunia. (13:47 WIB)
    7. Janganlah kamu mencari rezeki dunia lewat urusan akhirat, karena rezeki dunia dicari dengan urusan dunia, rezeki akhirat dengan urusan akhirat. (13:48 WIB)
    8. Rezeki dunia adalah harta, makanan, dan kebutuhan hidup lainnya, maka carilah dengan urusan dunia salah satunya dengan berdagang, dan rezeki akhirat adalah pahala, syafaat carilah dengan urusan akhirat yaitu menuntut ilmu dan beribadah. (13:49 WIB)
    9. Rasulullah SAW bersabda kepada Harits: "Setiap kebenaran tentu memiliki hakikat, lalu apa hakikat keimananmu?" maka Harits menjawab "Aku berusaha menjauhkan diri dari dunia, tidak tidur malam hari, haus disiang hari, dan seakan-akan aku melihat Tuanku yang begitu terang dan jelas."  (13:50 WIB)
    10. Manusia yang menginginkan dunia, meski ibadah ratusan tahun malaikatpun tak akan mau mendekat kepadanya. (13:54 WIB)
    11. Dizaman Habib Ali Al-Habsyi penulis Kitab Maulid Simthud Dhurar banyaknya murid sebagian besar mereka menuntut ilmu tetapi mencari dunia, dan tidak mampu melepaskan diri dari urusan materi dunia, apalagi dizaman saat ini. (13:55 WIB)
    12. Jadikanlah dirimu dizaman ini menjadi orang yang mentaati perintah dari gurumu, laksanakan yang kamu mampu, dan tinggalkan yang berat, dan jangan coba-coba untuk memasuki wilayah tasawuf. (13:57 WIB)
    13. Kedudukan seorang guru itu selalu mengetahui apa yang dirasakan oleh muridnya, tetapi muridnya tidak akan mengetahui apa yang dirasakan gurunya. (13:58 WIB)
    14. Jadikanlah dirimu selalu taat kepada gurumu, dan bebaskanlah hatimu untuk tidak bersiasat kepadanya, niscaya hatimu akan selalu gembira. (13:59 WIB)
    15. Dizaman saat ini manusia menuntut ilmu di Majelis sebatas hanya untuk memahami ilmu saja, tetapi untuk melaksanakannya sedikit sekali yang mampu, karena membutuhkan totalitas dan persyaratan yang berat. (14:01 WIB)
    16. Apa yang diputuskan Allah SWT itu adalah yang terbaik untuk dirimu, janganlah memaksa niscaya Allah SWT memiliki sifat Al-Qohar yang akan memukulmu. (14:03 WIB)
    17. Menuntut ilmu itu bukanlah dilihat dari jumlah banyak atau sedikitnya, melainkan dilihat dari manfaatnya. (14:07 WIB)
    18. Apabila sedikit sekali ilmu yang kamu dapat dari Majelis ilmu sesungguhya Allah SWT mencegah dirimu dari kejahatan ilmu yang tidak bermanfaat. (14:08 WIB)
    19. Segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT itu selalu memiliki kebaikan sekalipun itu adalah sebuah keburukan. (14:09 WIB)
    20. Sesungguhnya rahasia Allah SWT itu disembunyikan didalam hati para hambanya, dan hanya para hambanya yang ahli rahasia yang dapat membaca segala rahasia-rahasia Allah SWT. (14:11 WIB)
    21. Pola pikir manusia itu tergantung dari bagaimana dia beribadah kepada Tuhannya. (14:13 WIB)
    22. Hakikat pertolongan itu diberikan kepada orang yang merasa sendiri dan tidak memiliki apa-apa. (14:14 WIB)
    23. Hidup jangan terlalu dibawa mimpi, kehidupan dunia itu seperti mimpi, kenikmatannya sedikit masalahnya banyak. (14:16 WIB)
    24. Andaikan maksiat itu merupakan sesuatu yang sengaja aku pilih untuk diriku, tentu hal itu tidak akan membuatku bersedih hati. (14:20 WIB)
    25. Orang iman itu tidak memandang sedikit banyaknya rezeki yang diterima, karena hatinya tertuju kepada Yang Memberi bukan apa yang diberi. (14:23 WIB)
    26. Janganlah kamu memikirkan dunia ini sampai setengah mati, tetapi matikanlah dirimu sehingga berbekal mati. (14:27 WIB)
    27. Barangsiapa yang memisahkan urusan dunia dan akhiratnya niscaya dia akan selamat. (14:37 WIB)
    28. Perjuangan tidak akan mengubah takdir, semangat dan cita-cita tinggi tidak akan mampu menembus benteng takdir. (14:46 WIB)
    29. Apa yang sudah ditakdirkan Allah SWT itu tidak akan mampu manusia merubahnya, maka letakkanlah urusanmu kepada Allah SWT. (14:48 WIB)
    30. Apabila urusan dunia lihatlah yang berada dibawahmu niscaya kamu akan bersyukur, dan apabila urusan akhirat lihatlah yang ada diatasmu niscaya kamu akan semangat dalam beribadah. (14:50 WIB)
    31. Orang yang buta mata hatinya adalah mereka yang mencari sesuatu yang telah dijamin oleh Allah SWT, dan lalai terhadap apa yang telah diwajibkan. (14:53 WIB)
    32. Barangsiapa yang mengetahui bahwa dunia itu adalah alat, saat dia mendapatkan tidak terlalu senang, dan segera menjadikannya benda yang bermanfaat. (14:55 WIB)
    33. Ikhlaslah dalam berdoa dan beribadah, sampai datang keputusan Allah SWT kepadamu bukan kamu yang memutuskan. Dan barangsiapa yang berdoa sampai lupa hajatnya, niscaya Allah SWT akan memberikan lebih dari apa yang dimintanya. (15:01 WIB)
    34. Barangsiapa senang berdoa kepada Allah SWT niscay Allah SWT juga akan senang memberi hamba tersebut. (15:02 WIB)
    35. Allah SWT itu tidak akan bereaksi terhadap hambanya apabila tidak ada aksi, selama manusia itu tidak berdoa mustahil Allah SWT akan mengabulkan. (15:07 WIB)
    36. Allah SWT itu bersama sangka hambanya, tidak terkabulnya doa itu disebabkan tidak terpenuhinya hak-hak Allah SWT, andaikan mendapatkan itu bukan dari Allah SWT melainkan dari akal dan pikiranmu. (15:14 WIB)
    37. Sesungguhnya Allah SWT itu tidak pernah menangguhkan doa, tetapi manusia itu sendiri yang membuatnya menjadi tertunda. (15:18 WIB)
    38. Murid yang cerdas dia akan selalu mendatangi gurunya untuk meminta ujian agar segera naik kedudukannya. (15:25 WIB)
    39. Barangsiapa yang mendapatkan perintah dan amanat dari gurunya niscaya dia akan ditunggu kemuliaan dan kemudahan dalam kehidupannya. (15:26 WIB)
    40. Amanat dari guru itu sejatinya dapat mempercepat doamu, dan barangsiapa menunda amanat niscaya doanya juga akan tertunda. (15:27 WIB)
    41. Bentuk dzikir apapun yang selain Allah SWT niscaya akan semakin jauh dari Allah SWT, maka teruslah latih dirimu untuk senantiasa berdzikir kepada Allah SWT. (15:33 WIB)
    42. Allah SWT menciptakan dunia sejatinya sangat kecil bahkan bagi orang berilmu tidak lebih besar dari sayap nyamuk. (15:40 WIB)
    43. Orang yang bertafakkur itu selalu teliti terhadap segala sesuatu, mustahil orang yang selalu lengah dan lalai dapat bertafakkur kepada Allah SWT. (15:52 WIB)
    44. Barangsiapa yang sibuk memperhatikan sesuatu yang tidak diperhatikan Allah SWT, niscaya dia tidak akan mendapatkan perhatian Allah SWT. (15:53 WIB)
    45. Janganlah kamu kagum dengan segala keindahan ciptaannya, apalagi hanyut terhadap sesuatu yang melupakan Allah SWT, ketahuilah bahwa sejatinya itu adalah bentuk perumpamaan bagi hambanya yang berpikir. (15:55 WIB)
    46. Orang yang bersyukur dia tidak akan memikirkan apa yang terjadi esok hari, apa yang didapatkannya hari ini itulah pemberian Allah SWT kepadanya. (15:57 WIB)
    47. Orang yang banyak dzikir pasti sedikit mikir, dan orang yang banyak mikir pasti sedikit dzikir. (16:02 WIB)
    48. Hakikat orang yang mengetahui pertolongan Allah SWT adalah mereka yang bertakwa, dan tidaklah seseorang itu mendapatkan pertolongan dari Allah SWT apabila belum bertakwa. (16:04 WIB)
    49. Sungguh celaka orang yang sibuk dengan pemberianNya, dan sungguh beruntung orang yang sibuk dengan Allah SWT. (16:06 WIB)
    50. Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah SWT mempunyai beberapa hamba yang diciptakannya untuk melayani kebutuhan manusia, Allah SWT telah bersumpah bahwa tidak akan menyiksa mereka dengan api neraka dihari kiamat kelak, mereka diatas mimbar dari cahaya dan bercakap dengan Allah SWT, sedang semua manusia lagi menghadapi perhitungan atas amal mereka." (16:09 WIB)
    51. Sesungguhnya dunia ini akan sirna, dan orang yang cinta dunia ini akan sirna imannya, maka keluarkanlah dunia dari hatimu yang dapat membinasakan. (16:10 WIB)
    52. Bila hati telah terbelenggu oleh dunia, maka akan susah terlepas dari belenggu tersebut dan dapat menambahkan cabang-cabang lainnya yang berupa kerakusan dan tidak akan pernah merasa cukup dengan apa yang dimilikinya. (16:11 WIB)
    53. Hakikat cukup itu adalah Allah SWT yang mencukupimu bukan kamu yang mencari kecukupan. (16:12 WIB)
    54. Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad telah merangkum sebuah doa yaitu: "Ya Kafi, Ya Mughni, Ya Fattah, Ya Razzaq." dimana Ya Kafi itu artinya adalah Yang Maha Mencukupi, Ya Mughni Yang Maha Kaya, Ya Fattah Yang Maha Membuka, Ya Razza Yang Maha memberi rezeki, dan barangsiapa yang telah dicukupi niscaya dia termasuk orang kaya, dan barangsiapa yang hatinya telah kaya terbukalah segala urusannya menjadi lapang dan mudah, kemudian diakhirkan bahwa apabila manusia itu sudah cukup, kaya, segala urusan mudah maka bersyukur bahwa itu adalah rezeki dari Allah SWT. (16:18 WIB)
    55. Apabila manusia itu selalu merasa cukup niscaya tidak akan peduli terhadap apa yang lebih, dan apabila manusia itu tidak pernah merasa cukup niscaya akan selalu mencari sesuatu selain Allah SWT. (16:20 WIB)
    56. Hawa nafsu itu keluar dari hati apabila ada rasa takut yang menggetarkan dan rasa rindu yang menggelisahkan didalam hati. (16:20 WIB)
    57. Selama manusia itu mencintai dunia niscaya mustahil manusia akan takut kepada Allah SWT, karena yang menjadi ketakutannya adalah takut menjadi miskin, bukan takut amalnya tidak diterima, takut tidak bisa masuk surga.  (16:21 WIB)
    58. Mustahil manusia itu akan merasakan rindu kepada Rasulullah SAW selama dihatinya masih menginginkan dunia, walaupun setiap hari mulutnya senantiasa menyebut nama Nabi Muhammad SAW. (16:22 WIB)
    59. Sejatinya manusia itu selalu takut akan rugi perniagaannya tetapi tidak takut akan kerugian dalam amal ibadah akhiratnya. (16:23 WIB)
    60. Barangsiapa yang ingin berubah nasibnya, maka rubahlah tabiatmu, dan mustahil manusia dapat merubah tabiat melainkan dia mendapatkan pertolongan dari Allah SWT. (16:24 WIB)
    61. Tidak akan manusia itu dapat menghilangkan kecintaan terhadap dunia, selama dihatinya masih tertancap pohon dunia, selama itu dipotong maka akan tumbuh lagi, maka cabutlah sampai akarnya. (16:25 WIB)
    62. Apabila manusia itu menganggap dunia ini sangat berarti pasti dia akan menganggap akhirat itu tidak berarti, bergitupun sebaliknya apabila akhirat ini dianggap sesuatu yang berarti niscaya dunia ini tidaklah berarti. (16:26 WIB)
    63. Dosa dapat mengingatkan karunia Allah SWT, kadang dosa menghampirimu agar dirimu mengetahui tentang karunia Allah SWT. (16:27 WIB)
    64. Barangsiapa yang mengetahui kebesaran Allah SWT niscaya dia melihat dunia ini sangatlah kecil. (16:28 WIB)
    65. Barangsiapa yang melihat dunia ini besar dan berarti niscaya dia akan menganggap Allah SWT itu kecil dan tidak berarti. (16:28 WIB)
    66. Orang yang kuat itu dia tidak membutuhkan apa-apa, dan termasuk orang yang lemah apabila menggantungkan segala urusannya kepada mahluk yang lainnya. (16:30 WIB)

Minggu, 11 November 2018 0 komentar

1 Rabiul Awal 1440 H (09 November 2018)

بسم الله الرّحمن الرّحيم

  1. Banyaknya orang yang datang menuntut ilmu adalah salah  niat, datang menuntut ilmu berharap untuk menjadi seperti gurunya. (13:44 WIB)
  2. Kemuliaan itu diletakkan kepada takwa yang penuh dengan ujian dan hinaan, maka di akhir zaman ini apabila kamu mencari Guru sejati, carilah guru yang banyak di fitnah oleh orang itulah tanda-tanda akan datangnya kemuliaan. (13:49 WIB)
  3. Barangsiapa yang menuntut ilmu bersedia menerima kehinaan dan kerendahan niscaya dia akan meraih kemuliaan.  (13:50 WIB)
  4. Sesungguhnya kedudukan habaib itu sangatlah tinggi, bahkan 1000 kyai apabila dibandingkan dengan 1 orang habaib yang tidak memiliki ilmu masih lebih tinggi kedudukan para cucu Rasulullah SAW. (13:52 WIB)
  5. Seorang ulama menjadi tinggi disebabkan memiliki sifat Rasulullah SAW, sedangkan para Habaib mereka memiliki zat Rasulullah SAW. (13:54 WIB)
  6. Apabila kamu ingin mendapatkan cinta Allah SWT dan Rasulullah SAW niscaya akan didatangkan dalam hidupmu semua manusia yang kamu benci, apabila kamu marah maka cintamu adalah dusta. (13:56 WIB)
  7. Manusia yang memiliki kecintaan terhadap Allah SWT dibersihkan hatinya dari sifat sangka buruk terhadap orang lain. (13:57 WIB)
  8. Janganlah engkau marah terhadap orang yang menipumu, ketahuilah bukankah dirimu juga menipu Allah SWT dalam setiap ibadah dan doamu, namun Allah SWT tetap memandang dirimu. (13:58 WIB)
  9. Manusia yang selalu memandang kebesaran Allah SWT dia senantiasa berdoa, bahkan apabila dia memandang keburukan dihadapannya, dia tetap bersangka baik dan berdoa memohonkan kebaikan atas keburukan yang ada dihadapannya. (14:01 WIB)
  10. Dizaman yang rusak ini apabila dirimu susah dalam mencari guru maka perbanyaklah bersholawat kepada Rasulullah SAW. (14:06 WIB)
  11. Ibadah seperti apapun mustahil kamu dapat berjumpa Rasulullah SAW tanpa melalui Sayyidina Ali bin Abi Thalib, karena beliaulah puncak dari ilmu. (14:13 WIB)
  12. Barangsiapa ingin cepat berjumpa dengan Rasulullah SAW hendaknya dia mendekat dengan para Habaib. (14:13 WIB)
  13. Berjumpa dengan Nabi Khidir adalah puncak dari semua ilmu, dan selalu disertai dengan sesuatu yang tidak kamu sukai, apabila hatimu marah niscaya kamu akan berakhir dengan su'ul khatimah karena telah menghina ilmu.  (14:16 WIB)
  14. Apabila manusia ingin berjumpa dengan Allah SWT janganlah kamu membawa dunia, karena dunia itu adalah sesuatu yang dibenci oleh Allah SWT. (14:17 WIB)
  15. Sesungguhnya yang menjadi wali itu bukanlah mereka yang banyak ibadahnya, melainkan mereka yang bergerak dan berjuang dijalan Allah SWT sehingga bermanfaat. (14:22 WIB)
  16. Sesungguhnya tidak akan pernah ada yang namanya bekas guru, yang ada hanyalah bekas murid. (14:29 WIB)
  17. Kehendak ikhlas dalam beramal adalah untuk mengagungkan Allah SWT, melaksanakan perintah Allah SWT, meraih balasan dan pahala dari Allah SWT, dan membersihkan hati dari segala kekotoran. (14:31 WIB)
  18. Sesungguhnya bentuk ikhlas itu adalah pemberian dari Allah SWT. Begitu pula cinta, manusia tidak akan bisa cinta kepada Allah SWT sebelum dia mendapatkan cinta itu sendiri dari Allah SWT. (14:32 WIB)
  19. Manusia yang memberi makan tetapi untuk kepentingan dirinya dan berharap sesuatu balasan, sesungguhnya itu bukanlah termasuk orang yang memberi makan melainkan dia memakan orang, karena hakikatnya orang memberi makan adalah dia mengetahui rasa lapar dan bentuk bersyukur atas apa yang dimakannya. (14:34 WIB)
  20. Segala sesuatu keajaiban yang dipamerkan dihadapan orang banyak sesungguhnya itu bukanlah karomah melainkan istidraj. (14:44 WIB)
  21. Makna Al-Fana adalah menampakkan keagungan dan kebesaran Allah SWT terhadap hambanya sehingga dapat melupakan dunia dan akhirat, lupa derajat, lupa keadaan, lupa kedudukan, lupa dzikir, bahkan lupa dari segalanya, lupa dirinya, bahkan lupa bahwa dirinya sedang lupa. (14:51 WIB)
  22. Al-Karim adalah apabila kemampuannya tidak diragukan lagi. Dia yang apabila berjanji, menepati janjinya, bila memberi ia melampaui batas harapan, tidak peduli berapa dan kepada siapa dia memberi dan tidak rela bila ada kebutuhan dia memohon kepada selain-Nya atau meminta pada orang lain. (15:05 WIB)
  23. Seorang hamba tidak akan sampai kepada hakikat tawadhu' kecuali dia mendapati seberkas sinar musyahada (kesaksian didalam hatinya). (15:09 WIB)
  24. Sesungguhnya bukanlah doa itu ditolak oleh Allah SWT, melainkan manusia itu masih melakukan sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT. (15:14 WIB)
  25. Manusia yang beribadah puluhan tahun tetapi ternyata sia-sia apa yang dilakukannya disebabkan ibadahnya salah niat. (15:16 WIB)
  26. Barangsiapa yang dhahirnya menyebut Allah SWT tetapi hatinya menginginkan dunia sesungguhnya dia termasuk orang yang syirik, dan termasuk golongan orang yang syirik khofi. (15:16 WIB)
  27. Orang yang beriman dia tidak akan takut akan kematian, dan orang yang cerdas adalah orang yang banyak mengingat mati dan berbekal. (15:22 WIB)
  28. Rasulullah SAW bersabda: "Apabila kamu dalam keadaan junub, lantas ingin makan dan minum berwudhulah." (15:23 WIB)
  29. Habib Zein bin Ibrahim Smith berkata: Barangsiapa yang makan dan minum dalam keadaan tidak berwudhu atau junub, maka itu akan menutup rezeki. (15:24 WIB)
  30. Barangsiapa yang memakan makanan halal, lalu dia memakannya dalam keadaan suci, niscaya makanan itu akan menjadi penguat dirinya dalam beribadah kepada Allah SWT. (15:25 WIB)
  31. Riwayat dari Abu Hurairah r.a bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: "Apakah kalian lemas menyetubuhi istri kalian pada setiap hari Jum’at? Karena menyetubuhi istri saat itu mendapat dua pahala yaitu pahala mandinya sendiri dan pahala menyebabkan istri mandi (karena disetubuhi). (15:32 WIB)
  32. Bila kamu ingin terang hatimu dari cahaya Allah SWT hendaknya banyak bertafakkur tentang ciptaan-Nya. (15:37 WIB)
  33. Mustahil manusia itu tafakkur sebelum dia berdzikir. Dan dzikir adalah sesuatu yang dapat melupakan segala sesuatu selain kepada Allah SWT. (15:39 WIB)
  34. Orang yang sakit tidak segera diobati maka semakin parah penyakitnya, membiarkan penyakit juga akan menambah cabang penyakit lainnya, sehingga tidak ada pengobatan dan hanya menunggu mati, begitu juga penyakit hati dan pikiran yang disebabkan kecintaan terhadap dunia. (15:42 WIB)
  35. Tanamlah keberadaanmu ditempat yang sepi dan tersembunyi, karena setiap benih yang tidak ditanam tidak akan mampu tumbuh dan berbuah. (15:55 WIB)
  36. Selain Allah SWT adalah kegelapan, sedangkan alam ini semuanya gelap sedangkan yang meneranginya adalah Allah SWT Yang Maha Benar. (16:06 WIB)
  37. Apabila kamu hendak bertamu niatkanlah dirimu karena Allah SWT, yaitu membawa berita gembira atau peringatan. Niscaya setiap orang akan mencintaimu dan memimpikanmu. (16:14 WIB)
  38. Sungguh heran manusia itu berdagang selalu menghitung kerugian dan keuntungannya, tetapi tidak pernah menghitung kerugian dan keuntungan dari amalnya, bahkan dia membiarkan terus menerus dirinya dalam kerugian. (16:19 WIB)
  39. Hitunglah amalmu sebelum dihitung amalmu oleh malaikat, dan persiapkanlah bekal untuk menghadap Allah SWT, itulah orang yang cerdas dan beruntung. (16:19 WIB)
  40. Manusia yang cerdas setiap gerakannya adalah mengingat kepada Allah SWT. (16:20 WIB)
  41. Andai Allah SWT memberikan rezeki dua yaitu makanan dan dzikir, niscaya aku akan memilih dzikir sebagai rezekiku, karena banyaknya manusia lalai terhadap Tuhannya disebabkan makanan, sedangkan dzikir selalu mengingat-Nya. Dan ketahuilah makanan itu banyak mendatangkan penyakit dan dzikir itu mendatangkan kebahagiaan. (16:22 WIB)
  42. Kosongkanlah perutmu apabila kamu hendak ingin berdzikir kepada Allah SWT, dan ketahuilah satu makanan itu membawa penyakit dan menambahkan keinginan pada manusia, apalagi makanan itu haram maka semakin merusak instrumen yang ada pada dirinya. (16:23 WIB)
  43. Tidak ada manusia yang tidak berdosa, maka manusia yang beriman adalah bukan bagaimana dia menghapus dosanya, melainkan mengimbanginya dengan menambah amal ibadah dan berharap Allah SWT mencurahkan rahmat kepada dirinya. (16:26 WIB)
  44. Amal itu sesuai dengan apa yang kamu lakukan semasa hidupmu, sehingga saat meninggal kamu akan memetik apa yang telah kamu tanam. (16:29 WIB)
Kamis, 08 November 2018 0 komentar

Gallery Foto Habib Muhammad bin Husein Al-Idrus (Habin Neon, Ampel - Surabaya)

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Habib Muhammad bin Husein Al-Idrus (Habib Neon, Ampel - Surabaya)

Habib Muhammad bin Husein Al-Idrus (Habib Neon, Ampel - Surabaya)
Habib Muhammad bin Husein Al-Idrus (Habib Neon, Ampel - Surabaya)
Al-Habib Muhammad bin Husein Al-Idrus (Habib Neon - Surabaya)

Habib Neon (Ampel - Surabaya)



Makam Habib Muhammad bin Husein Al-Idrus

Makam Habib Neon Di Pegirian




Minggu, 04 November 2018 0 komentar

23 Safar 1440 H (2 November 2018)

بسم الله الرّحمن الرّحيم

  1. Nikmat itu diturunkan dan tidak akan pernah dicabut selama manusia itu taat dhahir dan batinnya kepada Allah SWT. (14:09 WIB)
  2. Nikmat itu adalah bentuk kepuasan atas apa yang diberikan Allah SWT kepada dirinya. (14:10 WIB)
  3. Ukuran cukup itu hanya untuk orang yang telah bertakwa, selama manusia itu belum bertakwa maka dia tidak akan pernah merasa cukup. (14:11 WIB)
  4. Manusia yang takwa dia akan merasa cukup atas apa yang diberikan Allah SWT kepada dirinya, barulah dia bisa menjadi hamba yang bersyukur. (14:12 WIB)
  5. Kekufuran itu tidak dilihat dari segi banyaknya harta yang dimiliki. (14:12 WIB)
  6. Selama manusia itu tidak mengetahui akan keputusan Allah maka tidak akan mengetahui apa itu nikmat sesungguhnya. (14:16 WIB)
  7. Orang yang punya harapan besar maka akan tertipu dengan fatamorgana. (14:17 WIB)
  8. Sungguh sangat hina dan terlihat menjijikkan orang-orang yang ahli dunia.(14:19 WIB)
  9. Orang yang berilmu memiliki dunia sebagai sarana untuk mendapatkan akhiratnya. (14:20 WIB)
  10. Janganlah kamu memiliki dunia tanpa memiliki ilmu bagaimana cara menggunakannya, niscaya dunia itu justru akan mencelakakanmu. (14:20 WIB)
  11. Barangsiapa yang angan-angan terhadap dunia niscaya dia termasuk orang yang lupa diri. (14:21 WIB)
  12. Orang yang tujuan hidupnya kepada Allah SWT niscaya dia akan mendapatkan petunjuk dan selamat di dunia dan di akhirat. Barangsiapa yang tujuannya dunia niscaya akan dihinakan. (14:21 WIB)
  13. Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia niscaya akan diakhirkan penyesalan, karena dunia itu letaknya penyesalan, kecuali mereka yang menuju kepada Allah SWT. (14:23 WIB)
  14. Bersihkan perbuatan dhahir dan batinmu niscaya kamu akan mendapatkan cahaya dari Allah SWT itulah petunjuk sebagai pertolongan. (14:25 WIB)
  15. Barangsiapa telah mendapatkan cahaya dari Allah SWT niscaya dia akan selalu mengingat Allah SWT dimanapun berada, dan akan terkikis habis pikirannya untuk mengingat Allah SWT dan tidak akan sempat memikirkan selain Allah SWT. (14:26 WIB)
  16. Kalau manusia benar-benar mengharapkan kepada Allah SWT niscaya manusia itu akan terlepas dari beban, himpitan dan mendapatkan kebaikan yang besar. (14:29 WIB)
  17. Manusia yang beribadah tetapi salah niat dia akan semakin terhimpit dan terbebani atas apa yang dilakukannya. (14:29 WIB)
  18. Fokuskan dirimu dalam menuntut ilmu seperti halnya kamu sholat, niscaya Allah SWT akan membukakan petunjuk kepada dirimu. (14:30 WIB)
  19. Imam Asy-Syadzili berkata: "Ya Allah jadikanlah keburukan kami termasuk keburukan yang timbul dari orang yang kau sukai dan janganlah kebaikan kami timbul dari orang yang tidak kau sukai." (14:33 WIB)
  20. Berbuat baiklah semata-mata karena Allah SWT, dan apabila berbuat buruk jadikanlah keburukanmu adalah sesuatu yang dikehendaki oleh Allah SWT. (14:34 WIB)
  21. Ketika ada niat yang buruk dalam ibadahmu maka perbaruilah niatmu untuk kembali lagi menjadi orang yang mencari ridha Allah SWT. (14:35 WIB)
  22. Ibnu At-Thailah: "Sesungguhnya Allah SWT memberikan warid kepadamu agar karenanya kamu dapat merasa benar-benar masuk kedalam hadirat Allah SWT. (14:44 WIB)
  23. Selama manusia itu masih kuat keinsanannya maka mustahil dia akan berjumpa dengan Tuhannya. (14:48 WIB)
  24. Janganlah terhalang atas pujian dan hinaan manusia karena itu adalah hijab untuk berjumpa dengan Allah SWT. (14:50 WIB)
  25. Sesungguhnya Allah SWT memberikan petunjuk kepada orang yang bertakwa bukan orang yang fasik. (14:52 WIB)
  26. Rasulullah SAW bersabda: ada 3 golongan yang tidak akan dilihat dan disucikan oleh Allah SWT dan kekal di neraka yaitu
    1. Orang yang memiliki kelebihan air dijalan namun ia menolak memberikannya kepada musafir
    2. Orang yang membaiat seorang pemimpin hanya karena tujuan dunia
    3. Jika dia diberi senang namun tidak diberi dia marah. (14:54 WIB)
  27. Kemuliaan itu datang dari Allah SWT yang disebabkan seorang hamba disiplin dalam beribadah kepadanya. (14:56 WIB)
  28. Zuhud itu merupakan tingkatan orang-orang yang meninggalkan kesenangan dunia. (15:02 WIB)
  29. Orang yang berzuhud itu selalu meninggikan nilai ayat Allah SWT bukan meninggikan nilai uang. (15:03 WIB)
  30. Seorang budak menjadi merdeka selama dia berqonaah, dan seorang yang merdeka kelak akan menjadi budak apabila dia tamak. (15:05 WIB)
  31. Sekecil apapun apabila kamu bersyukur, maka kamu termasuk orang yang qonaah. (15:05 WIB)
  32. Qonaah adalah bentuk mengetahui ketetapan yang diberikan oleh Allah SWT. (15:06 WIB)
  33. Sesungguhnya sifat tamak itu tidaklah hanya orang kaya, orang miskin juga bisa tamak selama dia tidak memiliki sifat qonaah pada dirinya. (15:06 WIB)
  34. Qonaah adalah mengetahui ketetapan pemberian Allah SWT pada dirinya, dan tidak menuntut apa-apa kepada Allah SWT, dan qonaah itu adalah bentuk gudang-gudang perbendaharaan Allah SWT. (15:07 WIB)
  35. Siksa dibelakang adalah istidraj, hendaklah kamu merasa takut bila mendapatkan karunia Allah SWT tetapi kamu masih dalam keadaan maksiat kepada Allah SWT. (15:11 WIB)
  36. Hakikat kekayaan adalah hati yang dipenuhi hikmah, dan apabila bertambah hikmahnya maka akan bertambah pula kebaikannya. (15:16 WIB)
  37. Orang yang hidupnya gelisah karena banyaknya dosa, sehingga hilang nikmatnya ibadah didalam hatinya. Itulah hukuman orang yang cinta kepada dunia sebagai bentuk maksiat yang paling besar. (15:16 WIB)
  38. Didunia ini seperti halnya menanam, barangsiapa yang menanam niscaya kelak dia akan menuai, dan barangsiapa tidak menanam janganlah bermimpi untuk menuai. (15:17 WIB)
  39. Karunia Allah SWT itu adalah rahmat, dan rahmat itu keselamatan yang tidak akan bisa diketahui manusia bahwa itu adalah pertolongan Allah SWT. (15:20 WIB)
  40. Pertolongan Allah SWT itu tidak akan bisa diketahui manusia baik dengan akal dan logikanya. (15:20 WIB)
  41. Menggantungkan harapan kepada seseorang adalah sebuah syirik yang tersembunyi. (15:21 WIB)
  42. Sahl bin Abdullah berkata: "Allah SWT menciptakan makhluk agar Allah SWT bisa membisiki mereka dan mereka bisa berbisik denganNya." (15:22 WIB)
  43. Hadits Qudsi: "Aku ciptakan kalian agar berbicara denganku secara rahasia, jika kalian tidak mampu melakukan, maka berbicaralah denganku dan berbisik denganku, jika kalian tidak mampu melakukan maka bermunajatlah kepadaku dan jika tidak mampu juga maka dengarkanlah firmanku." (15:23 WIB)
  44. Kekhawatiran yang timbul disebabkan manusia itu jauh dari Allah SWT, padahal Allah SWT itu sangatlah dekat tetapi tidak diketahui sebab kebodohanmu. (15:25 WIB)
  45. Manusia tidak mengetahui akan dekatnya Allah SWT kepada dirinya disebabkan kebingungannya terhadap nasib dirinya sendiri. (15:26 WIB)
  46. Musibah bagi ilmu adalah saat diajarkan kepada para ahli dunia, sehingga sembunyikanlah ilmu tersebut atau akan menjadi fitnah bagimu. (15:44 WIB)
  47. Sungguh celaka manusia beramal akhirat tetapi untuk menginginkan dunia, karena dunia itu diraih dengan ilmu dunia, dan akhirat dengan ilmu akhirat, maka pisahkanlah keduanya. (15:45 WIB)
  48. Hati-hatilah dengan bahasa isyarah dari guru, karena itu adalah bentuk petunjuk dari Allah SWT. (15:52 WIB)
  49. Ujian itu bagi orang yang bertakwa, dan mustahil seorang yang tidak bertakwa itu diuji maka itu adalah musibah baginya. (15:57 WIB)
  50. Murid yang terkena musibah disebabkan tidak adanya kesungguhan dirinya dalam menuntut ilmu. (16:02 WIB)
  51. Barangsiapa yang tidak mau menerima suka duka dalam perjuangan seorang guru maka dia bukanlah seorang murid. (16:02 WIB)
  52. Sifat Allah SWT itu tawaran, dan bagi yang tidak mau tawaran Allah SWT dia termasuk orang-orang yang ingkar. (16:02 WIB)
  53. Sesungguhnya orang yang lambat mendatangi Tuhannya itu termasuk orang yang munafik. (16:09 WIB)
  54. Barangsiapa yang banyak mengucapkan kalimat Allah SWT tetapi dihatinya tidak terukir nama Allah SWT sesungguhnya niatmu selain Allah SWT. (16:29 WIB)
Jumat, 02 November 2018 0 komentar

Dokter Hati

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Jika rasa benci atau cinta yang berlebihan tanpa sebab yang jelas adalah salah satu penyakit yang harus diobati, itu sudah ku tahu dari dulu. Tapi kalau di obatinya adalah dengan cara dadamu di usap, kepalamu di pegang sembari di doakan agar kebencian di hatimu terhadap seseorang bisa hilang, seumur hidup baru kali ini ku rasakan.

Aneh memang...

Bagaimana rasa benci terhadap salah satu pelajar yang aku mengajar di kelasnya bisa datang begitu tiba-tiba, tanpa ada sebab bahkan tanpa aba-aba. Aku tiba-tiba tidak ingin memandang wajahya, pusing mendengar suaranya. Bahkan sungguh baru ku tahu bahwa aku bisa benar-benar muntah tatkala secara tidak sengaja melihat wajahnya.

Lebih anehnya lagi dia termasuk pelajar terbaik di kelasnya, cerdas, aktif, penurut dan yang jelas dia tidak pernah bermasalah apapun denganku. Dia pasti bertanya-tanya dan bingung ketika kemudian aku memintanya untuk duduk di barisan belakang dan tidak tepat dihadapanku. Karena aku bahkan tidak bisa berkonsentrasi sama sekali dalam kondisi seperti ini. Dia dan juga teman-teman sekelasnya pasti bingung ketika aku memintanya untuk menuliskan saja pertanyaan yang akan dia lontarkan agar tidak mendengar suaranya yang bisa membuat isi perutku naik ke dada dan mernyebabkan mual secara mendadak begitu saja.

Jangan kau kira aku tak ada usaha apa-apa ntuk menghilangkannya. Berulang kali aku merenung, berperang dengan diri sendiri dan mencoba menenangkan hati saat kebencian itu memanas-manasi. Usahaku tidak membuahkan hasil.

Doa dan dzikir selalu kubaca setiap kali terpikir bahwa ini merupakan salah satu ujian untukku. Namun semuanya belum cukup untuk emenghilangkan rasa itu.

Setengah mati kucoba sembunyikan kebencian ini darinya, namun sepertinya dia mulai merasakannya juga. Dia lebih banyak diam disepanjang mata pelajaranku. Duduk paling belakang dan tak lagi terlihat tersenyum seperti biasanya.

Ya Allah...aku telah melukai hatinya, aku telah menyakiti perasaannya.

Teman sekamarku yang juga seorang ustadzah mulai merasakan ketidaknyamanan ini, ku ceritakan padanya keanehan yang terjadi lengkap dengan pembelaan bahwa rasa itu muncul tiba-tiba dan tanpa sebab apa-apa.

Dan entah apa yang ada di dalam benaknya, hingga suatu siang sepulang dari masjid selepa sholat Dhuhur ia memintaku berkemas dan kemudian kami berdua bergegas pergi menemui seorang wanita berusia 60-an tahun, temanku ini memanggilnya dengan panggilan Hubabah Umairoh.

Kami menunggu cukup lama di ruang tamu karena beliau masih menemui tamu yang lain sebelum kami kemudian di persilahkan menemui beliau di ruang tengah rumahnya.

“Therapis?Dokter jiwa?psikolog?atau bahkan dukun?”aku menerka-nerka.

Namun bayangan itu hilang seketika saat aku melihat sosoknya. Beliau adalah seoarang wanita dengan wajah keibuan, bicaranya lembut, dan penuh senyuman. Di hadapannya aku merasa seolah bertemu dengan seseorang yang telah lama aku kenal.

Siang itu masih dengan memakai mukena selepas sholat Dhuhur, beliau menyambut kami dengan hangat lalu menanyakan kabar Alhabib Umar bin Hafidz guru kami. Kemudian dengan penuh perhatian beliau, mendengarkan apa yang di tuturkan temanku mengenai diriku tentang rasa benci yang tiba-tiba kurasakan sebagai sesuatu yang tidak wajar, mengingat aku sebelumnya tidak pernah membenci seseorang tanpa sebab yang jelas.

Beliau lalu berdiri menghampiriku, memegang kepalaku sembari menggumamkan doa-doa dan dzikir, tak lama kemudian beliau duduk di hadapanku, mengusap dadaku sambil tidak berhenti berdoa. Dan beliau mengakhiri bacaan-bacaannya dengan meminta kami semua membaca surat Al Fatihah bersama.

“Ada 2 orang yang paling banyak di dengki oleh orang lain di atas muka bumi ini “ kata beliau sembari menuangkan teh di cangkir kecil dan menghidangkannya di hadapan kami.

“Orang yang berharta dan orang yang berilmu” lanjut beliau.

“Jika kamu jadi salah seorang dari mereka, pandai-pandailah menjaga sikap saat bergaul dan berurusan dengan orang lain. Pandai-pandai pulalah menyimpan rasa. Karena bahkan orang yang terlihat di cintai oleh kedua orang inipun akan menimbulkan iri dengki dari yang lainnya. Sepertinya itulah yang terjadi padamu” katanya bijak.

Kami pulang setelah memperoleh anjuran beliau untuk membaca beberapa dzikir saat suasana hati sedang tidak menentu.

Dan Subhanallah...

Apa yang kemudian terjadi sesampainya di asrama sungguh luar biasa. Di pintu masuk aku berjumpa dengan pelajar yang pagi tadi perasaanku padanya masih di penuhi dengan kebencian. Aku pandang wajahnya dan dia menunduk takut, ku cari kebencian yang seminggu ini menyiksaku dan menyiksanya tentu saja, namun rasa itu sungguh-sungguh tak lagi bersisa, sudah hilang entah ke mana.

Aku langsung menyalami dan memeluknya, sementara dia kebingungan, tak mengerti apa yang terjadi

“Maafkan aku...” kataku

“ada apa Ustadzah?” tanyanya kebingungan

“Aku tidak bisa menjelaskannya, tapi yang pasti aku minta maaf padamu atas semua kesalahanku yang kamu tahu atuapun tidak” jawabku lirih sambil melepaskan pelukanku darinya.

7 tahun berlalu sejak kejadian itu...

Salah satu agenda kegiatan kunjungan kami ke Hadhromaut adalah berziarah kepada para sesepuh yang masih ada. Selain meminta nasihat, kami gunakan kesempatan yang berharga ini untu memohon agar mereka berkenan mendoakan kami. Dan nama Hubabah Umairoh aku masukkan dalm daftar kunjungan tersebut.

Alhamdulilah, sekembalinya aku ke tanah air, aku mendapat kepercayaan setahun sekali dari sebuah biro perjalanan haji dan umrah untuk membimbing jamaah mereka yang hendak menunaikan ibadah umrah. Rombongan yang terdiri dari kurang lebih 30-an orang itu aku pimpin menunaikan ibadah umrah sekaligus berziarah ke negeri Hadhramaut tempat aku dulu pernah menuntut ilmu.

Kami duduk di hadapan Hubabah Umairoh dan meminta beliau mendoakan kami. Belia terlihat jauh lebih tua dari saat ku temui beberapa tahun silam. Keriput di wajahnya semakin dalam, hanya semangat dan kepercayaan dirinya terhadap Allah yang ku lihat tetap sama.

Aku berusaha menterjemahkan percakapan rombonganku kepada beliau dan percakapan beliau kepada mereka. Dan ketika semuanya usai, aku berkata berkata beliau:

“Sekarang giliranku, Hubabah” kataku sambil mendekat

“Doakan agar Allah berkenan mengaruniakan aku keturunan. Hampir 4 tahun aku menikah belum juga di karuniai anak.”

Beliau mendengarkan dengan seksama lalu berujar dengan santai;

“Halimah...

Tidaklah kamu merasa hidup ini sudah begitu sibuk?ada banyak hal di dunia ini menyibukkan kita dari ibadah kepada Allah. Dari 24 jam sehari semalam yang Allah berikan hanya beberapa jam yang tersisa kita gunakan untuk-Nya. Apakah engkau masih ingin menambah kesibukanmu pula dengan urusan anak?”

Aku tercenung mendengar ucapannya yang tidak ku sangka...

Beliau lalu melanjutkan;

“Aku menikah, dan dari sejak awal pernikahanku, aku selalu berharap jika dengan kehadiran anak-anak akan menyibukkanku dari-Nya, maka tanpa karunia anakpun, aku tak apa-apa...aku tak ingin di tersibukkan dengan selain-Nya.”

“Tapi bukankah mereka akan jadi penerus amal kebaikan kita tatkala kita mati nantinya?”kataku membela diri

‘Tak adakah hal lain yang bisa menggantikannya? Ilmu yang kita ajarkan dan di amalkan bahkan oleh generasi mendatrang setelah kita, doa oang banyak yang kita pernah berbuat baik padanya, amal jariyah yang kita lakukan dan kemanfaatannya terus di rasakan?”

Aku terdiam dan berpikir panjang...

Hubabah Umairoh tak menyisakan argumen untukku menjawab ucapannya.

“Tapi...tapi aku masih menginginkannya...walau mungkin hanya untuk sekedar kesempurnaan menjadi seorang wanita”kataku setengah terbata-bata

“Benar Anakku, aku memahamimu...karenanya aku akan tetap mendoakanmu..,namun yakin dan selalu percayalah, bahwa apapun yang Dia pilihkan untukmu itu merupakan hal terbaik yang Dia karuniakan. Dia mengetahui segalanya...dan kita tidak mengetahui apapun sesungguhnya...”

Kata-kata bijaknya selalu ku kenang sampai saat ini, dan sampai saat ini pula aku selalu berdoa kiranya allah berkenan memanjangkan umurnya agar masih banyak orang-orang sepertiku yang bisa memetik pelejaran darinya. Tentang tujuan hidup sesungguhnya..tentang tawakkal, tentang keikhlasan...tentang segala hal...meski entah, apakah orang seperti beliau berharap masih ingin lebih lama hidup di muka bumi ini atau justru sudah merindukan kematian sebagai jembatan pertemuannya dengan Sang Pencipta.

Pentingkah...?
Bila hidup adalah sebuah danau yang tenang
Atau suatu bak air yang keruh ?
Ia tak abadi
Jutaan bintang hidup tanpa cemas
Merpati tak tahu,
Apakah ia makan nati malam?
Tetapi ia tetap bersenandung
Dari gajah sampai unggas
Semua adalah hasil ciptaan tuhan
Dan bergantung kepadaNya
Pemberi rizki yang Maha Agung
(Jalaluddin Ar Rumi)

Anakku...
Bahagiamu letaknya di sini...
Di hatimu sendiri
Bukan pada indah pemandangan
Di tatap mata
Bukan pada sanjungan merdu
Di dengar telinga
Bukan pada kelembutan
Yang dapat kau raba
Ia tak bisa di deteksi panca indra

Sebaliknya, anakku...
Kala hatimu bahagia
Gurun-gurun pasir tak ubah taman bunga
Cacian dan makian serasa senandung belaka
Semua yang kau sentuh terasa bak sutra

Bahagiamu dekat saja, Nak...
Di hatimu sendiri
Tak perlu kau cari ia
Jauh-jauh di sana...
0 komentar

Pesta Agung

بسم الله الرّحمن الرّحيم


 Mendung menyelimuti langit Tarim hari ini, kurasa ia menyelimuti buminya juga, entahlah.. namun yang pasti mendung menyelimuti wajah-wajah orang yang kujumpai. Para guru, para pelajar, bahkan para tamu. Kabar meninggalnya Hubabah Khadijah terdengar seperti sengatan listrik di hati semua orang yang mendengarnya.

Siapa yang tidak mengenal beliau ?
Inat, kota kecil sekitar 30 km dari kota Tarim menjadi dikenal karena Syekh Abu Bakar bin Salim salah satu tokoh ulama dan waliyullah paling terkemuka beliau dulu tinggal dan dimakamkan disana. Maka berziarah ke Inat artinya mengunjungi makam beliau beserta putera-puteranya.

Merupakan satu Peraturan tak tertulis bagi kami bahwa ziaroh kesana tidak lengkap rasanya tanpa mengunjungi Hubabah Khadijah, salah satu keturunan beliau seorang wanita sholehah yang tinggal sendiri di sebuah rumah tak jauh dari makam Syekh Abu Bakar bin Salim berada.

Baru beberapa hari yang lalu kami mengunjungi beliau. Sebuah kunjungan rutin yang biasa kami lakukan di akhir Sya’ban menjelang Ramadhan tiba. Beliau masih segar bugar, sungguh tak pernah kami sangka bahwa itu adalah kunjungan terakhir kami.

Beliau menyambut kami dengan suka cita, mendoakan dan juga meminta salah seorang diantara kami membaca nasyid (bait-bait kasidah) dari perkataan para ulama salaf. Maka kabar kematian beliau mengejutkan semua orang. Dan kisah tentang kematian beliau kami dengar dari salah satu ustadzah yang berangkat takziah kesana
“Tetangga Hubabah Khadijah bercerita…” katanya mengawali kisah
“Hubabah Khadijah tinggal seorang sendiri. Dan beliau memang sungguh-sungguh mandiri. Tidak mau bergantung dengan siapapun. Ketergantunggannya pada orang lain hanya untuk menunaikan sholat. Beliau Istiqomah (kontinyu dan berkesinambungan dalam mengerjakan sesuatu) menjalankan sholat berjamaah.  Saya datang kerumahnya disetiap waktu sholat untuk bersama beliau mengerjakan sholat fardu.

Dan tadi malam tepat malam jumat pertama di bulan Ramadhan setelah sholat maghrib berjamaah beliau berkata padaku:
“Kembalilah segera kemari setelah engkau menyiapkan makan malam keluargamu, kita akan melaksanakan sholat Isya’ dan Tarawih lebih awal karena aku akan pergi ke satu tempat”
Aku hanya mengangguk meski benakku di penuhi dengan pertanyaan;
Kemana beliau akan pergi setelah puluhan tahun tak pernah kulihat keluar rumah apalagi di malam ramadhan seperti ini ?

●●●

Beliau terlihat segar sewaktu keluar dari kamar mandi,memakai baju hijau kesukaannya, wanginya tercium semerbak.

Hubabah mau kemana sebenarnya? Pikirku semakin penasaran
Beliau mengimami sholat isya, dilanjutkan sholat sunnah ba’diyah seperti biasanya, kemudian mengimamiku sholat tarawih lantas sholat witir yang diselesaikan 11 rakaat. Aneh sekali karena biasanya beliau lanjutkan sholat witirnya pada akhir malam menjelang subuh.
Selepas semua doa malam Ramadhan kami baca, aku tak bisa lagi menahan diri lalu bertanya:
“Maaf Hubabah.. kalu boleh tahu, kemana sebenarnya Hubabah hendak pergi sampai bersiap-siap sedemikian rupa?”

Bukannya menjawab, beliau malah mengisyaratkanku untuk diam. Diambilnya mushaf Al-Qur’an dan dibacanya juz terakhir sampai khatam. Kemudian beliau memintaku untuk mendekat padanya, setelah beliau membaringkan dirinya menghadap kiblat

“Aku mau menghadiri undangan” katanya sembari membenahi letak kerudungnya

“Kemana? Undangan apa?”

“Undangan sebuah pesta, Yang Maha Besar telah mengundangku” jawabnya dengan begitu tenang
Aku gemetar mendengarnya dan baru memahami kemana kiranya beliau akan pergi. Benakku mulai kacau. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku lalu berkata:
“Jangan tinggalkan aku, Hubabah… atau ajak aku ikut serta denganmu…”

“semua ada waktunya, dan waktumu belum lagi tiba… sampaikan pesanku kepada semua orang yang mengenalku; aku telah memaafkan mereka yang pernah berbuat salah padaku apapun bentuknya, dan sampaikan salam  dan permohonan maafku kepada mereka semua..” beliau terdiam sejenak kemudian berkata:
“Sekarang aku segera berangkat menghadiri undanganNya”
Beliau kembali merapikan pakaian dan penutup kepalanya kemudian berujar dengan mantap

“Laa ilaaha illallah, Muhammad Rosululullah”
Matanya menatap lurus ke atas … lalu perlahan menghembuskan nafasnya yang terakhir diiringi senyuman indah. Senyum keberhasilan senyum kemenangan atas perjuangan hidup di akhir zaman yang semakin sulit menghindar dari fitnahnya..”

“’Demikian cerita tetangga dan orang terdekat Hubabah Khadijah” ujar Ustadzah mengakhiri kisahnya .

Sungguh sebuah kematian yang indah luar biasa. Andai bisa memesan, kematian seperti inilah yang akan aku pesan. Kalau saja bisa membuat perjanjian dengan malaikat pencabut nyawa, maka jenis kematian inilah yang aku inginkan.
Andai…

Tapi… seperti engkau menjalani kehidupan, seperti itu pula engkau akan dimatikan. Ungkapan ini memang tepat untuk menggambarkan tentang beliau. Kematian bagi Hubabah Khadijah laksana sebuah pesta, sebuah undangan dari yang di cinta. Cinta beliau kepada Allah tak diragukan lagi. Beliau adalah satu dari sedikit orang zaman sekarang yang memiliki cinta kepada Allah melebihi cintanya kepada apapun di dunia ini.

Salah satu ustadzah pernah bercerita suatu ketika mengunjungi Hubabah Khadijah, dia saat itu sedang sakit tenggorokan cukup parah, merasa pedih ketika menelan makanan bahkan sulit sekedar untuk bicara. Ia pegang tangan Hubabah dan ia letakkan di tenggorokannya sembari minta kepadanya agar mendoakan kesembuhannya. Hubabah mengusap-usapkan tangannya di tenggorokan sambil berdoa, namun kemudian berkata:
“Nak.. bukankah sakit adalah dariNya juga? Dan Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa Allah SWT sering kali tatkala mencintai seorang hamba Dia memberinya rasa sakit sebagai tanda cinta. Kamu tahu nak.. ketika dalam waktu lama aku tidak diberinya rasa sakit atau ujian apapun, aku berkata padaNya:
“Ya Allah murkakah Engkau kepada hambaMu Khadijah? Hingga tak kau karuniakan padanya sesuatu untuk meninggikan derajatnya?

Anakku…
Yang Allah inginkan padamu adalah kebaikan, maka terimalah apapun dariNya dengan lapang dada sembari meyakini bahwa yang Dia berikan adalah yang terbaik untukmu…” Demikian bijak kata-katanya dalam memberi nasihat.

Duuuh indahnya…
Andai aku dikaruniai hati seperti hatinya, hati yang mengenal Allah SWT, hati yang mengerti tujuan hidup yang sesungguhnya.
Hati yang pandai…
Pandai menjalin hubungan dengan Allah
Penciptanya…
0 komentar

Erika

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Masih dengan memakai mukena selepas sholat dzuhur di salah satu ruang kelas asrama, ketika dia membuka buku catatan sembari membaca sebuah kitab kecil di hadapanku. Lalu berkata:
“Saya sudah ulangi kembali semua pelajaran yang ustadzah sampaikan seminggu yang lalu. Ada beberapa pertanyaan yang ingin saya ajukan” katanya sambil menatapku.

Terus terang aku merasa risih dengan panggilan “ustadzah” nya. Karena meski sejak beberapa bulan yang lalu, kegiatan belajarku di Daruz Zahro bertambah dengan ikut serta mengajar, aku merasa belum layak dipanggil begitu apalagi olehnya yang berusia 2 tahun di atasku.

“Baik…” ujarku menjawab perkataaanya.

“Namun ada baiknya kita lanjutkan dulu kajian materi yang lalu sebelum kita bahas pertanyaan-pertanyaanmu, karena aku juga ingin bertanya beberapa hal kepadamu”

Dia mengangguk dan kemudian berkonsentrasi dengan materi yang aku berikan sampai akhir pembahasan.

Aku amati wajah lembut di hadapanku, kulitnya putih bersih khas wanita bule, meskipun rambutnya berwarna hitam seperti kebanyakan wanita Asia. Dia berasal dari Amerika namanya Erika. Dan di hari pertama ia tiba di Kota Tarim, saat mengunjungi Hubabah Zahro, Ibunda Al Habib Umar Bin Hafidz guru kami, namanya di ganti oleh beliau Maryam. Dan selanjutnya aku ditugaskan memberi pelajaran tambahan untuknya, mengingat dia baru masuk islam sekitar 5 tahun yang lalu.

Wanita dengan pribadi yang mengagumkan, Dua minggu bersamanya nyaris tak kutemukan kekurangan. Sungguh aku yang seringkali berburuk sangka terhadap orang Amerika, benar-benar tak menyangka jika negri yang kuanggap musuh islam ini bisa melahirkan wanita sebaik dia. Aku tak pernah mendapatinya membicarakan kekurangan orang lain, berkata kasar atau sinis. Senyuman manis selalu menghiasi wajahnya.

Dan yang paling kukagumi adalah kemampuannya untuk berpikir positif dalam segala hal. Belum lagi ibadahnya yang membuat aku berdecak kagum sekaligus malu. Sebagai seseorang yang dilahirkan dari Rahim wanita muslimah, aku merasa menjadi orang yang jauh tertinggal di hadapannya. Tahajjudnya selalu ia kerjakan, dan disaat sedang tak berbuat apa-apa, lisannya selalu disibukkan bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW.

Maka siang itu setelah aku menyampaikan materi pelajaran dan menjawab beberapa pertanyaannya, kami berdua terdiam tenggelam dalam pikiran masing-masing. Hingga lalu aku berkata:
“Maryam, selajutnya giliranku bertanya padamu” kataku memecah keheningan
Dia terlihat tegang, sebelum kemudian kulanjutkan
“Apa yang membuatmu beralih ke agama Islam?”
“Hidayah Allah” jawabnya singkat.
 “Ya, itu pasti. Maksudku bagaimana hidayah itu datang padamu?”
Sejenak di tutupnya kitab dan buku catatan di hadapannya. Lalu berkata;
“Aku di lahirkan dari keluarga Katolik yang taat. Ibuku aktifis gereja yang rajin membawa anak-anaknya termasuk aku mengikuti berbagai macamkegiatan keagamaan disana. Hingga akhirnya saat duduk di bangku kuliah, aku bertemu dengan seorang mahasiswa muslim yang sampai saat itu aku tidak pernah mendengar tentang islam kecuali gambaran bahwa ia adalah agama yang disebarkan dengan pedang dan peperangan.

Sebuah agama yang mengedepankan ritual pengorbanan untuk Tuhan dengan darah, bom bunuh diri dan kekejian-kekejian lainnya. Namun Hasan Sidqi, pemuda muslim yang aku temui di kampus itu merubah sudut pandangku tentang Islam. Dia pandai bergaul, berbaur dengan siapapun tanpa melihat perbedaan agama yang dianut.

Aku seperti halnya teman-temanku yang lain, suka memperhatikan hal-hal baru dalam kehidupan dan kami jadi diam-diam selalu memperhatikan caranya berdoa, berbicara, hingga pada akhirnya ku tahu sesibuk apapun kami beraktifitas, dia selalu menyempatkan diri melakukan ritual 5 waktunya yang kemudian kutahu belakangan bernama sholat.

Aku kagum dengan kesungguhannya menjalani keyakinan yang dia pegang, dan itulah yang kemudian menyebabkan aku mendekatinya. Kami sering terlibat diskusi agama kami masing-masing sebagai bahan perbandingan. Jujur saja, banyak berdiskusi dengannya membuatku mulai ragu dengan keyakinan yang selama ini kuyakini. Bagaimana mungkin dalam injil yang merupakan kitab suci yang Tuhan turunkan kepada kami, ternyata banyak ayat-ayat yang saling bertentangan satu sama lain bahkan dalam hal paling prinsip dalam keyakinan. Misalnya saja tentang ketuhanan Yesus. Banyak ayat menyatakan dia adalah Tuhan, ayat yang lain menyatakan dia anak Tuhan, dan ada pula yang menyatakan bahwa dia adalah utusan Tuhan.

Sementara Al-Qur’an selalu menyatakan hal yang sama; Tuhannya adalah Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan-Nya. Dan dalam Al-Quran pun di ceritakan bahwa nabi Isa atau Yesus adalah salah satu dari utusan-Nya juga.

Keragu-raguan itu semakin mejadi-jadi dari hari kehari. Dan puncaknya terjadi malam itu. Kegelisahan benar-benar menyelimutiku. Aku buka injilku, lembar demi lembarnya berharap mendapat sesuatu petunjuk yang mungkin dapat menenangkan hatiku atau menghalau kegelisahanku, namun aku tidak mendapatkannya. Kemudian kuambil terjemahan Al-Quran, kubuka ayat-ayatnya secara acak, siapa tahu aku bisa mendapatkan sesuatu, entah apapun itu…..
Aku tetap tidak mendapatkan jawaban.

Aku memutuskan untuk menenangkan pikiran dan bersembahyang kepada Tuhan. Namun lagi-lagi aku bingung, menghadap siapa aku dalam sembahyangku?...

Akupun mulai berdoa namun kemudian kusadari kepada siapa aku harus memohon?...
Siapa yang harus aku panggil nama-Nya dalam doaku?...
Aku sungguh-sungguh gelisah..
Serasa ada sesak di dada hingga disaat rasa itu tak mampu lagi kubendung, meluaplah rasa amarah, seiring airmataku yang tumpah ruah..
“Wahai Tuhan…
Aku tidak tahu siapakah Engkau sesungguhnya? Aku tidak tahu hidupku ini pemberian dari siapa?
Siapa yang telah menciptakanku dan mengaruniai kehidupan ini untukku?”
“Wahai Tuhan..
Beri tahu aku siapa diriMu?... Hingga kutahu kepada siapa aku harus menyembah dan mensyukuri setiap anugerah.”
Lelah menangis sekian lama aku tertidur akhirnya.
Ternyata lewat tidur itulah Tuhan memberiku jawaban.

Aku bermimpi membawa kitab Injil yang tak asing lagi bagiku. Dia berjalan melewatiku, aku lantas mengikutinya dari belakang, kami menuju sebuah altar agung yang megah. Sesampainya disana dia duduk, membuka kitab Injil dalam dekapannya. Dia lalu memberi isyarat padaku agar mendekat sehingga dapat melihat dengan jelas lembaran Injil yang dibukanya.
Aku terhenyak dan terbelalak saat melihat apa yang tertulis didalamnya.
Kudapati halaman Injil itu hanya bertuliskan satu kalimat yang sangat kukenal:
LAA ILAAHA ILLALLAH
MUHAMMAD RASULULLAH
TIADA TUHAN SELAIN ALLAH
MUHAMMAD UTUSAN ALLAH
Seketika aku terbangun dengan beragam perasaan yang sulit kulukiskan dengan kata-kata. Penuh rasa Syukur tak terkira. Kupejamkan mataku sekali lagi. Merasakan nikmatnya hidayah menghampiriku, damai menerpaku, menyelusuri seluruh relung jiwaku.
Tekadku telah bulat. Aku harus memeluk agama Islam.

Siang itu di fakultas aku mencari Hasan, dan ketika aku menemukannya, aku langsung menarik tangannya dan bergegas menuju masjid terdekat. Dan disanalah dengan disaksikan imam masjid, aku mengikrarkan dua kalimat syahadat untuk pertama kalinya.

Hari-hari selanjutnya adalah hari-hari tersulit dalam hidupku. Karena untuk mengerjakan sholat aku harus sembunyi-sembunyi di rumahku sendiri. Sampai suatu ketika ibuku memergokiku melakukan ritual itu, spontan dia naik pitam, penuh kemarahan dan menganggap aku keluar dari kebenaran. Ketika aku berusaha meyakinkannya bahwa agama Islam tidaklah seperti yang selalu dilihatnya di telivisi dengan aksi terror dan kekejian dan perang, ibuku malah membawaku ke gereja dan mempertemukanku dengan seorang pendeta. Aku dicecar dengan berbagai nasihat hingga doktrin-doktrin agama. Namun tetap saja aku tak bergeming dan tak rela meninggalkan hidayah yang telah dikaruniakan padaku dengan cara yang begitu indah.

Tak sekali ibuku berbuat seperti itu, hingga tatkala dirasakan usahanya sia-sia demi melihat kegigihanku mempertahankan ajaran yang baru, diapun akhirnya kelelahan sendirir dan berhenti mempengaruhiku.

Situasi ini semakin memacu semangatku untuk terus mempelajari Islam dari sahabat muslimku itu. Hingga tatkala kemudian Hasan, sang perantara hidayah datang bersama ibunya melamarku, aku tak punya satupun alasan untuk menolaknya. Kamipun menikah” katanya sambil tersenyum mengakhiri pernikahannya

“Sungguh sebuah cerita yang luar biasa indah” komentarku perlahan, nyaris tak terdengar.
Semakin dekat dengan Maryam, aku semakin kagum atas kegigihannya mempelajari Islam dengan bahasa arab yang tentu sangat sulit baginya, juga kesungguhannya mengamalkan apa yang telah dia tahu dalam Islam.

Lewat aku, dia banyak mempelajari ilmu dalam Islam. Namun sesungguhnya lewat dia, akulah yang banyak belajar praktek pengalamannya dalam kehidupan nyata.

Masih segar dalam ingatanku kala di malam jumat dia datang ke Daruz Zahro, dia mendapatiku tengah membaca surat Al-Kahfi, lalu menanyakan padaku mengapa aku membacanya?
Aku menerangkan beberapa Fadilah surat tersebut dan hukum membacanya yang disunnahkan di malam atau hari jum’at.

Dan keesokan harinya yang merupakan jadwal belajarnya denganku, dia tidak datang sampai malam menjelang. Dia memohon maaf atas ketidak hadirannya di siang hari lalu bercerita bahwa dia seharian ini berusaha membaca surat Al-Kahfi. Namun karena masih mengeja dia harus menghabiskan waktu sampai sehari penuh untuk membacanya sampai tuntas. Dia tidak berhenti kecuali untuk sholat Fardhu dan sholat sunnah yang biasa dia lakukan.

“Bahkan Hasan suamiku terpaksa harus membeli makan siang kami diluar karena aku tidak sempat memasak untuknya. Begitu juga pakaian kamipun tidak sempat kami cuci hari ini” katanya diiringi senyuman.

Dia sungguh-sungguh berusaha mengamalkan tiap ilmu yang telah dia tahu..
Mungkin karenanya Allah selalu mengajarkan padanya yang belum dia tahu..

●●●

 Erika atau yang kemudian akrab aku panggil Maryam, juga teman diskusi yang menyenangkan. Suatu ketika saat aku berdiskusi beberapa masalah dengannya. Aku bertanya padanya:
“Menurutmu apa yang paling indah dalam Islam?” tanyaku di sela-sela diskusi kami.
Tanpa berfikir panjang, dia segera menjawab:
“Cinta Rasul” katanya dengan jawaban yang tak kuduga
“Mengingat Rasulullah dan cinta beliau kepada ummatnya selalu saja membuat hatiku berbunga-bunga”
Duuuh indahnya…
Andai semua orang di negeriku tahu bahwa nabi Muhammad SAW mencintai umatnya sebegitu besar mereka pasti akan tertarik kepada Islam”.
“Ya.. meskipun hidayah tetap Allah jualah yang memilikinya..” katanya mengakhiri perbincangan.

●●●

Jika kehidupan ini laksana menyusun puzzle, bagiku Maryam adalah salah satu puzzle yang menjadikan hidupku sempurna.
Semoga Allah selalu melindunginya dimanapun dia berada… (ketika aku menulis buku ini Maryam telah kembali ke negerinya dan berdakwah disana.)
0 komentar

Wanita Di Bis

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Sabtu pagi…

Berarti awal aktivitas belajar mengajar kembali dimulai. Dan sabtu pagi ini aku sudah berdiri di halaman Daruz Zahro diantara ibu-ibu yang juga berdiri sepertiku menanti bis mengantar kami ke Darul Faqih. mulai hari ini aku dipercaya untuk ikut serta mengajar Dauroh Linnisa (semacam pesantren kilat tanpa menginap untuk kaum ibu), yang rutin diadakan setahun sekali oleh pengurus ma’had kami.

Darul Faqih letaknya sekitar 5 kilometer dari Daruz Zahro. Panitia menyiapkan bis antar jemput bagi peserta yang rumahnya jauh. Dan ibu-ibu ini sudah berkumpul di halaman dari sebelum jam 06.30 pagi. Aku kagum dengan semangat belajar mereka sekaligus bangga berada diantara mereka.

●●●

Tiba-tiba kulihat angina besar bertiup menerbangkan debu-debu di jalanan. Aku jadi ingat jemuran bajuku di atas suth (loteng) sana, jika tidak segera kuselamatkan bukan tak mungkin bisa berterbangan dan mendarat di atas atap rumah tetangga atau tersangkut di pelapah pohon-pohon kurma. Aku segera berlari masuk ke asrama, menaiki tangga demi tangga dengan tergesa, mengangkat baju-bajuku yang sebagian sudah tidak lagi berada di tempatnya, kemudian memasukkan begitu saja dalam sebuah bak cucian yang ada.

Setelah selesai, akupun bergeggas turun, namun kemudian kecewa karena tak lagi kudapati seorang pun di halaman yang tersisa. Semua sudah berangkat berarti bisnya tadi sudah tiba dan lalu pergi tanpa aku tebawa diantara mereka.

Lemas seketika aku rasanya satu-satunya yang bisa aku lakukan hanya menghubungi panitia, meminta dikirimkan mobil atau apa saja yang bisa mengantarku kesana. Lalu aku menunggu di halaman ini sampai transportasinya tiba.

●●●

Bis besar itu kosong saat kumasuk, isinya hanya sopir, kondektur dan aku yang duduk di tengah cukup jauh dari mereka. Aku betul-betul sendirian tanpa ada teman yang kuajak bicara, maka ketika seorang wanita tua memberhentikan bis kami di jalan untuk ikut entah sampai dimana, akupun mensyukurinya.

“Assalamu’alaik ya Hubabah…” kataku menyapanya.
Dia sejenak menjawab salamku, kemudian memilih tempat duduk di seberang pintu tanpa merasa mengajakku berbicara lebih panjang lagi. Maka, akupun memilih menikmati pemandangan kota Tarim dari jendela.

Menatap Zambal dan Furait dari balik kaca bis selalu jadi hiburan yang tak pernah kulewatkan, letaknya tepat ditengah kota. Bukan taman, bukan pula kantor-kantor pemerintahan. Dua tempat tersebut adalah pemakaman. Ribuan Waliyullah diyakini di makamkan disini.

Diantara mereka AlFaqihil Muqoddam (Muhammad bin Ali Ba’alawi), Imam Al-Hadad (Abdullah bin Alwi AlHaddad) penyusun Ratib Hadad yang terkenal itu, Syekh Umar Muhdor (Umar Al Muhdhor bin Abdurrahman Asseqaf), Abdullah Al Aydrus Al Akbar (Abdullah Al Aydrus bin Abu Bakar AsSakran) dan para wali lainnya, yang bahkan sekedar nama-nama merekapun sulit bagiku menghafalnya. Pemakaman para wali bisa jadi sering aku jumpai, namun lokasinya yang terletak di pusat kota, berdekatan dengan pusat keramaian dan pasar adalah hal yang menarik. Melihatnya seperti melihat sebuah papan pengumuman bertuliskan:
“Hiduplah di duniamu namun ingatlah tempat kembalimu adalah kuburan.”
Kemudian bis kami melewati pasar, aku lihat sayur-sayur segar dijajakan, roti-roti besar khas arab, para pedagang buah yang menawarkan dagangannya juga kerajinan tangan dari para pengrajin berupa tembikar dari tanah liat yang dibakar.

Pasar tradisional dimana-mana kulihat mirip-mirip saja, taka da perbedaan yang mencolok disbanding pasar yang selama ini kulihat kecuali bahwa aku tak menemukan seorang perempuan disana. Kota ini memiliki tradisi perempuan memasak di rumah, dan suami atau saudara laki-laki berbelanja. Bagus juga kurasa, menjadikan laki-laki lebih bertanggung jawab atas ekonomi keluarga. Dan pasar disini cenderung lebih tenang disbanding pasar manapun. Mungkin karena tidak ada perempuan yang memang sering kali lebih rewel daripada laki-laki.

Aku masih termenung ketika bis kemudian tanpa kuduga mengerem mendadak karena ada seorang anak yang tiba-tuba menyeberang jalan.

Bis itu mengerem begitu mendadak hingga tubuhku condong ke depan dan membuat kepalaku terantuk sandaran kursi di hadapanku. Hanya itu yang terjadi padaku yang masih muda dan berat badanku ringan saja. Aku bisa menjaga keseimbangan. Namun wanita tua yang duduk tepat dua baris dihadapanku keadaannya benar-benar memprihatinkan. Aku terkejut melihatnya. Dia terpelenting dan jatuh di tangga pintu masuk, untung saja pintunya tertutup rapat . rupanya dia berusaha memegang besi pintu bis yang licin hingga membuatnya terjerembab dan tangannya tergores besi di bagian bawah pintu sampai darahnya bercucuran.

Aku terkejut dan terperangah…
Benar-benar tak menyangka keadaannya sebegitu parah.
Belum selesai keterkejutanku, aku dibuat lebih terkejut lagi  mendengar ucapan pertama yang mengalir dari lisannya saat menyadari darah bercucuran dari tangannya. Dengan terlihat tanpa menahan perih, dia berkata lirih:


“Alhamdulillah…
Terima kasih Ya Allah… atas karunia dan pemberian-Mu yang taka da habis-habisnya”

SubhanAllah… aku terkesima beberapa saat lamanya. Hingga akhirnya ketika dia mulai bisa bangun, aku segera berusaha memapahnya dan menanyakan keadaannya.
Alhamdulillah, tidak apa-apa kok nak… Allah Tuhan kita begitu baik, dan selalu memberi kita yang terbaik.”

Aku semakin terkesima mendengar jawabannya. Betapa mulia hati wanita tua ini, yang bahkan kala ditimpa kemalangan dia tidak hanya bersabar lagi mampu menerima dan mensyukurinya.
Semenjak kejadian pagi itu sampai malam hari aku terus memikirkan kata-katanya sampai membuatku tidak bisa memejamkan mata. Aku begitu malu, sungguh malu kepada Allah yang telah menganugerahkan padaku kehidupan, sementara aku jarang sekali berterima kasih dan mensyukuri atas segenap nikmat yang tak pernah putus-putusnya. Dan ironisnya, disaat tertimpa hal yang tidak menyenangkan, aku seringkali berkeluh kesah. Padahal di atas muka bumi ini ada hamba-hamba-Nya yang bahkan kala mereka di timpa musibah, mereka berterima kasih dan mampu mensyukuri segalanya, sembari meyakini bahwa yang terjadi adalah yang terbaik untuk mereka. Dan wanita ini adalah salah satunya.

Entah kapan aku menjadi golongan mereka ?
Akankah seumur hidup hanya menjadi hamba kebanyakan yang sulit dan tidak mengerti cara berterima kasih pada Tuhannya ?
Entahlah…….

0 komentar

Malam Panjang Di Mina

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Tahun kedua di Tarim, Alhamdulillah… Allah mengizinkan aku melaksanakan rukun Islam yang ke lima. Setelah kepulangan kakakku ke tanah air dan aku kemudian menetap di asrama Daruz Zahro bersama pelajar-pelajar yang lain, keluargaku menyarankan aku berangkat haji dari Yaman.
“Pasti lebih murah … udah dekat kan?” kata mereka
Dan ini adalah sepenggal kisah indah yang tersisa….

Tanggal 8 dzulhijjah kala itu, ketika kami beberapa orang pelajar putri Daruz Zahro berangkat naik bis bersama rombongan dari tempat kami tinggal selama di Mekkah menuju Mina untuk mengerjakan sunnah haji, menginap di Mina pada malam Arofah.

Tenda yang kami tempati selama di Mina ternyata sangat besar dan mewah hingga 200 orang-an bisa tertampung di dalamnya. Tak ada orang Indonesia selain dari kami. Mereka yang di tenda itu adalah warga Mekkah, Madinah, Yaman, Mesir, Oman, Kuwait dan Negara arab-arab lainnya. Beruntung bahasa arab ku kala itu sudah cukup baik hingga aku bisa berkomunikasi dengan tetangga-tetangga baruku di kemah tersebut.

Dan beliau adalah tetangga yang bersebelahan tempat tidurnya denganku. Seorang wanita berusia enam puluhan tahun. Khadijah namanya, jujur sebenarnya aku tidak tahu apa-apa tentangnya dan tidak terlalu peduli padanya. Namun ketika nyaris semua orang Mekkah, Madinah dan sekitarnya selalu mengelilingi beliau, mulai dari sekedar curhat, hingga mereka meminta tangan Hubabah Khadijah begitu mereka memanggil beliau- untuk diletakkan di dada mereka sambil berdoa, tahulah aku bahwa beliau tentu bukan sembarang orang, dan akupun merasa bangga menjadi tetangganya meski hanya untuk beberapa malam saja, bukankah tetangga punyak hak lebih dari yang lainnya? Jika mereka mendapat jatah doa dari beliau, aku seharusnya mendapat lebih dari mereka semua. Maka aku mempersiapkan diri untuk mendapatkannya..

●●●

Keesokan harinya, rangkaian ibadah haji yang yang dimulai dengan Wuquf di Arofah, Thowaf, Sa’I hingga melempar jumrah yang berturut-turut membuatku berada di titik terendah kekuatn fisikku.
Maka, ketika kembali pulang ke Mina untuk Mabit (bermalam) di tiga hari Tasyrik (Tanggal 11,12,13 dzulhijjah), aku tak peduli apa-apa lagi. Selepas Tahallul dan mandi, kelelahan membuatku tidur lelap sekali.

Pendekatanku pada beliau di mulai pada hari Tasyrik pertama, usai melempar jumroh di sore hari aku menghampiri beliau dan kukatakan padanya tentang adanya hak tetangga untuk mendapatkan jatah doa dan nasihat darinya, beliau tersenyum dan bukan mendoakan malah mengajakku mengunjungi seseorang yang sakit di tenda itu , kepalanya terkena lemparan batu saat melempar jumroh pagi tadi.
“Sebagai tetangga yang baik, mari kita kunjungi tetangga kita yang sedang tertimpa musibah” katanya menggodaku sembari menarik tanganku.

Aku menemani beliau sampai adzan maghrib terdengar berkumandang dari tenda lelaki samping tenda kami. Usahaku ternyata belum membuahkan hasil.

●●●

Selepas sholat, makan malam dan mendengarkan ceramah dari guru kami Alhabib Umar bin Hafidz yang suaranya diperdengarkan lewat pengeras suara ke tenda wanita, aku kembali mendekati beliau. Kali ini lengkap dengan berbekal sebotol air mineral untuk beliau bacakan doa. Aku memang dibesarkan dalam keluarga yang percaya hal-hal semacam ini. Jika seseorang dalam keluarga kami sakit, ayahku biasa membacakan doa, dzikir, ayat qur’an dan sholawat pada air yang kemudian diminumkan kepada yang sakit. Aku yakini hal-hal semacam ini, meski penemuan tentang hidupnya air dan reaksinya yang menjadi energi positif ketika diucapkan kata-kata yang baik baru kutahu 7 tahun kemudian dari sebuah buku karya seorang professor besar di Jepang.

Aku ajukan air itu pada beliau namun beliau berkata;
“Wudhuku batal, bagaimana jika saya wudhu terlebih dahulu, tetangga kecilku…?” katanya.
Aku mengangguk tanda setuju
Selepas wudhu beliau langsung mengerjakan sholat yang kutahu pastilah sholat sunnah wudhu. Begitu ia salam dari sholatnya aku menyodorkan kembali air itu. Beliau mengambilnya lalu meletakkannya di  sampinng tempat tidur seraya bekata
“Bagaimana kalau saya sholat sunnah witir dulu barang dua rakaat?”
Aku tentu tak mungkin mencegahnya. Aku cuma bisa mengangguk pasrah. Dan memilih untuk menunggu beliau selesai sholat sambil duduk di atas tempat tidurku sendiri.
Sholatnya ternyata lama sekali, aku mulai tak sabar menunggu. Dan mungkin karena kelelahan setelah mengerjakan ibadah haji kemarin, mataku  mulai nanar tak jelas memandang, pertanda kantuk mulai menyerang.

Aku beringsut membaringkan tubuhku, dan sampai menjelang aku tertidur aku masih melihat beliau belum selesai dari 2 rakaat Witirnya yang entah surat apa yang di baca
Aku terbangun dan melihat kemah sudah lewat pukul dua belas malam dan ternyata aku dapati Hubabah Khadijah masih mengerjakan sholatnya. Aku memandangnya takjub tanpa beranjak dari tempat tidurku, sekilas dari cahaya remang-remang kusaksikan matanya yang sembab dan airmata mengalir membasahi pipinya yang mulai keriput. Aku terus memandanginya sampai mataku tak bisa lagi berkompromi. Aku kembali tak sadarkan diri, tertidur pulas sekali.

Aku terbangun lagi dan segera kulihat jam yang kutaruh dibawah bantalku, jam dua dini hari. Tenda masih gelap, taka ada suara, begitu sunyi senyap, semua orang sepertinya sudah tertidur lelap.
Namun, Subhanaallah…

Hubabah Khadijah kulihat masih berdiri dalam sholatnya entah di rakaatnya yang ke berapa?
Aku memandanginya dengan iri kali ini, dan bukan air mata di pipinya yang kusaksikan dalam keremangan cahaya tapi justru seulas senyum terpancar dari wajahnya dan kulihat tak ada tanda kelelahan disana.

Aku hanya bisa memandanginya, dan sungguh baru mampu sekedar  memandanginya karena untuk bangun dan melaksanakan sholat bersamanya, rasanya badan ini begitu malas dan penat luar biasa. Kubiarkan diriku tertidur lagi.

Aku terjaga kembali dan kali ini lampu tenda sudah menyala, terlihat beberapa orang tengah mengerjakan sholat Tahajjud di sela-sela tempat tidur, terdengar pula suara dzikir dibacakan dari kemah sebelah. Aku memaksakan diri untuk bangun sendiri dan mengambil wudhu. Namun sebelum aku benar-benar berdiri, baru kusadari Hubabah Khadijah masih tengah sujud dalam sholatnya. Aku terkesimadan takjub luar biasa. Sungguh seumur hidup, baru kali ini aku menyaksikan seseorang sholat di sepanjang waktu malam, dan andai tak menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri barangkali aku tak pernah percaya bahwa di zaman sekarang ini masih ada seseorang melakukannya…

Aku ambil botol air mineralku yang semalam beliau letakkan di samping sajadahnya, menutupnya dan tak lagi merengek padanya untuk membacakan doa pada air tersebut. Pemberian Allah kepada beliau  semalam dalam sholat pastilah membuat air ini benilai luar biasa

●●●

Terngiang ucapan AlHabib Umar di suatu sore saat memberi pelajaran di majelis rauhahnya;
“Akan selalu ada di muka bumi ini hamba-hamba yang hidup mereka telah diwakafkan untuk-Nya, siang mereka adalah berbuat baik kepada sesama dan malam mereka bersimpu di mihrab, mendekatkan diri kepada Tuhan dengan ruku, sujud dan berdiri menghadap-Nya tanpa kenal lelah.. mereka adalah hamba-hamba Allah terbaik , yang karena rintihan doa-doa mereka. Allah memberi rahmat kepada kita semua, hamba-hamba-Nya.”
0 komentar

Zuhud

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Sebagai upaya menambah materi pelajaran dari apa yang kudapat di Daruzzahro, aku mengambil les privat dari Ustadzah Maryam, Puteri Habib Ali Masyhur, mufti (orang yang berwenang memberi jawaban terhadap permasalahan umat) Tarim saat ini. Beliau adalah seorang ustadzah yang aktif bergerak dalam bidang dakwah dan juga mengajar di Darul faqih, sebuah madrasah khusus puteri yang ada di Tarim ini juga. Aku belajar memahami tentang hadits-hadits Rosulullah SAW dari beliau seminggu sekali.

Sore ini beliau mengupas hadits :
“Zuhudlah (hilangkan dari hatimu kecintaan) terhadap harta dunia niscaya Allah akan mencintaimu, dan zuhudlah (hilangkan dar hatimu keinginan) terhadap apa yang dimiliki orang lain niscaya engkau akan dicintai mereka.”

Ustadzah Maryam kemudian menjelaskan padaku arti zuhud dan gambarannya dalam praktek kehidupan manusia. Seperti keteladanan Nabi Muhammad SAW yang lebih memilih untuk mengganjal perutnya dengan batu karena menahan lapar dan rela tidur di atas tikar usang darpada selalu kenyang dan hidup dalam kenyamanan. Atau seperti Nabi Isa AS yang sampai hari beliau diangkat ke langit tak pernah memiliki rumah sebagai tempat tinggal. Begitu juga para hamba-hamba pilihan Allah yang lebih memilih untuk meninggalkan kesenangan dunia demi meraih kebahagiaan akhirat.

Aku jadi tertarik dan bertanya:
“Ustadzah, masih tersisakah di zaman sekarang ini orang yang bersifat zuhud, sementara godaan untuk mementingkan dunia sedemikian beratnya?”

“Tentu masih ada” jawab beliau.

“Di dunia ini masih akan selalu asa hamba-hamba pilihan Allah yang memahami untuk apa mereka di ciptakan, mereka menyadari hakikat dunia yang esok atau lusa akan mereka tinggalkan. Mereka berhasil meyakinkan diri bahwa taka da yang akan mereka bawa ketika masuk kubur nanti kecuali kain kafan, dan bahwa dunia yang tampak menyenangkan ini hanya akan menyisakan hisab (perhitungan dan pertanggung jawaban di hari kiamat) yang panjang. Mereka sungguh orang-orang yang pandai, tak mau senang sesaat namun kemudian membawa petaka yang maha berat. Tak menginginkan kebahagian sebentar tetapi membawa penyesalan berkepanjangan”
Sejenak beliau diam dan minum segelas air putih di hadapannya lalu beliau melanjutkan penjelasannya:
“Pertanyaanmu tadi mengingatkanku akan kejadian kemarin, ketika aku sedang berada di Madrasah Darul Faqih pada jam istirahat. Kala itu aku sedang berada di kantor dengan beberapa orang guru, tiba-tiba seorang anak remaja memanggilku dan memintaku mendekat, aku lalu mengajaknya menepi di sudut ruangan untuk berbicara dengannya.

“Ustadzah, aku harap ustadzah berkenan menjadi saksi untuk ibuku.”
Aku mendengarkannya, dengan lebih serius.

“Saksi atas apa, nak?”

“Ibuku sepanjang hidupnya tak memiliki apapun kecuali 2 buah baju. Satu ia kenakan sementara yang lain ia cuci. Ia juga hanya memiliki 2 buah kerudung, mukena, sepasang sandal, sebuah sisir, cermin, piring, Al-Qur’an, tasbih dan sajadah. Dia tak memegan satu sen pun uang, tak memiliki perhiasan, rumah, barang, atau perabot apapun. Di masa tuanya beliau tinggal dengan kakak tertuaku. Apabila salah satu dari anaknya memberinya uang, dia akan menerimanya dengan senang hati dan mendoakannya namun keesokan harinya uang tersebut sudah tidak lahi di tangannya.
Dan ketika beberapa hari yang lalu seseorang memberinya hadiah selembar kain, beliau berkata:
“Jika umurku sampai Ramadhan nanti, jahitkan kain ini untuk baju sholatku sebagai pengganti mukena yang lama. Namun jika tidak, tolong berikan kepada ‘si fulanah’ yang rumahnya disana, kulihat mukena yang di pakainya terlihat usang dan tak lagi layak di pakai.

Anak remaja di hadapanku menunduk, dia menyembunyikan air matanya yang perlahan menetes sebelum akhirnya kemudian berkata:
“Ustadzah” panggilnya lirih
“Ibuku meninngal tiga hari yang lalu… ku harap ustadzah berkenan menjadi saksi bahwa beliau telah berhasil menjalani kehidupan seperti yang diinginkannya. Karena setiap kali aku protes dengan caranya menolak harta dunia dia selalu berkata:

“Tahukah kau nak? Cita-citaku adalah termasuk dalam kelompok orang yang di ceritakan nabi Muhammad SAW bahwa saat proses hisab masih berlangsung, dan Shirotol mustaqim (jembatan yang tebentang di atas neraka jahannam yang harus dilewati setiap manusia untuk menuju syurga) masih dibentangkan, ada sekelompok orang yang telah menanti Nabi Muhammad SAW di pintu-pintu syurga, hingga malaikat bertanya ;

“Siapakah kalian yang telah berada disini padahal proses hisab masih berlangsung dan belum selesai?”

“Kami adalah sekelompok orang dari Umat Nabi Muhammad SAW yang keluar dari dunia seperti kami masuk ke dalamnya. Tak ada yang harus di hisab dari kami..” jawab mereka
Anakku… aku ingin keluar dari dunia ini tanpa membawa apapun kecuali sekedar yang aku perlukan untuk bertahan hidup sehingga tak harus ada proses hisab yang panjang menantiku di depan.”
Begitu selalu jawab ibuku dan dia berhasil menjalani hidupnya tepat seperti yang dia mau. Aku bercerita padamu agar kelak engkau berkenan menjadi saksi kebaikannya” kata remaja itu mengakahiri ceritanya..”

Aku takjub mendengar cerita Ustadzah Maryam dan kagum luar biasa pada wanita yang beliau ceritakan itu.

Betapa sederhana hidup sesungguhnya… Ya sangat sederhana, andai kita tidak menganggap penting sesuatu yang sebenarnya memang tidaklah penting. Harta dunia yang karenanya banyak orang berlomba hingga mau berbuat apapun untuk meraihnya, pada akhirnya akan ditinggalkan begitu saja.
Hidup ini sederhana saja sebenarnya.. Kita sendirinya yang suka membuat sesuatu menjadi lebih rumit. Cinta dunia sering kali mengelabui kita dari memahami makna hidup yang sesungguhnya.

Tarim 2000
0 komentar

Sang Pembawa Pesan

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Kota ini



Di kota ini tak ada embun pagi

Tak ada gemericik air sungai

Atau kicauan burung

Di Dahan Pepohonan



Di kota ini tak ada cemara

Tak ada laut atau muara

Tak ada pegunungan hijau

atau hutan belantara



Namun di kota ini 

Ada tasbih yang bergemerincing

Lebih damai

Dari arus sungai



Ada lisan menyenandung 

Sholawat di jalanan

Ada suara penyeru kebaikan 

di tiap sudut rerumahan



Tarim....

Apa yang ada padamu

Memberiku lebih 

dari yang kumau.

Tak pernah terbayangkan dalam benakku bahwa aku akan menjalani kehidupan seperti ini. Harus berjalan kaki paling tidak 2 km setiap hari. Melewati jalalanan terjal bebatuan bahkan naik turun gunung tanpa pepohonan rindang.

Baru 2 hari yang lalu ketika genap setahun aku menempati rumah yang dulu. Yang tak jauh dari Daruz Zahro tempat aku menuntut ilmu. Masa kontrakan habis dan untuk memperpanjangnya, pemilik rumah minta uang sewa dinaikkan dan kami yang hanya pelajar tanpa penghasilan tambahan kecuali mengharap kiriman dari orang tua nun jauh disana, tak dapat berbuat apa-apa kecuali menyerah pada keadaan. Rela meninggalkan rumah kontrakkan yang telah kami tempati selama ini.
Maka siang itu selepas sholat dhuhur, sepulang aku dari belajar, kakak ku menyuruhku segera mengemasi barang.

“Mau pindah kemana kita kak?” tanyaku penasaran
“Aku juga belum tahu, tapi yang aku tahu Allah tak pernah menyia-nyiakan hamba-Nya yang dalam keadaan terjepit seperti kita” Jawabnya tanpa beban sambil menutup pintu dan keluar.
Kalau di piker-pikir ada betulnya juga, apalagi terhadap pelajar seperti kami. Bukankah ada jaminan khusus untuk para penuntut ilmu, dimana Allah akan memenuhi kebutuhan mereka dari arah yang tidak disangka-sangka?

Maka ketika kakakku tiba di rumah, beberapa jam setelah kepergiannya, dari raut wajahnya aku tahu Allah telah menepati persangkaannya.
“Kita dapat ruah indah di lereng gunung. Di bagian atas bangunan masjid yang baru selesai di bangun. Seseorang sewaktu aku sholat Ashar di masjid tadi menunjukkannya. Aku sudah melihatnya dan aku yakin kamu pasti menyukainya.” Katanya penuh semangat.

●●●

Dan rumah itu memang indah. Memang berada di lereng gunung batu. Dari halaman rumahku bahkan bisa terlihat nyaris seluruh kota Tarim lengkap dengan kebun-kebun kurmanya yang tampak indah di musim berbuah kali ini. Dan rumah itupun benar-benar di atas sebuah masjid , tapi bukan di atas bangunan masjid yang besar itu, tepatnya ia berada di atas tempat wudhu dan kamar mandi masjid yang aku hitung berjumlah dua belas.

Merupakan adat istiadat dan tradisi di negri ini setiap membangun masjid selalu membangun sarana yang mendatangkan penghasilan untuk masjid. Ada yang membangun ruko-ruko yang di kontrakkan, kebun kurma di halaman belakang atau rumah kontrakkandi samping atas masjid seperti rumah yang aku tempati ini.

Sebuah tradisi yang baik dan bijaksana kukira. Hingga tak kudapati masjid-masjid meletakkan kotak amal di pintu-pintu masuknya. Bahkan selalu kulihat Masjid di tiap pelosok di negeri in lebih mewah dari rumah-rumah warganya.

Rumah itupun tak hanya indah tapi murah. Karena terletak di daerah yang masih sepi. Sangat sepi bahkan nyaris tak kudapati rumah di sekitar rumah ini yang sedang di huni. Pantas saja pengurus masjid begitu senang ketika kami sampaikan keinginan kami tinggal di sini. Hitung-hitung sekalian memakmurkan masjid pikirnya. Karena di butuhkan orang untuk menyalakan dan mematikan lampu tiap pagi dan sore hari. Dan itu bisa kami lakukan, apalagi kakakku tidak keberatan untuk mengumandangkan adzan di tiap waktu sholat yang dia sedang berada di rumah. Pengurus masjid hanya meminta kami membayar 1500 reyal (mata uang Negara Yaman) sekitar 150 ribu rupiah perbulannya. Nilai uang yang sangat kecil di bandingkan biaya kontrakan rumah pada umumnya.
Maka lengkaplah rumah ini sebagai sebuah pertolongan dari Allah. Bangunannya indah, pemandangannya bagus, dekat masjid, murah lagi.

Satu-satunya masalah yang kemudian muncul hanyalah kenyataan bahwa rumah ini jauh dari tempat kami belajar. Jarak tempuhnya dari Daruzzahro lebih dari 500 meter. Yang jika aku berangkat sekolah pagi di pagi hari, kembali di siang hari untuk kemudian berangkat lagi di sore hari menghadiri rauhah (semacam pengajian umum yang di lakukan di sore hari) dan pulang pada malam harinya berarti aku berjalan kaki sekurang-kurangnya 2 km setiap hari. Selanjutnya silahkan hitung sendiri berapa kilo meter yang aku tempuh dalam tiap bulannya. Sungguh betul-betul sebuah perjlanan berat lagi melelahkan apalagi perjalanan itu berupa naik turun gunung batu nan terjal tanpa aspal. Terlebih jika dilakukan seperti saat ini, di musim panas yang suhunya mencapai 40 sampai 50 derajat celcius. Sungguh lengkap perjuangan hidup ini, membuat aku merasa seolah-olah menjadi seorang pendekar yang naik turun gunung untuk mengalahkan musuh besarnya.

Dan katakanlah:



"Berbuatlah engkau.........

Niscaya Allah, Rasul-Nya

dan orang-orang mukmin

akan melihat perbuatanmu



Dan engkau akan

dikembalikan kepada Allah

Dzat Yang Maha Mengetahui 

segala yang ghaib

dan yang nyata



lalu dia memperlihatkan

kembali semua yang telah engkau perbuat.



(At-Taubah 105)

Maka kala pagi ini aku menyandang tas besar berisi kitab-kitab yang akan ku pelajari, buku tulis, beberapa bolpen dan sebuah alat rekam menelusuri jalanan terjal bebatuan, aku jadi berfikir seolah sedang membawa persenjataan menumpas musuh besar. Ya, betul juga kurasa, bukankah musuh dalam hidup kita yang terbesar adalah setan? Aku pernah mendengar bahwa yang paling disukai setan pada diri manusia adalah kebodohan, dan yang paling di takutinya adalah ilmu pengetahuan yang bisa mendekatkan seorang hamba pada Tuhan. Berarti tatkala aku berangkat belajar bukankah aku sedang berperan melawan musuh besar? Jika memang begitu, bagiku sungguh terkalahkannya setan sebagai musuh pengganggu perjalanan hidupku adalah harga yang pantas dibayar untuk kelelahan yang sedang aku lakukan.

Kakiku masih tetap melangkah bersama tetesan-tetesan keringat yang mengalir deras dan kakiku mulai terasa lemas. Akupun lalu berfikir tentang segala hal yang menjadikan semua kelelahan ini tidak sia-sia. Ya, agar perjalanan ini menjadi lebih bermakna, agar tiap langkah yang kutempuh tak membawa penyesalan. Bersama tiap langkah kakiku, aku mulai menghitung-hitung niat yang terfikir di benakku.

“Aku tinggal jauh di rumah masjid itu dengan niat agar langkah-langkahku menempuh kebaikan menjadi lebih banyak, berarti lebih banyak pula nilai pahalaku, dan tinggal yang bersatu dengan masjid memudahkanku beri’tikaf setiap waktu terutama karena masjid itu belum ramai di kunjungi orang. Pemandangan indah di sekitar masjid, pegunungan dengan bebatuan aneka warna bisa memudahkanku bertafakkur dan mensyukuri keindahan alam ciptaan Tuhan.”

Saat aku berjalan keluar menuju sekolah, kuniatkan setiap langkahku sebagai bentuk khidmah (pelayanan terhadap agama) kepada Allah dan Rosul-Nya juga berharap berkah dari para wali (orang yang dicintai Allah karena ketakwaan kepada-Nya) di negri ini. Dan aku niatkan bersama tiap degup jantungku, seiring langkah-langkahku sebagai sarana men-syiarkan agama islam karena aku melangkah untuk menuntut ilmu yang akan aku sampaikan pada saudara-saudara seiman ketika aku pulang ke negeriku nanti. Dan aku niatkan pula tiap desah nafasku untuk menyenangkan hati Rosulullah Saw di alam Beliau sana karena dari sekian umatnya banyak lupa syariatnya, aku adalah satu dari sedikit mereka yang mau lelah mempelajari ajarannya untuk ku sebarluaskan kepada umatnya.

Aku masih menghitung-hitung niat yang bisa kuhadirkan dalam hatiku sampai langkahku kemudian terhenti ketika dikejutkan suara wanita yang sedang menyapu, memanggilku.

“Ya Bunayyah..(panggilan sayang untuk anak-anak)” panggilnya sambil sejenak berhenti menyapu dan pandangannya lurus menghadapku.
Aku menghampirinya.
Diletakkakannya sapu di tangannya di bawah pohon kurma kemudian tersenyum penuh sayang. Dia menepuk-nepuk pundakku seraya berkata perlahan. Sangat perlahan seolah dia tak ingin aku kehilangan satu katapun dari apa yang dia ucapkan. Dia berkata:
“Wahai anakku.. Allah akan memberi sesuai dengan apa yang kau niatkan”
Aku berdiri kebingungan nyaris tak percaya dengan apa yang baru saja kudengar. Aku memintanya kembali mengulangi ucapannya dan dia berkata lagi:
“Allah akan mengkaruniakanmu sesuai dengan niat-niatmu” katanya kemudian.

Aku masih berdiri keheranan, ketika dia kembali mengambil sapu dan meneruskan pekerjaannya. Sejenak kemudian aku tersadar dan mengucapkan terimakasih padanya lalu melanjutkan perjalanan sambil tak habis mengerti bagaimana sesuatu yang aku pikirkan bisa dibaca oleh seorang wanita yang bahkan tak pernah kukenal ini.
Kebetulan?....
Kurasa itu terlalu jauh dari kemungkinan.

Melihat senyum dan caranya bertutur, aku begitu yakin bahwa ucapannya tak hanya sekedar kebetulan semata. Dia penyampai kabar gembira dari Tuhannya.

Menyadari hal itu aku kembali menoleh ke belakang dan mendapati wanita itu masih menyapu halaman rumahnya. Namun pandangankucpadanya berubah menjadi sebuah kekaguman. Kagum bahwa dia adalah hamba yang Allah pilih jadi penyampai kabar gembira pada hamba-hambaNya. Perantara antara Allah dan makhlukNya. Pemberi pelajaran-pelajaran kehidupan.

Hari ini ia telah memberi pelajaran berharga yang takkan pernah kulupa:
"Allah, Tuhanku akan selalu memberiku sesuai dengan niatku"

Hingga tatkala kudapati kesalahan dalam sesuatu, kutahu ada yang salah pula dalam niatku.

"Hati-hatilah dengan firasat seorang mukmin, ia bisa melihat dengan cahaya Allah.
(H.R Tirmidzi dan Thabrani)
 
;