Jumat, 17 Januari 2020 0 komentar

22 Jumadil Awal 1441 H (17 Januari 2020)

بسم الله الرّحمن الرّحيم


  1. Islam itu  hakikatnya kuat bukan lemah atau rapuh, maka orang yang menjaga syariat Islam pasti dia akan terjaga dalam setiap zaman. (13:40 WIB)
  2. Sesungguhnya itu akhlaq itu lebih dibutuhkan daripada sebuah ilmu, tidaklah berarti seseorang yang berilmu tetapi tidak memiliki akhlaq. (13:41 WIB)
  3. Manusia itu terlalu mencintai dirinya sendiri, terlalu bangga akan dirinya sendiri, dia melupakan bahwa semua itu adalah bentuk pemberian dari Allah. (13:42 WIB)
  4. Barangsiapa berbuat kebaikan tetapi tidak didasari ittiba' Rasulullah SAW niscaya perbuatan tersebut akan tertolak, karena tidak memiliki akhlaq didalamnya. (13:43 WIB)
  5. Amal sholeh yang tidak memilki akhlaq itu niscaya pasti akan rusak, maka utamakanlah akhlaq terlebih dahulu dalam setiap perbuatanmu. (13:47 WIB)
  6. Akhlaq itu meliputi semua amal, perbuatan, pendengaran, ucapan yang tidak terkecuali apa yang menjadi tanggung jawab kepada Allah dalam bentuk ridho. (13:49 WIB)
  7. Sesuatu yang dapat merusak amal adalah sombong, riya', dan tidak jujur terutama pada diri sendiri. Kemudian ditambahkan lagi dia tidak bertaubat. (13:49 WIB)
  8. Akhlaq itu selain sebuah perbuatan tetapi juga sebuah komitmen kita kepada Allah, bagaimana menjaga kejujuran kepada Allah. (13:52 WIB)
  9. Barangsiapa yang beribadah tanpa memiliki akhlaq niscaya ibadahnya akan tertolak selama 40 hari. (13:54 WIB)
  10. Tanda-tanda Allah menghendaki seorang hamba dalam kebaikan, maka sekecil apapun yang menjadi kesalahannya akan mendapatkan teguran dan peringatan. (13:55 WIB)
  11. Bentuk sebuah kebaikan itu apabila diketahui ada keburukan maka segeralah dia menggantinya dengan sebuah kebaikan. (13:56 WIB)
  12. Tidak ada kemuliaan yang didapatkan oleh manusia melainkan dengan melalui sebuah kehinaan dan kerendahan. (14:00 WIB)
  13. Tergelincirnya seseorang itu sesungguhnya kebanyakan dari lisannya bukan dari perbuatannya, maka banyaklah diam dan merenungi amal ibadahmu. (14:05 WIB)
  14. Gunakanlah setiap pembicaraanmu itu manfaat bagi orang lain, bagi dirimu dan bagi Allah SWT. Apabila tidak mampu berucap baik lebih diam, karena ilmu itu juga diletakkan dalam diam. (14:05 WIB)
  15. Musibah yang tidak dirasakan oleh manusia itu adalah tanda-tanda orang yang keras hatinya, dan itulah hukuman Allah yang paling berat, dicabutnya rasa untuk mengetahui kebaikan dan keburukan. (14:13 WIB)
  16. Barangsiapa sudah berani membaca Bismillahir Rahmannir Rahiim tetapi tidak memiliki sifat menyayangi dan mengasihi sesungguhnya bacaannya penuh dengan kedustaan. (14:29 WIB)
  17. Barangsiapa yang sudah merasakan bagaimana mengasihi dan menyayangi sesama mahluk Allah niscaya dia akan merasakan bagaimana nikmatnya ibadah kepada Allah SWT. (14:36 WIB)
  18. Apabila seseorang mendapatkan petunjuk dari Allah SWT, maka dia akan menghilangkan akalnya, menghilangkan hatinya, dan menghidupkan Allah SWT. (14:45 WIB)
  19. Hati manusia itu satu detik dapat berubah-ubah, maka berdoalah agar dikuatkan niatnya. Sehingga menjadi manusia yang berpegang teguh terhadap petunjuk Allah SWT. (14:45 WIB)
  20. Apabila kita tidak memiliki perihal yang betul-betul menyenangkan hati Nabi Muhammad, maka sampaikanlah nasehat kebaikan menyambung lidah Rasulullah niscaya kelak akan dapat menolong keadaan batinmu. (15:01 WIB)
  21. Sampaikanlah nasehat-nasehat yang berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits, walaupun dirimu banyak kesalahan janganlah berhenti dalam menyampaikan nasehat. (15:04 WIB)
  22. Nasehat yang baik itu ikutilah dan janganlah kamu melihat siapa yang menasehati sekalipun orang yang buruk, karena nasehat yang baik itu manfaat bagi dirimu, sedangkan keburukan orang yang menasehati itu bukan urusanmu melaikan urusannya dengan Allah. (15:06 WIB)
  23. Barangsiapa yang membuka aib seorang yang telah meninggal kelak kamu akan berkesempatan untuk dibalas meninggal seperti aib yang kau ceritakan tersebut, kalau tidak dirimu ya istrimu, kalau tidak istrimu paling tidak ada keturunanmu. (15:23 WIB)
  24. Celakalah orang yang selalu membuka aib orang lain, niscaya kelak di akhirat aibmu juga akan dibuka dan kebaikanmu akan ditutup. (15:25 WIB)
  25. Manusia yang menjadi pilihan itu memiliki 4 kategori yaitu 
    1. Meninggalkan waktu istirahatnya untuk mendekat kepada Allah SWT
    2. Memberikan sesuatu yang ada pada dirinya
    3. Tidak menghendaki derajat yang bersifat duniawi, baik itu tahta, kedudukan ataupun harta
    4. Istiqomah tetap pada pendiriannya meskipun orang lain mengejek. (15:36 WIB)
0 komentar

Manaqib Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz

Al-Habib ‘Umar putra dari Muhammad putra dari Salim putra dari Hafidz putra dari Abdullah putra dari Abi Bakr putra dari ‘Aidrus putra dari Al-Hussain putra dari Al-Syaikh Abi Bakr putra dari Salim putra dari ‘Abdullah putra dari ‘Abdurrahman putra dari ‘Abdullah putra dari Al-Syaikh ‘Abdurrahman Assegaf putra dari Muhammad Maula Al-Daweela putra dari ‘Ali putra dari ‘Alawi putra dari Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad putra dari ‘Ali putra dari Muhammad Sahib Al-Mirbat putra dari ‘Ali Khali‘ Qasam putra dari ‘Alawi putra dari Muhammad putra dari ‘Alawi putra dari ‘Ubaidillah putra dari Al-Imam Al-Muhajir Ilallah Ahmad putra dari ‘Isa putra dari Muhammad putra dari ‘Ali Al-‘Uraidi putra dari Ja’far Asshadiq putra dari Muhammad Al-Baqir putra dari ‘Ali Zainal ‘Abidin putra dari Hussain sang cucu laki-laki, putra dari pasangan ‘Ali putra dari Abu Talib dan Fatimah Azzahra putri dari Rasul Muhammad SAW.

Beliau terlahir di Tarim, Hadramaut, salah satu kota tertua di Yaman yang menjadi sangat terkenal di seluruh dunia dengan berlimpahnya para ilmuwan dan para alim ulama yang dihasilkan kota ini selama berabad-abad. Beliau dibesarkan di dalam keluarga yang memiliki tradisi keilmuan Islam dan kejujuran moral dengan ayahnya adalah seorang pejuang martir yang terkenal, Sang Intelektual, Sang Da’i Besar, Muhammad bin Salim bin Hafiz bin Syaikh Abu Bakr bin Salim. Ayahnya adalah salah seorang ulama intelektual Islam yang mengabdikan hidup mereka demi penyebaran agama Islam dan pengajaran Hukum Suci serta aturan-aturan mulia dalam Islam.

Beliau secara tragis diculik oleh kelompok komunis dan diperkirakan telah meninggal, semoga Allah mengampuni dosa-dosanya. Demikian pula kedua kakek beliau, Al-Habib Salim bin Hafiz dan Al-Habib Hafiz bin Abdullah yang merupakan para intelektual Islam yang sangat dihormati kaum ulama dan intelektual Muslim pada masanya. Allah seakan menyiapkan kondisi-kondisi yang sesuai bagi al-Habib ‘Umar dalam hal hubungannya dengan para intelektual muslim disekitarnya serta kemuliaan yang muncul dari keluarganya sendiri dan dari lingkungan serta masyarakat dimana ia dibesarkan.

Beliau telah mampu menghafal Al Qur’an pada usia yang sangat muda dan ia juga menghafal berbagai teks inti dalam fiqh, hadits, Bahasa Arab dan berbagai ilmu-ilmu keagamaan yang membuatnya termasuk dalam lingkaran keilmuan yang dipegang teguh oleh begitu banyaknya ulama-ulama tradisional seperti Muhammad bin ‘Alawi bin Shihab dan Syaikh Fadl Baa Fadl serta para ulama lain yang mengajar di Ribat, Tarim yang terkenal itu.

Maka beliau pun mempelajari berbagai ilmu termasuk ilmu-ilmu spiritual keagamaan dari ayahnya yang meninggal syahid, Al-Habib Muhammad bin Salim, yang darinya didapatkan cinta dan perhatiannya yang mendalam pada da’wah dan bimbingan atau tuntunan keagamaan dengan cara Allah SWT. Ayahnya begitu memperhatikan sang ‘Umar kecil yang selalu berada di sisi ayahnya di dalam lingkaran ilmu dan dzikir.

Namun secara tragis, ketika Al-Habib ‘Umar sedang menemani ayahnya untuk sholat Jum‘ah, ayahnya diculik oleh golongan komunis, dan sang ‘Umar kecil sendirian pulang ke rumahnya dengan masih membawa syal milik ayahnya, dan sejak saat itu ayahnya tidak pernah terlihat lagi. Ini menyebabkan ‘Umar muda menganggap bahwa tanggung jawab untuk meneruskan pekerjaan yang dilakukan ayahnya dalam bidang Da‘wah sama seperti seakan-akan syal sang ayah menjadi bendera yang diberikan padanya di masa kecil sebelum beliau mati syahid.

Sejak itu, dengan sang bendera dikibarkannya tinggi-tinggi, ia memulai, secara bersemangat, perjalanan penuh perjuangan, mengumpulkan orang-orang, membentuk Majelis-majelis dan da’wah.
Perjuangan dan usahanya yang keras demi melanjutkan pekerjaan ayahnya mulai membuahkan hasil. Kelas-kelas mulai dibuka bagi anak muda maupun orang tua di mesjid-mesjid setempat dimana ditawarkan berbagai kesempatan untuk menghafal Al Qur’an dan untuk belajar ilmu-ilmu tradisional.

Ia sesungguhnya telah benar-benar memahami Kitab Suci sehingga ia telah diberikan sesuatu yang khusus dari Allah meskipun usianya masih muda. Namun hal ini mulai mengakibatkan kekhawatiran akan keselamatannya dan akhirnya diputuskan beliau dikirim ke kota Al-Bayda’ yang terletak di tempat yang disebut Yaman Utara

Kali ini tempatnya adalah Al-Bayda’ dan kota-kota serta desa-desa disekitarnya. Tiada satu pun yang terlewat dalam usahanya untuk mengenalkan kembali cinta kasih Allah dan Rasul SAW pada hati mereka seluruhnya. Kelas-kelas dan majelis didirikan, pengajaran dimulai dan orang-orang dibimbing, usaha beliau yang demikian gigih mulai menunjukkan hasil yang besar, mereka tersentuh dengan ajarannya, terutama para pemuda yang sebelumnya telah terjerumus dalam kehidupan yang kosong dan dangkal, namun kini telah mengalami perubahan mendalam hingga mereka sadar bahwa hidup memiliki tujuan, mereka bangga dengan indentitas baru mereka sebagai orang Islam, mengenakan sorban dan mulai memusatkan perhatian mereka untuk meraih sifat-sifat luhur dan mulia dari Rasul SAW.

Sejak saat itu, sekelompok besar orang-orang yang telah mengikuti beliau mulai berkumpul mengelilingi beliau dan membantunya dalam perjuangan da‘wah maupun keteguhan beliau dalam mengajar di berbagai kota besar maupun kecil di Yaman Utara. Pada masa ini beliau mulai mengunjungi kota-kota maupun masyarakat diseluruh Yaman, mulai dari kota Ta’iz di utara, beliaupun belajar ilmu dari mufti Ta‘iz Al-Habib Ibrahim bin Aqil bin Yahya yang mulai menunjukkan pada beliau perhatian dan cinta yang besar sebagaimana ia mendapatkan perlakuan yang sama dari Syaikh Al-Habib Muhammad Al-Haddar, sehingga ia memberikan puterinya untuk dinikahi setelah menyaksikan bahwa dalam diri beliau terdapat sifat-sifat kejujuran dan kepintaran yang agung.

Tak lama setelah itu, beliau melakukan perjalanan melelahkan demi melakukan ibadah Haji di Mekkah dan untuk mengunjungi makam Rasul SAW di Madinah. Dalam perjalanannya ke Hijaz, beliau diberkahi kesempatan untuk mempelajari beberapa kitab dari para ulama terkenal disana, terutama dari Al-Maghfurlah Al-Qutub Al-Habib ‘Abdul Qadir bin Ahmad Assaqaf yang menyaksikan bahwa di dalam diri ‘Umar muda, terdapat semangat pemuda yang penuh cinta kepada Allah dan Rasul-Nya SAW dan sungguh-sungguh tenggelam dalam penyebaran ilmu dan keadilan terhadap sesama umat manusia sehingga beliau dicintai oleh Al-Habib Abdul Qadir salah seorang guru besarnya.

Sejak itulah nama Al-Habib Umar bin Hafiz mulai tersebar luas terutama dikarenakan kegigihan usaha beliau dalam menyerukan agama Islam dan memperbaharui ajaran-ajaran awal yang tradisional. Namun kepopuleran dan ketenaran yang besar ini tidak sedikitpun mengurangi usaha pengajaran beliau, bahkan sebaliknya, beliau mendapatkan sumber tambahan dimana tujuan-tujuan mulia dapat dipertahankan.

Tiada waktu yang terbuang sia-sia, setiap saat dipenuhi dengan mengingat Allah SWT dan Rasul SAW dalam berbagai situasi dan lokasi yang berbeda. Perhatiannya yang mendalam terhadap membangun keimanan terutama pada mereka yang berada didekatnya, telah menjadi salah satu dari perilaku beliau yang paling terlihat jelas sehingga membuat nama beliau tersebar luas bahkan hingga sampai ke Dunia Baru.

Negara Oman akan menjadi fase berikutnya dalam pergerakan menuju pembaharuan abad ke-15. Setelah menyambut baik undangan dari sekelompok Muslim yang memiliki hasrat dan keinginan menggebu untuk menerima manfaat dari ajarannya, beliau meninggalkan tanah kelahirannya dan tidak kembali hingga beberapa tahun kemudian.

Bibit-bibit pengajaran dan kemuliaan juga ditanamkan di kota Shihr di Yaman timur, kota pertama yang disinggahinya ketika kembali ke Hadramaut, Yaman. Disana ajaran-ajaran beliau mulai tertanam dan diabadikan dengan pembangunan Ribat Al-Mustafa. Ini merupakan titik balik utama dan dapat memberi tanda lebih dari satu jalan, dalam hal melengkapi aspek teoritis dari usaha ini dan menciptakan bukti-bukti kongkrit yang dapat mewakili pengajaran-pengajaran di masa depan.

Guru-Guru Beliau Adalah :

  • Al-Habib Muhammad bin Salim (Ayahanda Beliau)
  • Al-Habib al-Munshib Ahmad bin 'Ali bin asy-Syaikh Abu Bakar, 
  • Al-Habib 'Abdullah bin Syaikh al-'Aydrus, 
  • Al-Muarrikh al-Bahhaatsah al-Habib 'Abdullah bin Hasan BalFaqih, 
  • Al-Muarrikh al-Lughawi al-Habib 'Umar bin 'Alwi al-Kaaf, 
  • Asy-Syaikh al-Mufti Fadhal bin 'Abdur Rahman BaFadhal, 
  • Asy-Syaikh Tawfiq Aman 


dan kepada saudara kandungnya al-Habib 'Ali al-Masyhur bin Muhammad bin Salim.
Selain kepada para ulama Tarim, beliau juga menuntut ilmu dan ijazah kepada banyak lagi ulama di luar kota tersebut.

Sekembalinya ke Kota Tarim, beliau mengasaskan Rubath Darul Musthofa pada tahun 1414H / 1994M dengan tiga matlamat:
(1) mengajar ilmu agama secara bertalaqqi dan menerimanya daripada ahlinya yang bersanad
(2) mentazkiah diri dan memperbaikkan akhlak
(3) menyebarkan ilmu yang bermanfaat serta berdakwah menyeru kepada Allah s.w.t.

Kepulangannya ke Tarim menjadi tanda sebuah perubahan mendasar dari tahun-tahun yang ia habiskan untuk belajar, mengajar, membangun mental agamis orang-orang disekelilingnya, menyebarkan seruan dan menyerukan yang benar serta melarang yang salah. Darul-Mustafa menjadi hadiah beliau bagi dunia, dan di pesantren itu pulalah dunia diserukan.

Dalam waktu yang dapat dikatakan demikian singkat, penduduk Tarim akan menyaksikan berkumpulnya para murid dari berbagai daerah yang jauh bersatu di satu kota yang hampir terlupakan ketika masih dikuasai para pembangkang komunis.

Murid-murid dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Kepulauan Comoro, Tanzania, Kenya, Mesir, Inggris, Pakistan, Amerika Serikat dan Kanada, juga negara-negara Arab lain dan negara bagian di Arab akan diawasi secara langsung oleh Habib Umar bin Hafiz.

Berdirinya berbagai institusi Islami serupa di Yaman dan di negara-negara lain dibawah manajemen Al-Habib Umar akan menjadi sebuah tonggak utama dalam penyebaran Ilmu dan perilaku mulia.

Habib Umar bin Hafidz adalah Ulama terkemuka di Hadramaut, Yaman. Madrasahnya Darul Mustafa, telah menghasilkan ribuan kader Mubaligh yang berdakwah di segenap penjuru dunia, sebagai Ulama dan Mubaligh, tutur katanya lembut dan pengetahuan agamanya luas. Namun sorot matanya tajam dan raut mukanya selalu tampak bercahaya. Dan ketika berceramah, beliau bisa berubah menjadi “singa podium” yang berapi-api.

Kalimat demi kalimat meluncur dengan suara lantang dan selalu bernas. Meski begitu, beliau tidak pernah menyinggung golongan atau pihak lain, apalagi menyakiti dengan kata-kata. Beliau selalu menekankan pentingnya kebersihan hati, pengamalan ilmu dan berdakwah di jalan Allah swt.

Sumber: http://majelisalmunawwarah.blogspot.com/2017/01/manaqib-al-habib-umar-bin-muhammad-bin.html
 
;