Tampilkan postingan dengan label Pengajian Hari Senin. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pengajian Hari Senin. Tampilkan semua postingan
Senin, 18 April 2022 0 komentar

18 April 2022

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Syeikh Abdul Aziz Ad-Darani (Kitab Thaharatul Qulub)
Ada 4 macam orang mukallaf yaitu sebagai berikut
  1. Orang-orang yang diciptakan Allah SWT untuk melayaniNya dan masuk surga
  2. Orang-orang yang diciptakan Allah SWT untuk masuk surgaNya.
  3. Orang-orang yang diciptakan Allah SWT tidak untuk melayaniNya dan tidak untuk masuk surgaNya.
  4. Orang-orang yang diciptakan Allah SWT untuk melayaninya tetapi tidak untuk surgaNya.
Perbedaan manusia dalam masuk surga, kebanyakan orang awam akan masuk surga karena ingin kenikmatannya dan takut akan siksanya, sedangkan mahluk yang masuk surga tapi tidak bisa menikmatinya itu seperti halnya malaikat. Mereka hanyalah pelayan-pelayan di surga pemberi kenikmatan. Sedangkan orang khusus mereka masuk surga disebabkan karena ingin berkumpul dengan Baginda Nabi Muhammad SAW.

Abu Sulaimana berkata: Aku mendapatkan riwayat bahwasanya bernafasnya orang fakir tanpa syahwat setara dengan 2000 tahun ibadahnya orang kaya.

Syahwat adalah sebuah hawa nafsu, bagaimana manusia mengatur nafas tanpa hawa nafsu padahal dalam beribadah pun manusia tidak lepas dari perihal hawa nafsu. Dengan syahwat itulah yang akan merusak amal ibadah seseorang. Maka orang fakir yang dijalan Allah ini adalah manusia yang benar-benar menuju kepada Allah dan tidak lagi memandang harta dunia, bukan fakir yang dijalan-jalan yang pengangguran.

Keyakinan itu berbeda dengan spekulasi, orang menentukan sesuatu atas keyakinan karena dia mengetahui betul apa yang menjadi pilihannya, baik beramal dan beribadah. Namun orang yang spekulasi dia tidak mengetahui apa yang menjadi pilihannya namun dia berharap jika itu menjadi baik, dan bersiap jika tidak baik. Maka inilah iman penjudi.


Senin, 01 November 2021 0 komentar

1 November 2021

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Bab Hukuman (Risalah Al-Amin)
Seorang yang kuat logikanya pasti dia lebih kuat dan cenderung menggunakan pikirannya, lebih cenderung ke perhitungannya, sehingga dia tidak mampu menghitung segala anugerah dari Tuhannya, maka sedikit sekali orang yang sudah mempunyai ilmu pengetahuan itu untuk bisa meyakini atas kebenaran janji-janji Tuhannya.

Petolongan dari Allah itu tidak untuk siapa-siapa tetapi untuk dirasakan bagi orang-orang yang sudah taqwa, jadi orang yang belum taqwa mustahil bisa merasakan anugerah karena anugerah itu bentuk kemuliaan dan kemuliaan itu diraih dengan ketaqwaan bukan dengan sistematik atau kehendak manusia itu sendiri, dengan cara mereka atau pola pikir mereka, sama sekali tidak.

Anugerah itu bukan pemberian, karena pemberian orang yang tidak taqwa pun mendapatkan pemberian, tetapi anugerah ini sesuatu yang bisa dirasakan oleh orang yang bertaqwa, dan pasti segala aspek kehidupannya menjadi rahmat. Mereka di ibaratkan orang yang mendapatkan cahaya, sehingga berjalan tidak tersandung-sandung karena mengetahui persis apa yang menjadi jalan mereka.

Jadi garis besarnya pada umumnya manusia itu lebih cenderung melakukan pekerjaan daripada berpikir, sehingga saat ditengah perjalanan baru dia berpikir, inilah tanda-tanda dia jauh dari Allah, karena tidak ada satupun mahluk dimukan bumi ini yang bisa bergerak tanpa izinnya, tetapi tidak perlu meminta izin karena eksistensinya (akalnya) lebih kuat sehingga terjerumus dalam kesesatan, dan kurangnya hati-hati (wara').

Anugerah itu diberikan kepada orang yang selalu bertalian dan mencari petunjuk kepada Allah, bukan untuk mereka yang menguatkan idealismenya, pemikirannya, maka seperti yang telah disebutkan dalam Al-Qur'an sesungguhnya mereka tidaklah mengetahui, sehingga hidupnya terjebak dan selalu mengulang-ngulang.

Orang yang kuat eksistensinya dia tidak akan pernah mengetahui mahalnya waktu, betapa berharganya waktu, sehingga selalu dalam kerugian, membuang peluang untuk belajar, membuang peluang untuk meneliti agama, hal-hal itu adalah orang yang sangat rugi dalam kehidupannya karena mereka memang belum memiliki anugerah, hanya menunggu waktu saja sampai datang kematian tanpa mengerti agama sama sekali.

Janganlah berdoa agar kebahagiaanmu dan kebutuhanmu terpenuhui tanpa disertai kebahagiaan bermunajat dengan kekasihmu, Allah. Hal tersebut akan menjadikanmu termasuk ke dalam golongan orang-orang yang terhalang.

Berhati-hatilah dengan kenyamanan, karena saat dirimu terlena dengan kenyamanan itu membuatmu tidak siap dengan keadaan menderita.

Tidak ada kemuliaan yang paling agung selain kemuliaan iman dan mengikuti sunnah, siapa saja yang diberi kitab dan sunnah lantas dia merindukan yang lain, maka dia termasuk hamba yang pembohong dan pendusta.

Barangsiapa yang mengerjakan Wajib tanpa sunnah hukumnya batal, apalagi hanya mengerjakan sunnah dan meninggalkan yang wajib. Maka banyak manusia di zaman ini melakukan hal seperti itu karena memang akal mereka belum sampai kepada keimanan.

Orang yang bisa menghargai waktu adalah orang yang cerdas, orang yang cerdas adalah orang yang selalu menyiapkan bekal-bekal untuk mati. Maka hidup ini sangat singkat, hanya orang yang sadar saja yaitu cerdas yang menyadarinya, tidak meluangkan sedikitpun waktunya kecuali untuk yang manfaat. Bergegaslah kamu mencari kebenaran di sisi Tuhanmu, bukan mencari kepuasan atau kesenangan untuk dirimu sendiri.

Banyak orang yang membuat hal baru sebagai ekspresi hawa nafsu, mereka yang rusak dengan kedok ilmu, mereka mengabdikan diri dalam kesesatan sehingga hal tersebut memalingkan mereka total dari kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW, maka ilmu menjadi hijab yang memisahkan antara mereka dan Allah, terhadap mereka yang terjerumus kedalam golongan ini maka pesan Syeikh Abu Hasan: "Setiap ilmu yang kau rasakan ada keraguan didalamnya, menyenangkan hawa nafsu, dan naluri merasa nikmat maka buanglah meskipun benar".

Ilmu yang paling mahal adalah petunjuk, maka tanpa ilmu pasti tidak memiliki petunjuk, padahal untuk mendapat petunjuk harus taqwa, taqwa diraih dengan ilmu, ilmu dengan petunjuk.

Ikhlas yang tidak diketahui oleh sosok malaikat untuk ditulis, atau oleh sosok setan untuk dirusak, tidak pula oleh hawa nafsu untuk dibengkokkan. Ilmu adalah nur dan ditempatkan di qalbu orang mukmin yang bersih.

Ikhlas itu dibagi menjadi 2: yang pertaman adalah keikhlasan yang berharap balasan dan pahala, yang kedua adalah keihkhlasan yang menjadikan Allah adalah tujuan utama, bahkan tidak apapun darinya. Keikhlasan yang pertama disebut As-Shadiqin dan yang kedua adalah As-Sidi qin


Senin, 25 Oktober 2021 0 komentar

25 Oktober 2021

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Orang yang gelisah tidak akan bersabar, orang yang memaksakan diri tidak akan selamat, orang yang meminta tidak akan pernah ridha, orang yang berpaling tidak akan memasrahkan diri kepada Allah, orang yang memohon tidak bertawakal.

Tanda-tanda penyerahan diri kepada Allah adalah tidak goyah hatinya ketika tertimpa musibah. 

Dua dosa yang jarang sekali keduanya berubah kebaikan, yaitu benci terhadap ketetapan Allah dan berbuat dhalim terhadap hamba-hamba Allah. Sementara ada dua kebaikan yang jarang sekali terancam (dihapus pahalanya) oleh kebanyakan dosa, yaitu ridha dengan ketetapan Allah dan memaafkan kesalahan hamba-hamba Allah.

Setiap ketakutan yang membuatmu kembali kepada kepada Allah adalah keridhaan sehingga orang yang memiliki ketakutan adalah orang yang terpuji. Ketakutan yang yang selain kepada Allah adalah kehinaan.

Senin, 18 Oktober 2021 0 komentar

18 Oktober 2021

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Kembalilah kalian kepada Allah SWT dalam Tadbir maupun Takdir yang pertama. Maka kalian akan mendapatkan bantuan kemudahan, Allah akan menghalangi kalian dari kesusahan. (Syeikh Abu Hasan Asy-Syadzili)

Manusia ini adalah anak cucu Nabi Adam as. dan sudah dicontohkan bahwasanya Nabi Adam ini berbuat dosa hanya satu kali, tapi akibatnya sampai diturunkan di muka bumi. Jadi Hakikat manusia ini anak cucu adam dan kita ini bagian dari manusia yang pasti akan berbuat dosa seperti halnya Nabi Adam. 300 Tahun lamanya Nabi Adam bersujud kepada Allah, dan sujudnya ini hanyalah meminta ampun. Tapi perlu menjadi catatan bahwasanya meminta ampun saja tetapi tidak mengaku dirinya dhalim maka pengakuan ini tidak bisa di akui. Banyak orang yang beristighfar tetapi belum mengistighfari dirinya sendiri.

Maka dikatakan oleh Syeikh Abu Hasan kembalilah kepada Tuhanmu yaitu bertaubat. Secara ringkas menyebutkan untuk bertakbirlah kepada Allah, artinya kita harus sholat dengan memuji kebesaran Tuhannya. Ketahuilah Allahu Akbar, kalimat Akbar ini Maha Besar meliputi apa yang ada di langit dan dibumi. Dan besar dalam kalimat ini tidak seperti yang ada dalam pikiran manusia, namun ini meliputi segala kebesaran. Maka jika kita sudah tawajuh menghadap kepada Allah SWT kita akan mengetahui betapa kecilnya diri kita. Dan harus disadari manusia ini dalam kehinaan, maka jika manusia tidak merasa hina dihadapan Tuhannya maka masih belum dikatakan orang yang bertakbir, dengan pengakuan lemah, hina, rendah, dhalim, miskin, semua ada pada manusia ketika menghadap Allah inilah kuncinya, namun jika kita hanya bertakbir itu hanyalah syariat hukum dalam sholat namun hakikatnya dia belum sholat karena tidak ada pengakuan didalamnya.

Manusia hendaknya malu terhadap Allah, karena ketidaksadarannya melaksanakan sholat, dia ruku tetapi tidak menyadari kerendahannya, dia bersujud tetap tidak merasakan kerendahannya, padahal hakikatnya orang yang bersujud adalah kita ini sangatlah rendah dihadapan Allah, lalu menyebut ketinggian Allah dengan mensucikan melalui kalimat-kalimat tasbih. Namun jika manusia itu tidak merasakan kerendahannya sesungguhnya dia justru sedang menyebut kesucian dirinya, dimana perihal ini adalah sesuatu yang kurang ajar, disebabkan oleh kebodohan dan ketidak tahuan dirinya, jika dirinya saja dia tidak mampu mengenal, lalu bagaimana dia akan mengenal Allah. Padahal perihal ini hanyalah bagaimana mengenal sifatnya, belum asma'nya apalagi zatnya.

Takbir itu mudah diucapkan oleh lidah, namun untuk pelaksanannya tidak akan mudah, bahkan Nabi Adam dalam sujudnya sampai 300 tahun, menangis tidak henti sehingga menjadi sebuah sungai air mata, lalu burung-burung pun berebutan untuk meminum air yang segar tersebut, karena air mata itu penuh dengan penyesalan dan taubat.

Proses manusia itu adalah mengenal dirinya, barulah mengenal Tuhannya, namun yang terjadi justru dia tidak mengenal diri, dan selalu bersangka buruk terhadap Tuhannya, karena pengetahuan ilmu agamanya sangat dangkal dan menjadi sebuah syarat saja melaksanakan kewajiban bukan untuk berkenalan dengan Tuhannya.

Apabila manusia sudah mengenal Tuhannya maka dia pasti akan malu, dia mengetahui hakikatnya berasal dari air mani, sebuah air yang hina sehingga dia sadar apa yang hendak dibanggakan dan diparmerkan seseorang yang berasal dari air yang hina. Maka manusia itu wajib merasa hina diturunkan didunia, jika dia merasa mulia dan tidak hina niscaya dia tidak akan kembali ke surga.

Mengenal diri itu membutuhkan proses yang lama dan panjang, kadang dia tidak mampu menguasai hawa nafsunya, kadang akal dan agamanya lemah. Perihal ini terus menjadi permainan manusia sampai dia mengetahui hakikatnya siapa dirinya dan siapa Tuhannya.

Jika manusia sudah mengenal Tuhannya dia pasti akan menerima apa yang menjadi Takdirnya, dan ketahuilah apa yang menjadi kehendak Tuhanmu itu adalah yang paling bagus, kebaikannya sangat banyak, penuh dengan rahasia Allah didalamnya. Namun manusia tidak mengetahui apa yang menjadi rahasia, karena sudah dikunci dalam firman Allah, sesungguhnya pengetahuan manusia perihal yang ghaib itu sangatlah sedikit.

Pengetahuanmu yang sedikit tentang perihal ghaib ini hendaknya menjadikan manusia jujur kepada Allah akan kondisinya, jujur ini bukanlah penampilan, lisan bisa baik, penampilan bisa baik, pengajian bisa baik namun belum tentu jujur. Jujur dan benar ini adalah pengakuan Takbir

Allah itu tidaklah butuh ibadahmu, namun Allah membutuhkan pengakuan dirimu yang hina, dhalim. Dhalim adalah suatu puncak kehinaan, dhalim kepada Allah SWT bukan dhalim kepada manusia, dan tidak hanya bentuk pengakuan saja tetapi juga dengan pembuktian seperti halnya Nabi Adam yaitu bersujud.

Takdir Allah ini akan ditimpakan kepada manusia, mereka yang mengetahui mencari takdir yang baik, dan berusaha menolak takdir yang buruk, sedangkan orang yang bodoh dia tidak mengetahui takdir buruk yang sedang berjalan pada dirinya, sehingga saat hal itu mulai ditampakkan maka manusia tidak siap, menolak hal tersebut dan buruk sangka terhadap Tuhannya walaupun tidak terucap hal itu pada lisannya.

Jika manusia sudah mengetahui apa yang ditakdirkannya, maka dia pasti akan bersyukur disitulah dia akan bertakbir dengan sungguh-sungguh menerima apa yang menjadi keputusan Allah. 

Perihal Sayyidina Ali bin Abi Thalib setiap hendak sholat beliau selalu pucat karena dalam sholatnya seperti hendak di adili saat bertakbir, inilah puncak dari pengetahuan takbir yang dimiliki. Maka sudah dipastikan orang yang sholat itu dijauhkan dari masalah, jika dia sholat namun tetap bermasalah pasti belum beres sholatnya.

Setiap Wara yang tidak memberimu cahaya maka dia tidak akan menghasilkan pahala, sedangkan dosa yang di ikuti dengan takut kepada Allah SWT maka dia tidak dianggap dosa.

Mustahil orang yang tidak punya ilmu bisa menjadi wara', dan sudah dijelaskan oleh Guru, yaitu Riydahoh Nafs, Marifatun Nafs, baru Marifatullah maka saat manusia sudah mengenal Allah niscaya dia akan menjadi wara' secara otomatis. Hati-hati itu bukan kamu menjaga diri, namun wara' adalah hati-hati yang dijaga oleh Allah SWT. 

Maka manusia mendapatkan penjagaan oleh Allah SWT asalkan dia bertaqwa, zuhud, yakin kepada Allah SWT, karena sifat wara' ini adalah sifat hati-hati yang dipelihara oleh Allah SWT maka inilah orang yang mendapatkan wilayah. Diatas Wara' ini adalah orang yang mendapatkan mahabbah.

Mahabbah ini adalah mengalahkan semuanya, karena ibadahnya bukan lagi karena ingin surga dan takut neraka, tapi lebih condong kepada rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW. Dia ingin masuk surga karena ada Beliau didalamnya, ingin bersanding dengannya bukan bersanding dengan bidadari.

Ambillah rejekimu sesuai dengan yang Allah SWT berikan kepadamu, dengan menggunakan ilmu dan sunnah Rasullullah SAW, janganlah menjadi lemah sebelum ia bertemu denganmu, jika kamu lemah kakimu akan dibuat hina bertemu dengannya.

Mempelajari ilmu itu hendaknya mengasingkan diri dari urusan selain ilmu, maka saat ilmu itu sudah dimiliki mustahil manusia itu merasa kesepian, karena dia sudah menyepi sebelum kesepian itu datang.

Pusat Nafsu itu ada 4; Pusat syahwat, pusat untuk berbuat taat, pusat untuk kecenderungan untuk melakukan hal-hal yang dimubahkan.


Senin, 11 Oktober 2021 0 komentar

11 Oktober 2021

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Bab Pertemanan 
Setiap manusia itu akan dikumpulkan sesuai dengan kelompoknya masing-masing, dan Allah sudah bersumpah tidak akan memberikan petunjuk kepada kaum yang fasiq.

Seorang yang bersahabat itu tidak memiliki kepentingan untuk dirinya sendiri, tapi saling mendoakan dan memaafkan jika memiliki kesalahan.

Orang yang kalah dengan hawa nafsunya dia pasti tidak akan mengetahui kebenaran, sedangkan orang yang selalu mengingat mati dia akan selalu mencari cara bagaiamana menambahkan ilmu, menambahkan amal sholeh.

Bab orang yang berakal
Orang yang berakal adalah yang selalu berpikir apa yang menjadi keinginan dari Allah SWT

4 Hal yang di inginkan Allah dari hambanya:
1. Nikmat - Syukur
2. Cobaan - Sabar
3. Ketaatan - Syahadah
4. Kemaksiatan - Taubat

Orang yang berakal akan mendapatkan jaminan dari Allah, yaitu jaminan petunjuk dan jaminan aman.

Manusia itu diketahui sifat buruknya jangan melihat kebaikannya agar kamu tidak tertipu, begitu juga jika kita tidak mengenal sifat Allah paling tidak kita mengetahui sifat Iblis dan tipu dayanya.

Orang yang memuliakan orang kaya sesungguhnya dia ingin menjadi kaya, begitu juga orang yang memuliakan orang Alim sesungguhnya dia ingin menjadi seperti orang Alim atau paling tidak mengharapkan keberkahannya.

Kuatkanlah taubatmu, jadikan taubat itu sebagai hajatmu. 

Tauhid adalah bentuk kebutuhan, sedangkan hukum adalah pelaksanaannya.

Keresahan itu terjadi disebabkan tidak ada titik temu dengan Tuhanmu, bersimpangan dengan sifat Allah.

Orang yang berakal paham bahwa Allah SWT adalah zat yang mengetahui keburukan dirinya dalam kebaikan yang Allah berikan kepadanya.

Qs. Al-A'raf: 69

Bab Tadbir

Orang yang memutuskan dirinya dari pengaturan diri menjadi pengaturan Allah SWT, dari pilihan diri menjadi pilihan Allah SWT, dari pandangan diri menjadi pandangan Allah SWT, dari pengetahuan tentang kebaikannya menjadi pengetahuan dari Allah SWT, dengan selalu  menerima ridha, pasrah, dan tawakkal kepada Allah SWT, maka Allah SWT telah memberinya hati yang baik, selain itu dia akan selalu berdzikir, berpikir, dan melakukan keistimewaan-keistimewaan lainnya. 


Senin, 04 Oktober 2021 0 komentar

4 Oktober 2021

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Bab Kekuatan Dan Kemuliaan.

Qs. Al-Munafiqun: 8

Allah SWT mencegahnya dari penghambaan terhadap diri sendiri, terhadap hawa nafsu, terhadap setan, dan dunia atau terhadap satu makhluk di alam kasat mata, alam tampak, alam dunia, dan alam akhirat. Tetapi orang yang munafik hanya mengetahui dari sebab penyembahan berhala.

Sungguh beruntung orang yang mukmin memiliki sholat khusyuk, sedangkan orang yang munafik jelas sudah ibadahnya menyembah hawa nafsu, keinginannya lebih kuat kepada materi. Orang yang mukmin dia akan segera melakukan amal sholeh, karena menunda itu adalah sifat kelalaian dan disebut orang yang munafik. Maka seorang murid itu tetap harus memiliki sebuah wirid dan aurad, apabila tidak memiliki maka dia termasuk orang yang tidak menuntut ilmu. 

Agama itu nasehat, maka haruslah mendengar, lalu memamahami, dan melaksanakan, namun dia mendengar tetapi tidak memahami apalagi melaksanakan, yang lebih celaka lagi adalah tidak semuanya.
Konsekuensi orang yang beriman itu adalah perjanjian, komitmen. Seperti dalam bacaan sholat Inna Sholati Wa Nusuki.....

Akar keburukan ada 6:
  1. Mengganti kehendak baik dengan kehendak buruk
  2. Mengganti hubungan dengan Allah SWT dengan hubungan Makhluk tanpa Allah 
  3. Mengganti berbaik sangka kepada Allah SWT dan RasulNya dengan berburuk sangka kepada Allah dan RasulNya
  4. Dorongan yang tersembunyi
  5. Cinta dunia
  6. Memperturutkan hawa nafsu
Dan hal tersebut diatas adalah sifat orang munafik, hatinya selalu berubah-ubah, padahal dia baik namun kadang ditengah perjalanan dia berubah. Maka tidak bisa disebut orang yang baik karena khianat dengan amanat dan tidak memenuhi syarat sebagai orang yang berjalan di jalan Allah SWT.

Sebuah perbuatan dan ibadah itu apabila karena Allah pasti diberikan padanya kemuliaan, karena kemuliaan itu tidak diberikan kepada mereka yang mencarinya. Namun kemuliaan itu akan diberikan kepada orang yang sibuk dengan melihat kebesaran sifat-sifat Allah SWT.

Orang yang mulia adalah orang yang selalu berbuat untuk menyenangkan hati Nabi Muhammad. 

Muliakanlah orang-orang mukmin sekalipun mereka pelaku maksiat dan fasik, tegakkanlah hukuman had sebagai belas kasihan atasnya namun jangan hina mereka.

Qs. Al-A'raf: 69

Jangan langkahkan kedua kakimu kecuali ke tempat yang engkau mengharap pahala Allah, jangan duduk di tempat yang gholibnya engkau aman dari maksiat Allah, jangan temani kecuali orang yang engkau mintai tolong untuk taat kepada Allah, dan jangan pilih untuk dirimu selain orang yang dengannya engkau dapat menambah keyakinan kepada Allah, namun orang yang seperti itu amat langka.

Larilah dari kebaikan orang ketimbang lari dari kejahatannya, sebab kejahatannya akan mengenai badanmu, sedangkan kebaikannya akan mengenai hatimu. Dan terkena tubuhmu lebih baik bagimu daripada terkena hatimu.

Apabila Allah sudah cinta pada seorang hamba maka Allah akan cemburu terhadap kebaikan orang lain pada kekasihnya, sehingga tidak mau dia bergantung kepada mahluknya, dan hendaknya kembali kepada Allah.

Maka orang yang munafik dia akan mengharapkan pada mahluk, dia berminyak-minyak, suka duduk dengannya, suka berbicara dengannya dan memiliki keinginan yang terselubung apabila tidak didapatkan pasti akan kecewa, padahal menggantungkan manusia itu sudah buruk apalagi mengharapkan.

Hakikat itu belajar dari kebencian, dari musuh dan sesuatu yang tidak kamu suka bukan dari kebaikan, karena kebaikan itu adalah keniscayaan bukan tempat untuk belajar.

Kebanyakan orang yang berisi itu tidak akan pernah menampakkan amalnya, dan tidak bersuara, dan malu dilihat. Sedangkan orang yang senang menunjukkan dirinya pasti tidak memiliki isi. Seperti halnya orang yang membawa kado, ada yang karena malu dia membawa kado besar tapi isinya tidak berharga, sedangkan orang yang biasa saja bawa kado kecil, ternyata isinya sangat mahal.

Maka belajar itu berasal dari tidak nyaman, bukan dari aman dan nyaman. Maka sesuatu yang aman dan nyaman adalah amal.

Kejahatan seseorang itu akan menjadi obat hati, sedangkan kebaikan seseorang dapat membutakan hati, maka waspadalah.

Batin orang yang sholeh disucikan dari kebencian dan sengketa.

Hati orang yang sholeh dia tidak akan mengenal apa itu kebencian, karena sifat itu sangat merugikan, maka jagalah pandangan, lisan, perbuatan dan langkah. Hanya orang yang tidak berakal yang tidak mengetahui apa itu langkah. Karena langkah itu ada 2 yaitu menuju golongan kanan dan menuju golongan kiri.

Musuh yang membawamu kembali kepada Tuhanmu lebih baik daripada kekasih yang menyibukkanmu dari Tuhanmu.

Muliakanlah orang yang sholeh, ikutilah jalan orang yang sholeh, tinggalkan sesuatu yang tidak ada apa-apanya, dan carilah sesuatu yang ada apa-apanya.

Orang yang melupakan hatinya telah mengabaikan agamanya, sedangkan orang yang sibuk dengan mahluknya menjadikan agama sebagai permainan.

Orang yang disebut ahli fiqih yang kaffah adalah orang yang memiliki ilmu tauhid, bukan orang yang mengambil cuplikan hukum sepotong-sepotong.

Orang yang merasa senang, dari salah satu empat karakter ini dicap kikir dan hina:
  1. Takut miskin 
  2. Berburuk sangka
  3. Merasa hina melayani orang yang mukmin
  4. Memprioritaskan nafsu dan hawa.
Dari empat hal diatas obatnya hanya satu yaitu dia bertaubat, memperbanyak istighfar dan tidak mengulangi.


Senin, 27 September 2021 0 komentar

27 September 2021

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Kitab Risalah Al-Amin

Bab I

"Aku bermimpi dengan dua orang sahabatku, sedangkan matahari terasa panas diatas kami, seperti tengah terjadi gerhana, tiba-tiba ada seorang datang kepadaku dan berkata, jika terjadi gerhana matahari maka sucikanlah anggota tubuhmu, lepaslah bajumu, dan bersimbahlah didepan Tuhandmu dengan penuh keta;dhiman, tasbih, dan sujud rukuk kepada raja yang patut disembah, teruslah seperti itu sampai Gerhana matahari selesai, maka dengan demikian kamu akan dapat melihat perihal yang Ghaib dengan mata batinmu" 

Ilmu adalah pokok dan dasar dari segala amal ibadah, ilmu adalah kekuatan batin (kekuatan hati) menguatkan jiwa, jasad ini hanyalah mengikuti. Namun ada yang lebih penting lagi yaitu akhlaq, dan akhlaq ini hasil karya daripada berbagai cabang ilmu. Jadi ilmu tinggi bagaimanapun tanpa ada akhlaq maka ilmu tadi akan menjadi gugur.

Sayyidina Hasan Al-Bashri: " Berapa tahun aku belajar ilmu, ternyata semuanya terkalahkan dengan akhlaq, andaikata aku mengetahui niscaya aku akan belajar akhlaq terlebih dahulu"

Sesungguhnya akhlaq ini adalah inti atau ruh dari ilmu, Ilmu dan akhlaq itu hendaknya digabungkan dan bersama-sama, dan hukum keduanya adalah wajib. Karena bisa jadi orang itu berilmu tetapi tidak memiliki akhlaq maka tidak bisa disebut orang berilmu, dan orang berakhlaq mustahil jika tidak memiliki ilmu. Namun di akhir zaman ini, manusia cenderung tidak memiliki keduanya, sedikit sekali orang yang mau menuntut ilmu, dan sedikit sekali orang yang memiliki akhlaq, karena hasil daripada akhlaq itu kembali lagi kepada hati, yaitu hati yang sifatnya lembut. Jika kamu tidak memiliki hati yang lembut maka tidak akan merasakan kelembutan Allah. Orang yang dapat merasakan kelembutan Allah adalah orang yang selalu menghidupkan hati, yaitu orang yang banyak berdzikir, makin kuat dia berdzikir maka semakin lembut hatinya. Kemudian kelembutan hatinya akan keluar dari hatinya, mulai dari ucapannya, perilakunya, sifatnya pasti Allah. 

Maka yang dia pandang adalah melihat kebesaran Allah, sementara yang tidak memiliki dasar sifat itu dia tidak akan tahu sifat kebesaran Allah, yang ada hanyalah melihat kenyataan, dia melihat maujudnya tetapi tidak melihat sifatnya.

Suatu contoh: orang yang tinggal di desa dia merasa dirinya melarat, ini disebabkan dia tidak memiliki sifat Allah, padahal jika dia memandang kebesaran Allah.

Maka lihatlah sesuatu itu dengan kebesaran Allah bukan melihat dengan pengaruh keadaan sekitar, lihatlah sifat Allah bukan dengan kacamata manusia.

Penyakit ini pun tidak lepas juga dari orang yang sudah Alim, dia merasa dirinya lebih baik, maka bentuk sifat meremehkan itu adalah bentuk tidak adanya sifat Allah pada dirinya. Maka dijadikanlah Nabi Muhammad itu sebagai teladan, diciptakan dengan akhlaq yang tinggi, dan Allah tidak berbicara bukan ilmu yang tinggi melainkan akhlaq yang tinggi. Ini adalah kuncian dari Allah bahwa utamakanlah akhlaq sebelum ilmu. Jika kita memahami maka akhlaq ini adalah kunci kesuksesan. Bahasa awamnya adalah orang yang tawadhu', rendah diri, dan tidak menonjolkan diri.

Tundukkanlah dirimu, seperti halnya padi semakin menunduk semakin berisi, begitu pula juga orang yang membaca maka dia pasti akan menundukkan kepalanya. Nabi diperintahkan untuk Iqro' namun hakikatnya adalah membaca alam semesta, siapa yang menciptakan matahari, siapa yang menciptakan bulan dan bintang, langit dan tanah, batu-batuan. Dan kita ini terbatas hanya membaca keadaan bukan pada sifatnya.

Allah memuji kepada Rasullullah disebabkan setiap kejadian yang terjadi Nabi selalu melihat sifat Allah didalamnya bukan sifat manusianya yang keluar. Orang awam saat melihat padi hanya akan melihat sifat manusia, yaitu siapa yang punya sawah ini. Sedangkan orang yang khawas dia akan melihat betapa Allah Maha Besar yang menumbuhkan yang memberikan manfaat dari apa yang tumbuh, dan sibuk dengan siapa yang menciptakan bukan sibuk dengan siapa manusia yang memilikinya.

Seperti halnya sebuah mobil, orang yang khawas dia akan berpikir ini adalah besi, bisa dinaiki, siapa yang membuat, siapa yang memberikan izin untuk mendapatkan ilham seperti itu, selalu melihat sifat Allah. Maka ketahuilah segala sesuatu yang terjadi berkat izin Allah.

Begitu halnya orang yang berangkat mengaji untuk menuntut ilmu bila tidak mendapatkn izin Allah mustahil dia akan datang. Maka tekankan kembali pada dirimu untuk selalu ingin tahu, karena jika ingin mengetahui pasti kamu akan mencari ilmu, pengetahuan ini adalah ilmu. Dan orang yang ingin tahu ini pasti akan belajar, dan membutuhkan waktu, biaya dan ongkos, tenaga dan pikiran. Maka disebut orang yang Alim, adalah orang yang mengetahui, dititipkan sifat Allah Yang Maha Mengetahui. Dan orang yang tahu itu baru bisa menyampaikan apa yang diketahuinya, bukan menyampaikan dengan dasar hawa nafsunya.

Bersungguh-sungguhlah kamu bertajalli kepada Allah dengan menguatkan Ilmu dan Akhlaq. Dan tidaklah dititipkan oleh semua Nabi kecuali Nabi Muhammad, yaitu semua Nabi tidak dititipkan ilmu Akhlaq seperti halnya Nabi Muhammad, sehingga Nabi Muhammad menjadi Imam Ambiya'.

Dengan akhlaq Nabi telah mencontohkan, walaupun anak yatim, tidak memiliki harta, namun semua orang arab segan kepadanya, bahkan raja persia pun ketakutan membaca surat Nabi Muhammad. Karena apa yang dikerjakannya adalah sifat Allah, tulisan kertasnya memiliki sirr, ucapannya bisa menggetarkan hati orang kafir, sehingga dia gemetar menangis dan masuk islam. 

Kekuatan yang demikian itu berasal dari akhlaq, dia seperti halnya air yang memadamkan api, maka segala kebuasan, kemungkaran, yang ada di muka bumi ini dia dapat dikalahkan dengan Akhlaq, para raja itu tidaklah dikalahkan oleh para Nabi dengan ilmu, melainkan dengan akhlaq, maka barangsiapa yang mampu menjaga akhlaq, dengan ketentuan dalam kitab yang sudah ada maka kita sudah termasuk orang yang mengambil warisan dari Nabi.

Maka pelajarilah kitab-kitab salaf, sehingga kamu mengetahui apa itu akhlaq, apa itu dasar-dasar hukum yang berlaku, apabila tidak memiliki ilmu maka sudah dipastikan dia akan keluar dari jalur, dan tidak bisa juga disebut orang yang akhlaq apabila tidak berilmu. Sehingga dipastikan pula orang yang bodoh itu pasti tertimpa musibah.

Qs Saba': 13

Orang yang tidak sempurna ketaqwaannya pasti susah untuk bersyukur, karena sudah dituliskan dalam ayat Al-Qur'an lainnya bahwasanya manusia ini diciptakan selalu suka mengeluh, diberi sakit mengeluh, rejeki kurang mengeluh, urusan belum selesai mengeluh. 

Penyakit batin ini banyak sekali salah satunya yaitu tidak bersyukur, maka jika kita berbicara mengenai mata batin, itu bukanlah apa yang harus dilakukan dan apa kelebihan yang kamu miliki, tetapi lebih kepada apa penyakit batinnya, dan bagaimana mengobatinya, karena kita ini banyak luka dan cacat, sayangnya cacat dan lukanya rohani ini tidak kelihatan. Dan untuk diketahui penyakit ini banyak sekali, cinta dunia ini sakit, suka bersenang-senang penyakit, sungguh mudah penyakit badan apabila terasa tidak enak langsung bisa diobati, sedangkan penyakit rohani ini tidaklah tampak. Dan sesungguhnya sumber segala penyakit manusia ini berasal dari penyakit rohani.

Terlalu banyak pikiran itu penyakit, merasa cukup dengan amal ibadah penyakit, malas penyakit, terlalu memikirkan anak penyakit, setiap orang yang tidak membutuhkan Allah dan Rasul, dan tidak punya keinginan untuk mendapatkan sesuatu nilai tambah dari hal itu maka itu adalah penyakit, apalagi dia orang sukses, harta banyak, punya jebatan dan merasa doanya sudah terkabul. Maka itulah penyakit yang berbahaya harusnya dia takut, karena terhamparnya kemudahan, karena kemudahan itu akan mendatangkan penyakit yang disebut khianat. Dan sifat khianat itu adalah salah satu dari sifat munafik, dan orang yang memiliki penyakit hati banyak ini adalah orang yang tidak memiliki akhlaq. Dan orang yang tidak mau bersyukur ini adalah orang yang sedikit akhlaq, dan banyak mengeluh.

Bahkan seorang yang sudah alim, guru sekalipun saat di hadapkan dengan perihal yang kurang menyenangkan saja sudah terbesit bagaimana ini terjadi kepada saya, dan merasa tidak nyaman, apalagi kita sebagai seorang murid. Padahal itu adalah ketentuan dari Allah, apa yang ada dibalik itu semua, bisa jadi itu menjadi pengampunan dosa, bisa jadi didahulukan siksanya di muka bumi ini, namun terkadang kita tidak mau menerimanya, dan tidak suka, kecewa, marah dengan adanya seperti itu. Maka inilah yang disebut sedikit sekali manusia yang bersyukur. Maka orang yang alim dan tidak ini seperti halnya matahari dan bulan. Apabila matahari muncul maka tidaklah tampak bulan silih berganti siang dan malam.

Selama kita masih mampu mendengar, maka wajiblah kita menuntut ilmu, namun apabila kita berpaling maka bersiaplah menerima dosa yang besar, yang belajar berhenti akan berdosa, yang mengajar berhenti juga dosa karena termasuk khianat tidak menyampaikan amanat Allah, yang belajar berhenti khianat karena dia berada dalam kebodohan.

Qs. An-Nahl: 53

Bersyukur itu hukumnya wajib, bukan sunnah, dan apapun yang wajib apabila ditinggalkan maka dosanya besar, maka Allah SWT marah terhadap orang yang tidak bersyukur. 

Maka apabila kita ditimpakan kesedihan seperti apapun, janganlah kita lari, dan hukumnya meminta pertolongan kepada Allah itu wajib, syukur itu wajib, meminta tolong itu juga wajib. Maka apabila kita tidak meminta pertolongan adalah orang yang kufur, sudah sengsara tidak meminta pertolongan maka ditambahkanlah kesengsaraannya, tidak minta lagi tambah lagi begitu seterusnya.

Maka segala kenikmatan dan kebaikan itu pasti dari Allah, sedangkan hal yang buruk menimpamu adalah karena perbuatanmu sendiri, dan apabila dari Allah itu hanyalah sebagai ujian apakah kamu akan kembali ruju' kepada Allah.

Sebaik-baik penolong adalah sholat, hanya orang yang bodoh meminta tolong itu dengan mengeluh dan sambat. Dengan sholat inilah manusia memperbaiki hubungan dengan Allah, mengembalikan kondisi nikmat yang telah tercabut dan tambahkanlah sholat-sholat sunnahmu. 

Apabila sholatmu tidak menambah, dan kebaikanmu tidak bertambah, maka bisa jadi kamu belum kembali sehingga Allah menambahkan ujiannya agar kamu bersungguh-sungguh kembali kepada Allah, hakikatnya Allah sedang memanggil kepadamu.

Dan apabila sholat kita sudah diperbaiki, maka Allah akan mengembalikan sesuatu yang telah hilang dari tangan kita, tepat waktulah dengan sholatmu, apabila kamu tidak disiplin dalam sholat sejatinya kamu tidak mau sembuh dari penyakit kesengsaraan.

Banyak manusia menyelesaikan masalah itu dengan pikirannya, padahal itu adalah hal yang salah, sujudlah kepada Allah dan baca Tasbih Nabi Yunus niscaya kegelapan yang menimpa dirimu, kesulitan, akan diganti dan dicabut dengan kemudahan, bisa dibaca 7x, atau dibaca sujud terakhir 40x, dalam setiap sholat baik wajib maupun subuh, apabila hal ini di istiqomahkan maka wajiblah dia menerima pangkat ahli dzikir walaupun belum berdzikir.

Syeikh Abu Hasa Syadzilir: Pandangan mata batin itu apabila terkena sesuatu walaupun tidak membutakan tetapi dapat menganggu pandangan.

Mata itu memiliki berjuta rahasia, maka mata itu dapat berbicara dan dibaca oleh yang berilmu atau mata batin, ada bermacam-macam, ada mata maksiat, mata pendusta, mata khianat, mata orang licik, walaupun dia banyak ngaji dan wirid tetapi jika matanya adalah pendusta maka mata itu tidaklah berdusta, padahal belum lagi hatinya, namun mata itu sudah memancarkan apa yang ada didalam hati, apakah itu hati yang dzikir atau tidak.

Hati orang yang berdzikir itu menutup pancaran mata dan pandangan terhadap yang dilarang oleh Allah, namun apabila hati ini kosong, maka mata itu selalu memandang terhadap dunia, dan memunculkan sifat yang tidak di ridhoi oleh Allah SWT.

Maka pandanglah apa yang ada dihadapanmu dengan sifat Allah SWT, apabila tidak ada maka termasuk orang yang khianat mata, maka khianat itu tidak selalu amanat, tetapi menginginkan sesuatu yang condong terjerumus kepada maksiat juga khianat, telinga pun juga begitu saat kita mendengarkan sesuatu yang tidak disertai sifat Allah.

Namun patut diketahui mata itu adalah sumber utama maksiat, karena dengan melihat manusia menginginkan sesuatu, orang terdahulu selalu menyibukkan matanya dengan membaca mushaf Al-Qur'an. Dengan mata manusia melihat orang menjadi sangka buruk, maka sesungguhnya setiap anggota tubuh kita ini senantiasa bermaksiat dan berkhianat, dan Allah menyuruh kita untuk banyak wudhu untuk menghapus anggota badan kita yang kotor, maka jagalah wudhu itu sehingga pandanganmu tidak liar kesana kemari.

Sebuah contoh banyak orang ingin berlibur keluar negeri sejatinya adalah untuk memuaskan mata, melihat sunset, padahal ini adalah ujian, apakah dia mampu berdzikir dan mengingat Allah SWT, maka orang yang terdahulu dia uzlah, karena takut salah dalam memandang, melihat, berbicara dan berbuat, melarikan diri dari keramaian.

Akal juga diberikan oleh Allah SWT untuk berpikir apa yang dijadikanNya bukan untuk berpikir tentang dirimu, hidupmu, isi perutmu, maka inilah kerugian-kerugian dan menjadi hukuman yang tidak disadari oleh manusia. Sadarilah amanat Allah SWT yang berat ini dan menjadi penjara bagi orang yang beriman, dan surga bagi yang kafir.

Menghidupkan hati adalah mengingat Allah, dan bentuknya adalah mengesampingkan segala hal tentang mahluk, segala yang ada di hati selain Allah itu adalah maksiat apalagi condong kepada kesenangan. Dan perbuatan apapun yang membuat maksiat itu kebanyakan dari mata, karena dia mengundang iblis, pancaran mata ini 70 panah iblis, belum lagi sifat kelalaian.

Bahkan Guru setiap nasehat itu bukan hanya untuk murid, melainkan juga untuk dirinya sendiri. Karena manusia itu pasti melakukan maksiat, tidak melakukan sunnah Nabi saja sudah maksiat, yang lebih gila lagi mereka tidak mengetahui, bahkan menambah karena tidak terasa dan merasa akan kesalahannya dan merasa aman.

Orang yang tidak tahu diri adalah orang yang menyia-nyiakan waktu, padahal contoh itu banyak namun kita selalu ragu dalam mengambil keputusan, orang yang menyiakan hidup ini adalah orang yang menyiakan waktu, karena waktu yang berjalan demikian tidak akan terulang lagi, dan yang jadi masalah adalah waktu yang hilang itu ada catatan dan perhitungan.

Cintailah apa yang kamu cintai tapi pasti kamu akan berpisah, berbuatlah sesuka hatimu tapi ingat kamu akan dibalas, hiduplah sesukamu pasti nanti kamu akan mati. Maka kebanyakan manusia menyia-nyiakan waktunya, hari-harinya dan plus ditambahi kelalaian.

Maka hukum membuka mata batin itu hukumnya wajib, karena harus menghilangkan penyakit-penyakit hati. 

Maksiat itu tidaklah harus nightclub dan dan jenis lainnya, namun kebodohan itu juga adalah maksiat, karena segala hal yang mengandung dosa adalah malaikat, kelalaian maksiat, menyia-nyiakan waktu juga maksiat.

Asror adalah berasal dari kata sirr atau rahasia, dan orang yang memiliki sirr adalah orang yang sangat teliti dan detail kepada sesuatu hal, orang yang mendapatkan hal ini adalah orang yang termasuk hati-hati wara'. Mustahil menguasai hal ini apabila terdapat noda-noda pada hati, maka bersihkanlah hatimu dengan banyak berdzikir, dengan banyaknya istighfar.

Orang yang sudah memiliki sirr dia mengetahui perihal ghaib, sedangkan orang awam hanya sebatas percaya kepada perihal ghaib. 

Segala perbuatan yang dilakukan tanpa didasari dengan niat, hukumnya adalah gugur, maka kuatkanlah niat, lalu perbaruilah niat itu. Lihatlah saddah terdahulu, mereka menulis buku dengan sungguh-sungguh, dengan letih, dengan susah payah dan lapar. Sedangkan kita hanya menikmati jasa saja, hanya membacanya saja kita mendapatkan do'a dari Beliau-beliau ini agar ilmu itu menjadi manfaat.


 
;