Senin, 18 Oktober 2021

18 Oktober 2021

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Kembalilah kalian kepada Allah SWT dalam Tadbir maupun Takdir yang pertama. Maka kalian akan mendapatkan bantuan kemudahan, Allah akan menghalangi kalian dari kesusahan. (Syeikh Abu Hasan Asy-Syadzili)

Manusia ini adalah anak cucu Nabi Adam as. dan sudah dicontohkan bahwasanya Nabi Adam ini berbuat dosa hanya satu kali, tapi akibatnya sampai diturunkan di muka bumi. Jadi Hakikat manusia ini anak cucu adam dan kita ini bagian dari manusia yang pasti akan berbuat dosa seperti halnya Nabi Adam. 300 Tahun lamanya Nabi Adam bersujud kepada Allah, dan sujudnya ini hanyalah meminta ampun. Tapi perlu menjadi catatan bahwasanya meminta ampun saja tetapi tidak mengaku dirinya dhalim maka pengakuan ini tidak bisa di akui. Banyak orang yang beristighfar tetapi belum mengistighfari dirinya sendiri.

Maka dikatakan oleh Syeikh Abu Hasan kembalilah kepada Tuhanmu yaitu bertaubat. Secara ringkas menyebutkan untuk bertakbirlah kepada Allah, artinya kita harus sholat dengan memuji kebesaran Tuhannya. Ketahuilah Allahu Akbar, kalimat Akbar ini Maha Besar meliputi apa yang ada di langit dan dibumi. Dan besar dalam kalimat ini tidak seperti yang ada dalam pikiran manusia, namun ini meliputi segala kebesaran. Maka jika kita sudah tawajuh menghadap kepada Allah SWT kita akan mengetahui betapa kecilnya diri kita. Dan harus disadari manusia ini dalam kehinaan, maka jika manusia tidak merasa hina dihadapan Tuhannya maka masih belum dikatakan orang yang bertakbir, dengan pengakuan lemah, hina, rendah, dhalim, miskin, semua ada pada manusia ketika menghadap Allah inilah kuncinya, namun jika kita hanya bertakbir itu hanyalah syariat hukum dalam sholat namun hakikatnya dia belum sholat karena tidak ada pengakuan didalamnya.

Manusia hendaknya malu terhadap Allah, karena ketidaksadarannya melaksanakan sholat, dia ruku tetapi tidak menyadari kerendahannya, dia bersujud tetap tidak merasakan kerendahannya, padahal hakikatnya orang yang bersujud adalah kita ini sangatlah rendah dihadapan Allah, lalu menyebut ketinggian Allah dengan mensucikan melalui kalimat-kalimat tasbih. Namun jika manusia itu tidak merasakan kerendahannya sesungguhnya dia justru sedang menyebut kesucian dirinya, dimana perihal ini adalah sesuatu yang kurang ajar, disebabkan oleh kebodohan dan ketidak tahuan dirinya, jika dirinya saja dia tidak mampu mengenal, lalu bagaimana dia akan mengenal Allah. Padahal perihal ini hanyalah bagaimana mengenal sifatnya, belum asma'nya apalagi zatnya.

Takbir itu mudah diucapkan oleh lidah, namun untuk pelaksanannya tidak akan mudah, bahkan Nabi Adam dalam sujudnya sampai 300 tahun, menangis tidak henti sehingga menjadi sebuah sungai air mata, lalu burung-burung pun berebutan untuk meminum air yang segar tersebut, karena air mata itu penuh dengan penyesalan dan taubat.

Proses manusia itu adalah mengenal dirinya, barulah mengenal Tuhannya, namun yang terjadi justru dia tidak mengenal diri, dan selalu bersangka buruk terhadap Tuhannya, karena pengetahuan ilmu agamanya sangat dangkal dan menjadi sebuah syarat saja melaksanakan kewajiban bukan untuk berkenalan dengan Tuhannya.

Apabila manusia sudah mengenal Tuhannya maka dia pasti akan malu, dia mengetahui hakikatnya berasal dari air mani, sebuah air yang hina sehingga dia sadar apa yang hendak dibanggakan dan diparmerkan seseorang yang berasal dari air yang hina. Maka manusia itu wajib merasa hina diturunkan didunia, jika dia merasa mulia dan tidak hina niscaya dia tidak akan kembali ke surga.

Mengenal diri itu membutuhkan proses yang lama dan panjang, kadang dia tidak mampu menguasai hawa nafsunya, kadang akal dan agamanya lemah. Perihal ini terus menjadi permainan manusia sampai dia mengetahui hakikatnya siapa dirinya dan siapa Tuhannya.

Jika manusia sudah mengenal Tuhannya dia pasti akan menerima apa yang menjadi Takdirnya, dan ketahuilah apa yang menjadi kehendak Tuhanmu itu adalah yang paling bagus, kebaikannya sangat banyak, penuh dengan rahasia Allah didalamnya. Namun manusia tidak mengetahui apa yang menjadi rahasia, karena sudah dikunci dalam firman Allah, sesungguhnya pengetahuan manusia perihal yang ghaib itu sangatlah sedikit.

Pengetahuanmu yang sedikit tentang perihal ghaib ini hendaknya menjadikan manusia jujur kepada Allah akan kondisinya, jujur ini bukanlah penampilan, lisan bisa baik, penampilan bisa baik, pengajian bisa baik namun belum tentu jujur. Jujur dan benar ini adalah pengakuan Takbir

Allah itu tidaklah butuh ibadahmu, namun Allah membutuhkan pengakuan dirimu yang hina, dhalim. Dhalim adalah suatu puncak kehinaan, dhalim kepada Allah SWT bukan dhalim kepada manusia, dan tidak hanya bentuk pengakuan saja tetapi juga dengan pembuktian seperti halnya Nabi Adam yaitu bersujud.

Takdir Allah ini akan ditimpakan kepada manusia, mereka yang mengetahui mencari takdir yang baik, dan berusaha menolak takdir yang buruk, sedangkan orang yang bodoh dia tidak mengetahui takdir buruk yang sedang berjalan pada dirinya, sehingga saat hal itu mulai ditampakkan maka manusia tidak siap, menolak hal tersebut dan buruk sangka terhadap Tuhannya walaupun tidak terucap hal itu pada lisannya.

Jika manusia sudah mengetahui apa yang ditakdirkannya, maka dia pasti akan bersyukur disitulah dia akan bertakbir dengan sungguh-sungguh menerima apa yang menjadi keputusan Allah. 

Perihal Sayyidina Ali bin Abi Thalib setiap hendak sholat beliau selalu pucat karena dalam sholatnya seperti hendak di adili saat bertakbir, inilah puncak dari pengetahuan takbir yang dimiliki. Maka sudah dipastikan orang yang sholat itu dijauhkan dari masalah, jika dia sholat namun tetap bermasalah pasti belum beres sholatnya.

Setiap Wara yang tidak memberimu cahaya maka dia tidak akan menghasilkan pahala, sedangkan dosa yang di ikuti dengan takut kepada Allah SWT maka dia tidak dianggap dosa.

Mustahil orang yang tidak punya ilmu bisa menjadi wara', dan sudah dijelaskan oleh Guru, yaitu Riydahoh Nafs, Marifatun Nafs, baru Marifatullah maka saat manusia sudah mengenal Allah niscaya dia akan menjadi wara' secara otomatis. Hati-hati itu bukan kamu menjaga diri, namun wara' adalah hati-hati yang dijaga oleh Allah SWT. 

Maka manusia mendapatkan penjagaan oleh Allah SWT asalkan dia bertaqwa, zuhud, yakin kepada Allah SWT, karena sifat wara' ini adalah sifat hati-hati yang dipelihara oleh Allah SWT maka inilah orang yang mendapatkan wilayah. Diatas Wara' ini adalah orang yang mendapatkan mahabbah.

Mahabbah ini adalah mengalahkan semuanya, karena ibadahnya bukan lagi karena ingin surga dan takut neraka, tapi lebih condong kepada rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW. Dia ingin masuk surga karena ada Beliau didalamnya, ingin bersanding dengannya bukan bersanding dengan bidadari.

Ambillah rejekimu sesuai dengan yang Allah SWT berikan kepadamu, dengan menggunakan ilmu dan sunnah Rasullullah SAW, janganlah menjadi lemah sebelum ia bertemu denganmu, jika kamu lemah kakimu akan dibuat hina bertemu dengannya.

Mempelajari ilmu itu hendaknya mengasingkan diri dari urusan selain ilmu, maka saat ilmu itu sudah dimiliki mustahil manusia itu merasa kesepian, karena dia sudah menyepi sebelum kesepian itu datang.

Pusat Nafsu itu ada 4; Pusat syahwat, pusat untuk berbuat taat, pusat untuk kecenderungan untuk melakukan hal-hal yang dimubahkan.


0 komentar:

Posting Komentar

 
;