Selasa, 07 Mei 2024 0 komentar

Gallery Foto Sayyid Thohir Alauddin Al-Jailani

بسم الله الرّحمن الرّحيم


Beliau adalah juru kunci makam Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani
0 komentar

9 Amalan Mendatangkan Rezeqi

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Ada 9 amalan yang dapat dilakukan atau tata cara mendatangkan dan membuka rezeqi:
  1. Memperbanyak baca istighfar

    ٱللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ إِنَّكَ أَنْتَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ

    "Allahumma inni astaghfiruka wa atuubu ilaika innaka antat tawwaburrahim" 70x. 

    Yang artinya "Ya Allah, aku memohon ampunan kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang."


  2. Baca

    يَا كَافِي، يَا مُغْنِي، يَا فَتَّاح، يَا رَزَّاقُ

    YAA KAAFI, YA MUGHNI, YA FATTAH, YA ROZZAQ
    116x.

    di waktu Subuh & memperbanyak untuk ber infak fisabilillah / shodaqoh.


  3. Fardhu mempererat silaturahim / menuntut ilmu.
  4. Senang menghormati /memuliakan para tamu.
  5. Berusaha jujur & memegang amanah.
  6. Meningkatkan ketakwaan kepada Allah dan taat kepada rasulullah SAW. / menghidupkan sunnah-sunnahnya
  7. Tawakal / bersandar kepada Allah SWT.
  8. Husnudzon billah / berprasangka baik kepada Allah dan pada manusia.
  9. Tertibkan sholat untuk selalu berjama'ah, kemudian tertib sholat tahajud & dhuha. / Istiqomah.
Walaupun sedikit amal tapi rutin Insya Allah qobul segala hajad-hajadnya / murah rezeqinya Amiin....
0 komentar

Manaqib Syeikh Ibrahim bin Adham (Abu Ishaq)

بسم الله الرّحمن الرّحيم


Syeikh Ibrahim bin Adham, juga dikenal sebagai Abu Ishaq Ibrahim al-Adhami, lahir di wilayah Balkh, yang sekarang merupakan bagian dari Afghanistan, pada abad ke-8 Masehi. Keluarga Ibrahim bin Adham berasal dari kalangan bangsawan dan terkait dengan lingkungan kekhalifahan Umayyah. Meskipun detail nasabnya terkadang berbeda-beda di berbagai sumber, namun sebagian besar setuju bahwa beliau berasal dari keturunan bangsawan yang memiliki kedudukan sosial yang tinggi.

Masa Kecil dan Pendidikan Awal

Dalam masa kecilnya, Ibrahim bin Adham tumbuh dalam lingkungan yang penuh kemewahan dan kemakmuran. Namun, meskipun hidup dalam kelimpahan, hatinya selalu merindukan kehidupan yang lebih bermakna secara spiritual. Beliau menunjukkan minat yang besar pada agama dan spiritualitas sejak dini, dan diceritakan bahwa beliau sering bertanya kepada para ulama dan guru tentang makna kehidupan dan cara mendekatkan diri kepada Allah.

Perjalanan Spiritual

Saat dewasa, Ibrahim bin Adham memutuskan untuk meninggalkan kehidupan dunia yang penuh kemewahan dan mulai meniti jalan asketis sebagai seorang sufi yang mencari kebenaran spiritual. Beliau belajar di bawah bimbingan beberapa guru sufi terkemuka pada masanya, termasuk di antaranya adalah Syeikh Hudzail bin Muhsin. Dengan tekun dan penuh ketekunan, Ibrahim bin Adham menelusuri jalan sufi yang dipenuhi dengan ibadah, meditasi, dan pengabdian kepada Tuhan.

Kontribusi dan Pengaruh

Syeikh Ibrahim bin Adham dikenal karena kebijaksanaan, kesalehan, dan penyembuhan spiritualnya yang luar biasa. Beliau memiliki pengaruh yang besar di kalangan para murid dan pengikutnya, dan banyak kisah dan ajaran beliau yang terus dikenang dan diwariskan hingga saat ini.

Masa Wafat

Tidak ada informasi yang pasti tentang tahun atau detail masa wafatnya Syeikh Ibrahim bin Adham. Namun, warisan dan pengaruh beliau terus hidup dan memberi inspirasi bagi banyak orang di seluruh dunia Islam, khususnya dalam bidang sufi dan kehidupan spiritual. Makamnya di Surghar, Afghanistan, menjadi tempat ziarah dan pengabdian bagi para pengikutnya yang menghormati dan mencari berkah dari beliau.

Meskipun informasi mengenai nasab dan masa kecil Syeikh Ibrahim bin Adham terkadang berbeda-beda, kisah dan ajarannya tetap memberikan inspirasi dan motivasi bagi banyak orang yang mencari jalan menuju Tuhan dan kebenaran spiritual.

Makam Syeikh Ibrahim bin Adham




0 komentar

Dzikir dalam Tindakan: Kisah Orang Saleh dan Benih Berkat

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Di sebuah desa dekat kota Thus, tinggal seorang hamba Allah yang saleh. Imam Ghazali, yang baru saja kembali ke kota Thus, segera mengunjunginya. Melihat kedatangan Imam Ghazali, orang saleh yang sedang menabur benih gandum di kebunnya, langsung menyambutnya. Salah satu temannya yang berniat menggantikannya menabur benih gandum sementara dia bertemu dengan Imam Ghazali, namun orang saleh tersebut menolak permintaan tersebut.

Dalam hati, Imam Ghazali bertanya-tanya, mengapa orang itu tidak mau digantikan? Beberapa waktu kemudian, Imam Ghazali pun bertanya kepada orang saleh itu alasan dia tidak membiarkan temannya menggantikannya menabur benih gandum. Orang saleh itu menjawab, “Aku selalu menabur benih gandum ini dengan hati yang khusyuk dan lisan yang berdzikir kepada Allah. Aku berharap agar setiap orang yang memanen gandum ini nantinya memperoleh keberkahan. Karena itu, aku tidak menyerahkan benih ini kepada seseorang yang akan menaburnya dengan hati yang tidak khusyuk dan lisan yang tidak berdzikir kepada Allah."

Orang-orang saleh terdahulu selalu menanamkan niat yang baik dalam setiap gerak dan diam mereka. Karena itu, kehidupan orang-orang saleh terdahulu diliputi keberkahan. Lain halnya dengan kita yang hidup di zaman sekarang. Saat ini, jangankan ketika menanam benih, dalam shalat pun kita sering lupa dan tidak mengingat Allah. Yang teringat adalah dunia; anak, pasangan hidup, pekerjaan, dan berbagai kegiatan duniawi yang mewarnai kehidupan kita sehari-hari. Alangkah indahnya jika kita dapat mencontoh akhlak orang saleh dalam kisah di atas. Bagaimana jika ketika menanak nasi, memasak di dapur, menyuapi anak, dan sejenisnya, semua itu dilakukan sembari berdzikir kepada Allah…?
0 komentar

Kisah Zubaidah binti Ja'far, Istri Khalifah Harun Al-Rasyid

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Zubaidah binti Ja'far adalah sosok wanita yang tidak hanya dikenal karena kedudukannya sebagai istri dari Khalifah Harun Al-Rasyid, tetapi juga karena kontribusinya yang signifikan terhadap peradaban Islam. Lahir dengan nama asli Amatul Aziz binti Ja’far pada tahun 765 M, Zubaidah merupakan perempuan dari golongan Bani Abbas yang memiliki pemikiran cemerlang.

Pernikahannya dengan Harun Al-Rasyid pada tahun 781 M menghasilkan seorang anak, Muhammad bin Harun al-Amin, dan menandai awal dari pengaruhnya yang besar dalam sejarah. Zubaidah tidak hanya dikenal karena kecantikan dan kemuliaan budi pekertinya, tetapi juga karena kecerdasan dan kebaikan hatinya. Ia dikenal sebagai seorang sufi yang memiliki guru besar Imam Ismaili (Muhammad bin Ismail), dan ia menghiasi dirinya dengan keluhuran budi pekerti.

Salah satu kontribusi terbesarnya adalah pembangunan saluran air dari Baghdad ke Mekkah, yang dikenal sebagai "Zubaidah's River," untuk memastikan pasokan air yang memadai bagi para jamaah haji di Mekkah. Ini adalah proyek ambisius yang menunjukkan kepeduliannya terhadap kesejahteraan umat Islam.

Zubaidah juga dikenal karena kepeduliannya terhadap pendidikan dan ilmu pengetahuan. Ia mendirikan perpustakaan dan menjadi pelindung para ilmuwan dan sastrawan. Ia bahkan memiliki seratus budak perempuan yang semuanya hafal Al-Qur'an, mencerminkan komitmennya terhadap agama dan pendidikan.

Kisahnya yang paling terkenal mungkin adalah perbaikan sumur Zamzam dan pembangunan jalan menuju Makkah. Ini adalah upaya monumental yang masih dinikmati manfaatnya hingga hari ini, dan menunjukkan peran penting yang dimainkan oleh perempuan dalam kehidupan bermasyarakat selama zaman keemasan Islam.

Zubaidah binti Ja'far adalah contoh dari kekuatan dan pengaruh perempuan dalam sejarah Islam. Kisahnya menginspirasi banyak generasi dan menunjukkan bahwa kontribusi seseorang terhadap masyarakat dan agama dapat bertahan lama setelah mereka tiada. Kisahnya adalah pengingat akan pentingnya kebaikan, kecerdasan, dan keberanian dalam menghadapi tantangan dan membuat perubahan yang berarti.

 
;