بسم الله الرّحمن الرّحيم
Inallah Yuhibbu Tauba Wa Yuhibbu Mutatohirin, sesungguhnya dengan banyaknya beristighfar manusia itu akan mendapatkan kecintaan dari Allah SWT. Karena sejatinya manusia itu dholim, bodoh dan sesat tetapi hendaknya dia kembali kepada Allah SWT yaitu bertaubat.Sesungguhnya orang yang mengerjakan amal ibadah itu sejatinya dia sedang bertaubat kepada Allah SWT. Maka orang sholat itu ada dua yaitu mereka yang mendirikan sholat dan orang yang menegakkan sholat.
بسم الله الرّحمن الرّحيم
Hadits Nabi: Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan diantara keduanya terdapa perkara yang disebut subhat, dimana kebanyakan orang yang tidak mengetahui. Barangsiapa yang takut subhat maka dia benar-benar telah membersihkan agama dan dirinya, dan barangsiapa yang terjerumus perihal subhat pasti dia terjerumus haram.Dari Ali Khawas: Barangsiapa yang memakan barang haram, kemudian dia hendak beribadah melakukan ketaatan kepada Allah SWT maka dia termasuk orang yang melakukan sesuatu yang tidak masuk akal / mustahil (tidak pernah terwujud).
Orang yang berdzikir itu harus mengetahui hak Allah SWT, hak hamba dan hak orang lain.
Tidak akan bisa manusia itu memahami ilmu terutama penuntut ilmu apabila tidak melakukan sholat malam, dan tidak akan paham ilmu apabila terus memakan barang yang haram, sehingga semakin kuat cinta kepada dunia.
Barangsiapa yang menjaga makanannya dari yang haram dan hanya memakan makanan yang halal niscaya Allah SWT akan menjaganya. Dan membantunya dalam ketaatan, dan dengan ketaatannyalah dia mengetahui apa hak Allah dan hak hamba.
Hati-hatilah dengan makanan yang haram, lebih buruk lagi apa yang kamu dapatkan itu hasil dari menjual sesuatu yang baik dan ditukar dengan sesuatu yang buruk.
Sesungguhnya dunia itu penuh dengan kerugian didalamnya, maka barangsiapa yang mencintain dunia dia termasuk orang yang dalam kerugian dan siap dalam kebangkrutan.
Orang yang diancam oleh Allah SWT adalah mereka yang melakukan amal kebaikan dan ketaatan tetapi hatinya tidak ikhlas dalam melakukannya, kemudian tidak percaya akan janji-janji Allah SWT.
Orang yang taqwa itu selalu merendahkan dunia dan meninggikan kebesaran Tuhannya, sedangkan orang yang cinta dunia itu selalu melihat sebaliknya bahwa dunia ini sangatlah besar sedangkan Tuhannya tidaklah berarti.
Do'a Untuk Bertemu Rasulullah SAW (ljazah Sayyidina Al Faqihil Muqoddam Muhammad bin Ali Ba'alawy)
بسم الله الرّحمن الرّحيم
- Rakaat pertama setelah membaca Al Fatihah baca Surat Al Kafirun 10x'
- Rakaat kedua setelah membaca Al Fatihah baca Surat Al lkhlas 10x
بسم الله الرّحمن الرّحيم
Imam Harits Al-Muhasibi: Tanda kewaspadaan yang paling nyata adalah rasa sedih dan duka, serta persiapan yang baik, untuk kesedihan dan kedukaan itu. Sedangkan tanda-tanda kelelahan yang paling nyata adalah, sikap riang dan angkuh karena keduanya melupakan dan melalaikan kewaspadaan. Meninggalkan kewaspadaan berarti meninggalkan persiapan untuk sesuatu setelah kematian.Imam Syafi'i : Tanda-tanda sahabat yang sejati ialah, ia menjadi sahabat dari orang yang bersahabat dengan sahabatnya.
Kewaspadaan itu adalah bentuk wara', tetapi karena sedikitnya pengetahuan banyak manusia terjerumus dan menjadi tidak hati-hati dalam perilakunya, dan kewaspadaan itu letaknya keselamatan, maka diawali dengan niat kemudian diteruskan dengan niat.
Orang yang tidak waspada itu termasuk orang yang ujub, dan orang yang seperti itu diakhirkan dengan putus asa.
Untuk menghilangkan sifat-sifat ujub itu dikisahkan tentang Umar bin Abdul Aziz, ketika Beliau hendak berkhutbah selalu ada jeda dalam bicaranya, dan setiap menulis kadang disobeknya kertas itu, lalu beliau juga berdoa Allahumma ini audzubikan min syarri nafsi.
Sayyidina Umar bin Khattab: Sesungguhnya kesempurnaan taubatmu itu apabila kamu selalu ingat akan dosa-dosamu, dan kesempurnaan amalmu harus menghindarkan dari sifat ujub, dan kesempurnaan sifatmu adalah dengan menyadari kekurangan yang ada pada diri sendiri.
Dalam riwayat Wahab bin Munabih: Dahulu kala ada seorang yang beribadah selama 70 tahun, berbuka hanya setiap hari sabtu, kemudian berhajat kepada Allah SWT tetapi tidak dikabulkan oleh Allah SWT, maka dia menyesali dirinya sendiri, lalu malaikat turun berbicara "Dengan sifat rendah hatimu barusan itu lebih baik dari ibadahmu selama 70 tahun".
Sesungguhnya saat kamu berbuat baik adalah saat kamu menyadari bahwa dirimu merasa belum berbuat baik, dan saat kamu berbuat buruk adalah saat kamu menyadari bahwa kamu telah berbuat amal kebaikan.
Barangsiapa yang memiliki takdir Muallaq hendaknya dia menjadi orang yang taat sehingga Allah SWT merubahnya kepada kebaikan, dan takdir Muallaq itu akan menuju takdir Azalli.
Orang yang munafik adalah orang yang tidak memiliki bekal mati. Dan dia merasa aman dengan segala amalnya dan merasa diterima.
Tidak akan kamu dapat mempelajari ilmu mengenal Allah SWT apabila kamu tidak di ridhoi oleh Alllah SWT, sedikit saja dunia singgah kedalam hatimu maka lenyaplah apa yang hendak menjadi cita-citamu. Maka taatlah untuk mencari ridho Allah lalu ditambahkan mendapatkan do'a dari mursyid-mursyidmu yang mendoakan dirimu.
Barangsiapa yang tidak membulatkan tekad untuk menuju akhirat maka dia akan menghadapi 4 macam kebinasaan:
- Mengalami kematian dengan kelaparan
- Menghadapi kematian dengan marah yaitu melawan setan
- Menghadapi kematian dengan penuh hitam atau gelap yaitu dengan kehinaan dari orang. / Tidak ada satupun yang mendatangi mayit itu karena semua dalam kebenciannya.
- Menghadapi dengan mati hijau (pucat) terkena musibah terus menerus.
- Aku meyakini dunia beserta isinya dibawah kekuasaan Allah SWT
- Aku meyakini bahwa seluruh mahluk adalah hamba Allah SWT
- Aku meyakini urusan rejeki itu dibawah kekuasaan Allah SWT
- Aku meyakini apa yang dikehendaki Allah SWT pasti terjadi karena Allah SWT Dialah penguasa dan pemilik Alam ini.
- Yakin sebelum beramal
- Adil dalam keputusan
- Sabar dalam ujian dan ketaatan
- Jihad melawan hawa nafsu.
- Aq memandang dan berpedoman dengan Qs Hud :6 dan aku merasa aku adalah binatang yang melata dibumi ini, dan pasti akan sampai kepadaku, gajah yang besar dan semut yang kecil semuanya mendapatkannya apalagi aku
- Al-Hujurat:10 maka saya pandang semua orang itu saudaraku, sehingga aku berkasih sayang kepada mereka, lalu aku menyadari bahwa permusuhan itu karena hati yang hasud, maka aku keluarkan penyakit hasud itu sehingga apa yang menjadi sakit saudaraku aku menjadi sakit, dan apa yang mereka senang aku jadi senang.
- Setiap manusia itu punya kekasih, dan setiap kekasih itu harusnya membuktikannya, yaitu aku membuktikannya dengan taat kepada Allah SWT yang kelak akan menemaniku di alam kubur.
- Aku melihat manusia itu setiap apa yang dicintainya itu pasti dibawa mati, maka aku menjadikan hatiku cinta kepada Allah SWT dan Rasulnya sehingga apa yang kubawa mati kelak akan mampu menyelamatkanku.
- Aku melihat manusia seakan-akan mengatakan Allah SWT akan menjanjikan sesuatu yang akan datang kepadanya, namun aku banyak melihat mereka tergantung pada manusia, maka aku tinggalkan apa yang menjadi harapan manusia dan kuatkan harapan kepada Allah SWT yang tidak pernah mengingkari janji.
- Aku melihat banyak kematian dan mereka semua tertipu dan kelak akan binasa dan membawa amalnya untuk dipertanggung jawabkan, maka aku selalu menghisab apa yang menjadi amalku sehingga kelak ringan saat aku membawanya didalam kubur menghadap kepada Allah SWT.
Tafsir Surat Al-Fatihah Menurut Tafsir Jalalain
بسم الله الرّحمن الرّحيم
- (Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang)
- (Segala puji bagi Allah) Lafal ayat ini merupakan kalimat berita, dimaksud sebagai ungkapan pujian kepada Allah berikut pengertian yang terkandung di dalamnya, yaitu bahwa Allah Ta'ala adalah yang memiliki semua pujian yang diungkapkan oleh semua hamba-Nya. Atau makna yang dimaksud ialah bahwa Allah Ta'ala itu adalah Zat yang harus mereka puji. Lafal Allah merupakan nama bagi Zat yang berhak untuk disembah. (Tuhan semesta alam) artinya Allah adalah yang memiliki pujian semua makhluk-Nya, yaitu terdiri dari manusia, jin, malaikat, hewan-hewan melata dan lain-lainnya. Masing-masing mereka disebut alam. Oleh karenanya ada alam manusia, alam jin dan lain sebagainya. Lafal "al-`aalamiin" merupakan bentuk jamak darilafal "`aalam", yaitu dengan memakai huruf ya dan huruf nun untuk menekankan makhluk berakal/berilmu atas yang lainnya. Kata 'aalam berasal dari kata `alaamah (tanda) mengingat ia adalah tanda bagi adanya yang menciptakannya.
- (Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang) yaitu yang mempunyai rahmat. Rahmat ialah menghendaki kebaikan bagi orang yang menerimanya.
- (Yang menguasai hari pembalasan) di hari kiamat kelak. Lafal "yaumuddiin’ disebutkan secara khusus, karena di hari itu tiada seorang pun yang mempunyai kekuasaan, kecuali hanya Allah Ta'ala semata, sesuai dengan firman Allah Ta'ala yang menyatakan,
يَوْمَ هُمْ بَارِزُونَ ۖ لَا يَخْفَىٰ عَلَى اللَّهِ مِنْهُمْ شَيْءٌ ۚ لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ ۖ لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ
Yauma hum bārizụn, lā yakhfā 'alallāhi min-hum syaī`, limanil-mulkul-yaụm, lillāhil-wāḥidil-qahhār
"Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini (hari kiamat)? Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan."
(QS Al-Mu'min: 16).
Bagi orang yang membacanya "maaliki" maknanya menjadi "Dia Yang memiliki semua perkara di hari kiamat". Atau Dia adalah Zat yang memiliki sifat ini secara kekal, perihalnya sama dengan sifat-sifat-Nya yang lain, yaitu seperti "ghaafiruz dzanbi" (Yang mengampuni dosa-dosa). Dengan demikian maka lafal "maaliki yaumiddiin" ini sah menjadi sifat bagi Allah, karena sudah makrifah (dikenal). - (Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan) Artinya kami beribadah hanya kepada-Mu, seperti mengesakan dan lain-lainnya,dan kami memohon pertolongan hanya kepada-Mu dalam menghadapi semua hamba-Mu danlain-lainnya.
- (Tunjukilah kami ke jalan yang lurus) Artinya bimbinglah kami ke jalan yang lurus, kemudiandijelaskan pada ayat berikutnya, yaitu:
- (Jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka), yaitu melalui petunjuk dan hidayah-Mu. Kemudian diperjelas lagi maknanya oleh ayat berikut: (Bukan (jalan) mereka yang dimurkai) Yang dimaksud adalah orang-orang Yahudi. (Dan bukan pula) dan selain (mereka yang sesat.) Yang dimaksud adalah orang-orang Kristen. Faedah adanya penjelasan tersebut tadi mempunyai pengertian bahwa orang-orang yang mendapat hidayah itu bukanlah orang-orang Yahudi dan bukan pula orang-orang Kristen. Hanya Allahlah Yang Maha Mengetahui dan hanya kepada-Nyalah dikembalikan segala sesuatu. Semoga selawat dan salam- Nya dicurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasalam. beserta keluarga dan para sahabatnya, selawat dan salam yang banyak untuk selamanya. Cukuplah bagi kita Allah sebagai penolong dan Dialah sebaik-baik penolong. Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan hanya berkat pertolongan Allah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar
Kedermawanan Ba Misbah
بسم الله الرّحمن الرّحيم
Suatu hari Sayidina Abdullah bin Syeikh Alaydrus duduk bercakap-cakap dengan para sahabatnya. Tiba-tiba beliau bertanya, “Adakah dermawan yang lebih murah hati daripada aku?”Dua kali pertanyaan ini diajukan, tetapi semua diam, tidak ada seorang pun yang berani menjawab. Namun, kemudian ada salah seorang dari mereka berkata, “Ya sayyidiy, ada yang lebih murah hati daripada engkau.”
“Siapa dia?”
“Dia tak begitu dikenal.”
“Kau harus memberitahukan siapa orang itu. Tak ada alasan untuk menyembunyikannya dariku.”
“Dia adalah seorang lelaki lemah bernama Ba Misbah, tinggal di Kholif. Dia lebih murah hati daripada engkau.”
“Apa pekerjaan laki-laki ini?”
“Tukang celup pakaian.”
Setelah hari malam, Habib Abdullah menyamar sebagai wanita, lalu pergi ke rumah Ba Misbah di Kholif. Sesampainya di sana, beliau mengetuk pintu rumah Ba Misbah.
“Siapa…?” tanya Ba Misbah.
“Aku seorang syarifah alawiyah. Aku butuh sesuatu darimu.”
Dengan perasaan senang, ia segera keluar menemui beliau.
“Selamat datang wahai syarifah, segala puji syukur bagi Allah yang telah memilih kami untuk memenuhi kebutuhanmu...” katanya setelah membuka pintu. Malam itu kebetulan adalah malam Idul Adha.
“Ya sayyidatiy, apakah kebutuhanmu, mintalah semua yang kau butuhkan. Hamba akan patuh kepadamu.” kata Ba Misbah.
“Aku adalah seorang syarifah yang miskin. Anakku banyak. Aku tidak memiliki ayah, saudara maupun suami. Besok hari raya, tapi kami tak memiliki apa-apa.”
“Marhaba… Permintaan yang mudah bagi pelayanmu ini. Lalu apa yang kau inginkan?”
“Aku butuh makanan dan beras.”
“Siap!” ia lalu memberikan dua karung makanan dan dua karung beras.
Habib Abdullah tidak membawa barang itu pulang ke rumah, tapi beliau pergi ke belakang rumah Ba Misbah, lalu meletakkan makanan dan beras tersebut di sana. Beliau menunggu hingga Ba Misbah naik ke tingkat paling atas dari rumahnya. Setelah merasa yakin bahwa Ba Misbah telah tidur, beliau kembali ke rumah Ba Misbah, mengetuk pintunya.
“Siapa?” tanya Ba Misbah.
“Hababahmu, Syarifah yang tadi datang ke sini. Aku masih ada kebutuhan yang lupa kusampaikan kepadamu.”
“Selamat datang sayyidatiy, puji syukur bagi Allah yang telah memilih aku untuk memenuhi kebutuhanmu. Ini sebuah nikmat yang agung” Ia segera menemui Habib Abdullah dengan perasaan senang dan bahagia.
“Ya sayyidatiy, mintalah apa yang kau perlukan, aku adalah abdimu, milikmu”, katanya setelah membuka pintu.
“Aku lupa, kami berempat di rumah tidak memiliki pakaian. Aku butuh pakaian.”
“Siap...” ia lalu mengambilkan 4 pakaian yang telah dicelup dan bergambar. Pakaian-pakaian itu berkualitas tinggi, dan pakaian terbaik bagi wanita zaman itu adalah yang bergambar.
Habib Abdullah membawa pakaian tersebut ke belakang rumah Ba Misbah dan meletakkannya di tempat yang sama. Beliau mulai takjub dengan kebaikan akhlak Ba Misbah. Sebab, meski diganggu di malam hari, ia tidak merasa susah dan jengkel. Setelah merasa yakin bahwa Ba Misbah telah tidur pulas, Habib Abdullah kembali ke rumah Ba Misbah untuk yang ke tiga kalinya.
Beliau mengetuk pintu rumahnya. Ba Misbah segera bangun dan bertanya, “Siapakah yang di luar?”
“Hababahmu, syarifah yang tadi datang ke sini. Aku lupa, masih ada satu kebutuhan lagi yang belum kusampaikan kepadamu.”
“Selamat datang, segala puji bagi Allah yang telah memilihku untuk memenuhi kebutuhanmu” Ba Misbah segera keluar menemui Habib Abdullah dengan perasaan lebih senang dan bahagia dari sebelumya. Ia membukakan pintu seakan-akan Habib Abdullah baru pertama kali datang ke rumahnya.
“Ya sayyidatiy…, wahai penyejuk hatiku…, mintalah apa yang engkau butuhkan, pelayanmu ini akan selalu patuh. Apa gerangan kebutuhamu sekarang?”
“Aku butuh minyak zaitun, minyak samin, dan beberapa kurma.”
“Marhaba… Setiap kali kau butuh sesuatu mintalah kepadaku.” Ba Misbah segera mengambilkan satu kantong minyak zaitun, satu kantong minyak samin, satu wadah kurma.
“Ya sayyidatiy, ambillah barang-barang ini. Maafkan aku telah meyusahkanmu lantaran engkau lupa menyebutkan semua kebutuhanmu. Jika masih ada yang terlupa, kembalilah kemari. Kedatanganmu ke rumahku ini merupakan nikmat terbesar yang diberikan Allah padaku.”
Habib Abdullah mengambil semua pemberiannya, lalu pergi ke belakang rumah Ba Misbah. Habib Abdullah takjub melihat kebaikan akhlak Ba Misbah dan mukanya tidak berubah. Beberapa saat kemudian, setelah beliau yakin bahwa Ba Misbah telah tidur pulas, beliau kembali mengetuk pintu rumahnya. Beliau ingin melihat sifat buruknya, atau perubahan wajah Ba Misbah.
Ba misbah segera bangun dari tidurnya dan bertanya, ”Siapa itu?”
“Hababahmu, syarifah yang tadi datang ke sini. Masih ada keperluanku yang terlupakan. Cepatlah kemari.”
Ba Misbah segera keluar dengan perasaan senang dan bahagia, seakan-akan baru pertama kali syarifah itu mengetuk pintu rumahnya.
“Selamat datang sayyidatiy, penyejuk hatiku. Segala puji bagi Allah yang telah mengistimewakanku dengan bolak-baliknya engkau ke rumahku. Mintalah apa yang kau butuhkan. Aku adalah abdi dan pelayanmu. Dan memenuhi semua kebutuhanmu adalah puncak cita-citaku.”
“Masih ada kebutuhan yang terlupakan olehku.”
“Apa itu? Semua yang engkau butuhkan akan kusediakan. Jika tidak ada di sini, aku akan menjual diriku untuk membeli barang yang kau butuhkan.”
“Aku butuh daging untuk hari raya besok. Besok hari raya, tapi kami tidak memiliki sesuatu pun.”
“Demi Allah, di rumah pelayanmu ini tidak ada sesuatu pun kecuali satu kepala kambing untuk hari raya anak-anaknya”, kata Ba Misbah sambil memegang janggutnya, “Akan tetapi tidaklah benar jika anak-anak orang yang kopiahnya bau ini menikmati hari raya, sementara anak cucu Rasulullah SAW tidak berhari raya. Ambillah kepala kambing ini, dan berhari rayalah dengan anak-anakmu.”
Habib Abdullah membawa kepala kambing itu dan kembali meletakkannya di belakang rumah Ba Misbah. Habib Abdullah terheran-heran menyaksikan akhlak Ba Misbah. Beliau berkata dalam hatinya, “Hanya seorang arifbillah saja yang akhlaknya seperti ini. Laki-laki ini sedikit pun tidak melihat basyariah seseorang.”
Habib Abdullah diam di sana beberapa saat. Setelah merasa yakin bahwa Ba Misbah telah tidur pulas, ia segera kembali ke rumah Ba Misbah untuk yang ke lima kalinya. Beliau ingin melihat sedikit saja perubahan dari sikap Ba Misbah, walaupun hanya sekedar perubahan raut wajah. Beliau kembali mengetuk pintu rumah Ba Misbah.
“Siapa itu ?”
“Hababahmu, syarifah yang tadi datang ke sini. Aku teringat satu lagi kebutuhanku.”
“Selamat datang wahai cucu Rasulullah. Kenikmatan apa gerangan yang diberikan Allah kepadaku di malam ini? Segala puji syukur bagi-Nya” Ia segera keluar dengan perasaan senang dan bahagia seakan-akan baru pertama kali syarifah tersebut datang ke rumahnya.
“Selamat datang Ya sayyidatiy, dan penyejuk hatiku. Mintalah semua yang kau butuhkan. Aku adalah abdi dan pelayanmu. Aku patuh kepadamu.”
“Aku butuh kayu.”
“Marhaba.”
Ia memanggil pembantunya, meminta kayu.
“Wahai hababahku, wahai pelipur hatiku, inilah kayu yang kau butuhkan. Setiap kali kau ingat suatu kebutuhan, kembalilah ke sini. Sebab, melayanimu merupakan salah satu pendekatan diri yang paling baik kepada Allah.”
Habib Abdullah membawa kayu itu, lalu meletakkannya di tempat yang sama. Beliau kagum menyaksikan kebaikan akhlak Ba Misbah dan kelapangan hatinya. Tak sehelai rambut pun bergerak, tak sedikit pun raut wajah berubah. Beliau duduk sejenak hingga benar-benar yakin bahwa Ba Misbah telah pulas dalam tidurnya. Beliau kembali mengetuk pintu rumahnya untuk yang ke enam kali. Dalam hati, beliau berkata, “Mungkin kali ini raut wajahnya akan berubah, atau ia akan mulai menghina dan berkata kasar.”
Ba Misbah segera bangun dan bertanya, “Siapa yang mengetuk pintu?”
“Hababahmu, syarifah yang tadi ke sini. Masih ada satu kebutuhanku yang baru kuingat sekarang.”
“Marhaba… Wahai hababahku, tuanku dan penyejuk hatiku.” Ba Misbah keluar dengan perasaan lebih senang dan bahagia dari sebelumnya. Seakan-akan baru pertama kalinya syarifah itu mengetuk pintu rumahnya.
“Alhamdulillaah, kenikmatan agung apa yang sedang diberikan Allah kepadaku ini. Aku tidak berhak menerima kenikmatan ini. Mintalah apa yang kau butuhkan. Wahai sayyidatiy, setiap kali kau ingat sesuatu, datanglah ke sini. Aku adalah abdi dan pelayanmu. Aku akan patuh kepadamu.”
“Aku butuh seseorang untuk membawakan semua yang kau berikan kepadaku. Lihatlah, semua yang kau berikan kuletakkan di belakang rumahmu. Aku tidak kuat membawanya ke rumahku.”
“Beres! Kami akan mengantarkan barang-barang itu ke mana pun engkau suka.” Ia kemudian membangunkan isteri, anak dan pembantunya. Mereka semua kemudian diperintahkannya membawa barang-barang syarifah tadi.
“Ya sayyidatiy, jalanlah lebih dahulu, agar kami dapat mengikutimu” kata Ba Misbah.
Habib Abdullah berjalan di depan mereka. Ketika sampai di Nuwaidiroh, Habib Abdullah berhenti dan berkata, “Wah…, aku datang bukan dari rumahku, dan aku tidak kenal jalan ini, kecuali kalau aku memulai lagi dari rumah kalian. Mari kita kembali.”
“Marhaba….” Mereka semua kembali ke rumah Ba Misbah. Setelah sampai di sana, Habib Abdullah berkata, “Sekarang aku ingat jalan menuju rumahku. Inilah jalannya.”
“Jalanlah di muka…, agar kami dapat mengikutimu.” Beliau berjalan di depan, dan mereka semua mengikutinya. Sesampainya di Nuwaidiroh, beliau berhenti. “Aku kehilangan arah lagi. Apakah gerangan yang terjadi? Aku tidak dapat mengingat jalan menuju rumahku, kecuali jika kita mulai lagi dari rumah kalian. Mari kita balik ke sana.”
Mereka pun dengan senang hati kembali ke rumah Ba Misbah. Habib Abdullah telah menguji Ba Misbah sampai pada puncaknya. Beliau ingin melihat lelaki itu marah, namun sedikit pun sikapnya tidak berubah hingga Habib Abdullah sendiri merasa kelelahan. Fajar mulai menyingsing, Habib Abdullah berkata kepada mereka, “Sekarang telah masuk waktu fajar. Bukalah pintu rumah kalian, aku ingin menunaikan salat Subuh di rumah kalian.”
“Selamat datang. Salatmu di rumah ini adalah nikmat terbesar bagi kami. Setiap kali kau meminta sesuatu kepada pembantumu ini, ia akan menyediakannya untukmu. Meskipun kau minta semua yang ada di rumahnya, ia akan memberikannya kepadamu. Dan engkau sesungguhnya telah bermurah hati kepada kami, karena telah mengistimewakan aku untuk memenuhi kebutuhanmu.”
Ba Misbah lalu membuka pintu rumahnya. Setelah memasuki rumah, Habib Abdullah membuka cadar yang menutupi wajahnya dan berkata kepada Ba Misbah, “Sungguh beruntung kamu..., sungguh beruntung..., kuucapkan selamat atas akhlakmu yang luhur ini. Demi Allah, kau seorang dermawan sejati, lebih murah hati dariku. Aku bukanlah seorang wanita. Aku adalah Abdullah bin Syeikh Alaydrus. Tidak ada seorang manusia pun akan mampu berperilaku dengan akhlak yang luhur ini.”
Air mata Habib Abdullah menetes di pipi, ia berkata, “Selamat… selamat… selamat… Maafkanlah aku. Semoga Allah menambah apa yang telah Ia berikan kepadamu, dan menjadikan budi pekerti kita seperti budi pekertimu…”
Setelah berpamitan, Habib Abdullah lalu pergi sambil memuji dan mendoakannya.
Sumber: https://majelisalmunawwarah.blogspot.com/2020/07/kedermawanan-ba-misbah.html
بسم الله الرّحمن الرّحيم
Sumber: https://majelisalmunawwarah.blogspot.com/2014/07/doa-syeikh-abu-bakar-bin-salim.html
بسم الله الرّحمن الرّحيم
Sumber: https://majelisalmunawwarah.blogspot.com/2014/06/doa-rijalul-ghaib.html
بسم الله الرّحمن الرّحيم
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ اللّٰهُمَّ كَمَا لطَفْتَ بِلُطْفِكَ وَعَظَمَتِكَ دُونَ اللُطَفَاءِ ، وَعَلَوْتَ بِعَظَمَتِكَ عَلَى الْعُظَمَاءِ ، وَعَلِمْتَ مَا تَحْتَ أَرْضِكَ كَعِلْمِكَ بِمَا فَوْقَ عَرْشِكَ ، وَكَانَتْ وَسَاوِسُ الصَّدْرِ كَالْعَلَانِيَةِ عِنْدَكَ ، وَعَلَانِيَةُ الْقَوْلِ كَالسِّرِّ فيِ عِلْمِكَ ، وَانْقَادَ كُلُّ شَيْءٍ لِعَظَمَتِكَ ، وَخَضَعَ كُلُّ ذِي سُلْطَانِ لِسُلطَانِكَ، وَصَارَاَمْرُ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ كُلُّهُ بِيَدِكَ ، فَاجْعَلْ لِي مِنْ كُلِّ هَمٍّ وَغَمٍّ اَصْبَحْتُ وَاَمْسَيْتُ فِيهِ فَرَجًا وَمَخْرَجًا .
اللّٰهُمَّ إِنَّ عَفْوَكَ عَنْ ذُنُوبِي ، وَتَجَاوُزَكَ عَنْ خَطِيئَتِي، وَسِتْرَكَ عَلٰى قَبِيْحِ عَمَلِي ، اَطْمَعَنِي أَنْ أَسْأَلُكَ مَا لَا اسْتَوْجِبُهْ بِمَا قَصَّرْتُ فِيهِ، اَدْعُوكَ اٰمِنًا ، وَاَسْأَلُكَ مُسْتَأْنِسًا، فَإِنَّكَ الْمُحْسِنُ إِلَيَّ وَإِلَى الْمُسِئُ إِلٰى نَفْسِي فِيْمَا بَيْنِي وَبَيْنَكَ ، تَتَوَدَّدُ إِلَيَّ بِالنِّعَمِ ، وَاتَبَغَّضَ إِلَيْكَ بِالْمَعَاصِي ، وَلَكِنِ الثِّقَةُ بِكَ حَمَلْتَنِي عَلَى الْجُرْأَةِ عَلَيْكَ ، فَعُدْ بِفَضْلِكَ وَاِحْسَانِكَ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
بسم الله الرّحمن الرّحيم
Ibnu Abbas ra. berkata, "Pada suatu hari Rasulullah bertanya pada iblis (rajanya setan), berapa banyak musuhmu dari kalangan umatku?" Iblis menjawab, "Ada dua puluh golongan, yaitu:- Engkau, Muhammad, karena aku sangat membencimu
- Orang 'alim (berilmu, cerdik cendikia) yang mengamalkan (mengajarkan, menyebarluaskan) ilmunya.
- Orang yang hafal Alquran dan mengamalkan isinya.
- Mu'adzin yang mengumandangkan adzan sholat lima waktu dengan niat yang ikhlas karena Allah
- Orang yang mencintai fakir miskin dan anak yatim
- Orang yang berhati kasih sayang
- Orang yang menerima penuh kebenaran
- Remaja yang giat beribadah
- Orang yang hanya memakan barang halal
- Dua orang yang saling mencintai karena Allah
- Orang yang selalu sholat berjamaah
- Orang yang mau sholat Tahajud, saat kebanyakan orang terlelap tidur
- Orang yang mampu memelihara dirinya dari perbuatan dan ucapan haram
- Orang yang mampu menasehati saudaranya sementara di hatinya tidak ada maksud atau tendensi apapun (ikhlas)
- Orang yang selalu menjaga wudhunya
- Orang yang dermawan
- Orang yang berakhlaq mulia
- Orang yang meyakini bahwa rejeki itu sudah dijamin oleh Allah SWT
- Orang yang menyantuni janda miskin
- Orang yang menyiapkan bekal untuk menyambut kematiannya.
Disadur dari kitab Syarh Al-Munabbihaat 'Alal Isti'daad Li Yaumil Ma'aad, karya Syeikh Ibnu Hajar Asqalani.
Sumber: https://majelisalmunawwarah.blogspot.com/2014/06/20-musuh-iblis.html
بسم الله الرّحمن الرّحيم
Qs Al Hasyr :18-19
Rasulullah SAW bersabda:
Hendaknya manusia menghitung atas apa yang telah diperbuatnya, karena sekecil apapun perbuatan itu baik mudharat maupun manfaat niscaya akan diperhitungkan dan mendapatkan balasan. Dan hal itu adalah sebuah tanggung jawab yang tidak akan bisa dihindari, apakah kita condong terhadap dunia ataupun condong terhadap akhirat.
Dzun-Nun Al-Misri menterjemahkan dalam surat Yasin Ayat 12:
Amal itu adalah bentuk dari perbuatan, dan perbuatan itu tidak akan terlaksana tanpa niat, dan niat tanpa kesungguhan tidak akan terjadi. Maka kenapa niat yang begitu kuat tidak terlaksana disebabkan oleh pertimbangan dan mengutamakan banyak menggunakan dalil akal, dan ketahuilah pertimbangan itu muncullnya pasti keraguan, dan keraguan itu muncul disebabkan oleh cinta terhadap dunia.
Ada yang mengatakan cinta dunia itu pada materi, harta, padahal cinta kepada anak dan istrinya melebihi dari kadar cinta kepada Rasulullah SAW itu termasuk orang yang cinta dunia sekalipun dia orang yang miskin.
Amal itu dicatat itu bukanlah bentuk dhahir, dhahir itu suatu pekerjaan yang didasari oleh pengetahuan, dan pengetahuan yang tidak dimiliki melakukan amal dhahir pasti banyak salahnya, karena tidak sesuai dengan basyirahnya terhadap amal.
Bentuk orang tawadhu' ini karena hasil dari amalan sujudnya, dan sujudnya selalu penuh dengan rasa kehinaan terhadap Tuhannya, ada bentuk pengakuan dan penghambaan sehingga timbul rasa malu terhadap dirinya.
Barangsiapa yang mengetahui kelebihan orang lain niscaya dia akan banyak mengetahui kekurangan dirinya, tetapi apabila mengetahui banyak kelemahan dari orang lain niscaya dirinya banyak akan kekurangan dan kesalahannya yang tidak disadari.
Buruknya amal seseorang itu disebabkan buruknya amalan sholatnya, banyak dari mereka meninggalkan sholat, sehingga kebodohan melanda kepada dia, dan kebodohan itu dalam kepedihan. Dan mereka mengetahui dan mendengar perintah itu tetapi tetap meninggalkannya, bukan karena sibuk atau terhalang pekerjaan tetapi memang mereka banyak hujah dan alasannya, tidak menyadari bahwa dirinya adalah pengemis-pengemis hajat dihadapan Allah SWT.
Manusia beramal kebanyakan dari mereka hanya ikut-ikutan (taqlid) karena butanya mata hati mereka, dan banyak dari mereka terbatas oleh kondisinya sehingga sulit dalam mengambil keputusan yang benar.
8 Kondisi yang dialami manusia diambil dari kitab Risalah Al Mustarsyidin dari Al-Harits Al-Muhasibbi: Ketahuilah bahwa setiap orang tidak akan selalu mengalami satu kondisi saja dalam hidupnya, tetapi akan mengalami aneka kondisi yang selalu berubah dari satu ke satu yang lainnya yaitu:
- Temu
- Pisah
- Sulit
- Mudah
- Sehat
- Sakit
- Sedih
- Senang