Kamis, 27 September 2018 0 komentar

Manaqib Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi (Shahibul Maulid Simthud Dhuror)

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Al-Imam Al-Qutub Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi Shohibul Maulid Simthuddurar


Makam Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi (Maulid Simthud Dhurar)


Habib Ali Simthud Dhuror Seorang Waliyullah Al-Arif Billah Al-Quthub Al-Alim Al-Allamah beliau adalah Al-Habib Ali Bin Muhammad bin Husain Al-Habsyi, beliau lahir di Qosam Yaman pada hari Jum’at 24 Syawwal 1259 H ( 1839 M ).

Nama Ali adalah pemberian dari seorang yang Al-Allamah Al-Arif Billah Al-Habib Abdullah Bin Husain Bin Thohir tabarrukan dengan Al-Imam Ali Kholi Qosam.

Nasab beliau adalah Habib Ali bin Muhammad Bin Husain Bin Abdullah Bin Syaikh Bin Abdullah Bin Muhammad bin Husain bin Ahmad Shahib Syi’ib bin Muhammad Ashghar bin Alwi bin Abu Bakar Al-Habsyi bin Ali bin Ahmad bin Muhammad Assadullah bin Hasan Atturabi bin Ali bin Muhammad Faqih Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali Qasam bin Alwi bin Muhammad Shahib Saumah bin Alwi Shahib Sumail bin Ubaidillah Shahib Aradh bin Ahmad Al Muhajir-ilallah bin Isa Arrumi bin Muhammad Naqib bin Ali Al Uraidhi bin Ja’far Ash Shiddiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain Asy Syahid Syabul Jannah bin Ali bin Abu Thalib yang menikah dengan Fathimah Azzahrah binti Rasulullah SAW.

Ayah Habib Ali Al-Habsyi kelahiran Qasam, 18 Jumadil Akhir 1213 H, adalah seorang ulama dan wali besar yang kemudian hijrah ke Makkah Al-Mukarramah dan menjadi Mufti Syafi’iyyah disana setelah kewafatan Al-Allamah Arifbillah Asy-Syaikh Ahmad Dimyati tahun 1270 H. Beliau tetap menjadi Mufti hingga kewafatannya pada hari Rabu, tanggal 21 Dzulhijjah 1281 H. Beliau dimakamkan di pemakaman Hauthah Saadah Ba’alawi, Makkah. Sedangkan ibunya, Syarifah Alwiyah binti Husain bin Ahmad Al Hadi Al Jufri, adalah seorang wanita yang gemar mengajar dan berdakwah dari kota Syibam. Beliau dilahirkan pada tahun 1240 H dan wafat pada tanggal 6 Rabiul Akhir 1309 H. Habib Ali memiliki beberapa saudara, diantaranya Habib Abdullah, Habib Ahmad, Habib Husain, Habib Syaikh dan Syarifah Aminah.

Ketika Habib Ali berusia tujuh tahun, ayahnya diperintahkan oleh Habib Abdullah bin Husain bin Thohir Ba’alawi untuk hijrah ke Makkah dan tinggal disana hingga wafat. Pada usia ke-11, Habib Ali hijrah dari Syibam ke Seiwun bersama ibunya, sesuai perintah dari Al Allamah Arifbillah Al Habib Umar bin Hasan Al Haddad.

Dalam perjalanan itu beliau singgah di Masileh dan tinggal di rumah Habib Abdullah bin Husain bin Thohir Ba’alawi. Disana beliau menggunakan kesempatan sebaik-baiknya untuk menelaah kitab, mengambil sanad dan ijazah.

Atas permintaan ayahnya, pada usia 17 tahun Habib Ali berlayar menuju Makkah dan memperdalam ilmu agama kepada ayahnya. Disana beliau tinggal selama dua tahun dan pulang kembali ke Yaman saat adiknya, Aminah menikah dengan Habib Alwi bin Ahmad Assegaf, salah seorang murid ayahnya. Setelah itu beliau kembali memperdalam ilmu agama kepada ulama-ulama di Yaman.
Diantara guru-guru beliau adalah :

  • Habib Abu Bakar bin Abdullah Al Attas (Guru Futhuh beliau)
  • Habib Ahmad bin Muhammad Al Muhdhar
  • Habib Abdullah bin Husain bin Muhammad Ba’alawi
  • Habib umar bin Hasan Al Haddad
  • HabibAbdurrahman bin Muhammad Al Masyhur
  • Habib Ali bin Idrus Syahab
  • Habib Umar bin Abdurrahman Syahab
  • Habib Ahmad bin Abdullah Al Baar
  • Habib Idrus bin Umar Al Habsyi
  • Habib Muhammad bin Ibrahim Ba’alawi

Pada usia 37 tahun, beliau membangun sebuah Ribath (Pondok Pesantren) yang pertama kali didirikan di Hadramaut, yaitu di Seiwun dengan nama Ribath Riyadh. Kemudianpada tahun 1303 H, saat berusia 44 tahun, beliau membangun sebuah masjid disamping Ribath itu, dengan nama yang sama, Masjid Riyadh. Semua biaya untuk membangun keduanya ditanggung oleh Habib Ali, juga biaya-biaya santri yang mondok di Ribath, ditanggung oleh beliau.

Pada tahun 1255 H, putra beliau yang bernama Habib Alwi juga membangun Masjid Riyadh di Solo, Indonesia. Telah banyak ratusan alim ulama yang dicetak di Ribath Riyadh di bawah bimbingan Habib Ali. Diantara murid-murid Habib Ali adalah :

  • Habib Abdullah, Habib Muhammad, Habib Ahmad dan Habib Alwi (anak-anak beliau)
  • Habib Syaikh bin Muhammad Al Habsyi (adik beliau)
  • Habib Thoha bin Abdul Qadir bin Umar Assegaf
  • Habib Ahmad bin Abdurrahman Assegaf (ayah Al Quthub Habib Abdul Qadir Assegaf)
  • Habib Muhammad bin Hadi Assegaf
  • Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf (Al Quthub, Gresik)
  • Habib Ali binAbdul Qadir Alaydrus
  • Habib Abdullah bin Ali Syahab
  • Habib Abdullah bin Umar Asy Syathiri (ayah Sulthanul Ulama Habib Salim)
  • Habib Muhammad bin Idrus Al Habsyi (Gubah Ampel, Surabaya)

Yang paling masyhur dari keharuman nama Habib Ali adalah karena gubahannya yang indah, sebuah untaian mutiara perihal perjalan hidup dan akhlak datuknya yang agung, yaitu kitab Simthuddurar Fii Akhbar Maulid Khoiril Basyar Wama Lahu Min Akhlaq Wa-aushof Wa-sirr, yang dikenal dengan nama Maulid Simthuddurar atau Maulid Habsyi. Beliau menggubah kitab ini ketika berusia 68 tahun. Pada hari Kamis, 26 Shafar 1327 H beliau mendiktekan bab pertama, lalu pada hari Kamis 10 Rabiul Awwal 1327 H, beliau menyempurnakannya, dan pada hari Jum’at 12 Rabiul Awwal1327 H, beliau membacakan seluruh isi kitab untuk pertama kalinya di rumah salah seorang muridnya, Habib Umar bin Hamid Assegaf.

Suatu ketika Habib Ali pernah berkata mengenai kitab Maulidnya, “Jika sesorang menjadikan kitab Maulidku (Simthuddurar) sebagai salah satu wiridnya atau menghafalnya, maka sirr (rahasia) Rasulullah SAW akan nampak pada dirinya. Aku yang mengarangnya dan mendiktekannya, namun setiap kali kitab itu dibacakan kepadaku, maka dibukakan bagiku pintu untuk berhubungan dengan Rasulullah SAW. Pujianku terhadap beliau dapat diterima oleh masyarakat. Ini karena besarnya cintaku kepada beliau, bahkan dalam surat-suratku, ketika aku mensifatkan Rasulullah SAW, Allah SWT membukakan padaku susunan bahasa yang tidak ada sebelumnya. Ini adalah ilham yang diberikan Allah kepadaku.”

Pada penghujung hayatnya yang mulia, kesehatan Habib Ali mulai menurun dan dua tahun sebelum kewafatannya, beliau kehilangan penglihatannya. 70 hari menjelang wafat, beliau mengalami Isthilam hingga kesehatannya semakin melemah. Hingga pada waktu Dzuhur, hari Ahad tanggal 20 Rabiul Akhir 1333 (1913 M), beliau wafat meninggalkan dunia fana untuk berjalan diatas sutra surga menuju Rabb dan Kekasih-Nya.

Jenazah beliau dimakamkan di sebelah barat Masjid Riyadh, Seiwun. Habib Muhammad Al Habsyi, putra tertua Habib Ali ditunjuk oleh beliau sebagai khalifah penggantinya. Sedangkan saudaranya yang lain, yaitu Habib Alwi, kemudian hijrah dan berdakwah di Indonesia. Habib Ali menikah dua kali. Pertama dengan seorang wanita dari Qasam, dan melahirkan Habib Abdullah. Kedua dengan Syarifah Fathimah binti Muhammad Mulakhela dan mempunyai empat anak, Habib Muhammad, Habib Ahmad, Habib Alwi dan Syarifah Khadijah. Hingga kini anak cucu Habib Ali terus berdakwah meneruskan perjuangan Habib Ali, diantara mereka adalah Habib Anis bin Alwi bin Ali Al Hasyi, Solo.

Diantara kalam Hikamah dan Nasihat Habib Ali Al Habsyi

  • Pelajarilah cara mematikan hawa nafsu. 
  • Pelajarilah adab. 
  • Tuntutlah ilmu, baik dari orang dewasa maupun anak – anak.
  • Jauhilah dengki dan irihati. Ketahuilah kedua sifat ini dapat mencabut keberkatan ilmu.
  • Manusia di zaman ini hendaknya menjaga cahaya imannya, kerana pergaulan dengan orang-orang yang diliputi kegelapan hanya akan menularkan kegelapannya
  • Hadirilah majlis-majlis ilmu dengan hati dan telinga yang mau mendengar. Keluarlah dari majlis itu dengan membawa faedah. Dan faedah majlis yang sebenarnya adalah mengamalkan apa yang telah kalian dengar.
  • Setiap orang hendaknya menujukan nasihat yang ia dengar untuk dirinya sendiri. 
  • Terimalah nasihat dengan senang dan hati yang lapang.
  • Jika riwayat hidup kaum ‘arifin dibacakan kepada orang yang beriman, maka imanya kepada Allah akan semakin kukuh. Sebab, kehidupan mereka merupakan cerminan dari kitabullah yang didalamnya terkandung ilmu orang-orang terdahulu dan yang datang kemudian atau refleksi dari hadits Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم atau dari pengetahuan yang ia terima langusng dari Nabi صلى الله عليه وآله وسلم tanpa perantara.
Demikianlah sekelumit manaqib Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, Shahibul Maulid Simthud Dhurar. Insyaallah, mudah-mudahan kita tergolong kaum yang mencintai beliau, para salaf kita dan para Auliya Sholihin, dan moga-moga kita kelak dikumpulkan bersama mereka.
 
;