بسم الله الرّحمن الرّحيم
Nabi Muhammad SAW bersabda :
عَلَيْكُمْ
بِمُجَالَسَةِ العُلَمَآءِ وَاسْتِمَاعِ كَلاَمِ الحُكَمَآءِ, فَإِنَّ اللهَ
تَعَالَى يُحْيِى الْقَلْبَ الْمَيِّتَ بِنُوْرِ الْحِكْمَةِ كَمَا يُحْيِى
اْلأَرْضَ الْمَيِّتَةَ بِمَاءِ الْمَطَرِ
"Hendaklah kalian duduk bersama ulama' dan mendengarkan perkataan mereka yang bijaksana,
karena sesungguhnya Allah SWT menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah, sebagaimana
Allah menghidupkan bumi yang mati dengan air hujan".
Orang yang duduk di depan ulama'/alim niscaya ia akan tampak atau merasakan dosa-dosanya,
kemudian hati yang rakus dengan dunia menjadi qana'ah dan hati yang ragu-ragu menjadi yakin
dengan qadha' dan qadar Allah.
Hendaknya ketika duduk di hadapan orang 'Alim mendengarkan nasehatnya dengan cermat,
mengingat-ingat dan kemudian mengamalkannya. Sebab perkataan dari orang 'Alim itu adalah dari
Kalam Allah (Al Qur'an) dan Sabda Nabi Muhammad SAW (Hadits).
Ketika duduk di hadapan orang 'Alim, hati yang mati akan menjadi hidup, seperti halnya Allah
menghidupkan tanah yang mati dengan air hujan. Hati manusia ini diibaratkan seperti tanah; Yang
pertama ada tanah yang sudah ada genangan airnya, diibaratkan danau. Tanah yang seperti itu tidak
perlu lagi untuk mencari air. Kemudian yang kedua ada tanah subur, yang jikalau ingin mendapatkan
air maka tanah itu harus digali sampai keluar airnya. Lalu yang ketiga, diibaratkan tanah tandus,
ketika tanah itu digali yang keluar bukan air tetapi api, karena memang tanah itu tidak memiliki
kandungan air.
Orang yang menjauhi ulama' dalam waktu lebih dari 40 hari niscaya Allah akan mengancam dengan
3 macam :
- Allah akan mencabut berkah usahanya.
- Apabila ia menjadi penguasa/pemimpin maka Allah akan menjadikan ia pemimpin yang dhalim.
- Akhir hayatnya Su'ul Khatimah (mati sesat).
Seorang 'Alim atau Mursyid itu akan bertanggung jawab dan menyelamatkan murid-muridnya di
dunia dan kelak di akhirat. Maka tidak ada alasan apapun bagi seorang murid untuk tidak bertemu
dengan Mursyidnya (tidak ada alasan untuk tidak menuntut ilmu pada Mursyidnya). Kelak alasan-alasan mereka di dunia itu akan dibantah dan didatangkan saksi Nabi-nabi.
Yang beralasan karena miskin maka kelak akan didatangkan Nabi Isa as. yang akan membantah alasannya.
Yang beralasan karena sakit maka akan didatangkan Nabi Ayub as.
Yang berasalan karena sibuk mengurusi kekayaannya maka akan didatangkan Nabi Sulaiman as.
وَفِي رِوَايَةِ
الطَّبْرَانِي عَنْ أَبِي حَنِيْفةَ : جَالِسُوا الْكُبرَآءَ وَسَائِلُوا الْعُلَمَآءَ
وَخَالِطُوا الْحُكَمَآءَ
Dan di dalam hadits riwayat Imam Thabrani dari Abu Hanifah : "Pergaulilah pembesar-pembesar
dan bertanyalah kepada ulama' dan pergaulilah para hukama"
Diperbolehlah bergaul dengan para pembesar, sulthon atau penguasa tetapi janganlah bertanya ilmu
dengan mereka kecuali cukup pada masalah urusan dunia.
وَفِى
رِوَايَةِ جَالِسِ الْعُلَمَآءَ وَصَاحِبِ الْحُكَمَآءَ وَخَالِطِ الْكُبَرَآءَ
para pembesar ulama'"
Di tempat para ulama' itu terdapat atsar-atsar Nabi Muhammad SAW, maka perhatikan, diingat-ingat
dan kemudian diamalkan segala nasehatnya.
Ulama' dibagi menjadi 3 golongan :
- Ulama' yang ahli dengan hukum-hukum Allah SWT.
- Ulama' yang ma'rifat kepada Allah, disebut Ahli Hikmah.
Kedua golongan di atas sama-sama menitikberatkan kepada upaya perbaikan akhlak. Sebab hati mereka selalu melihat dengan ma'rifat-nya terhadap Allah dan selalu terbuka dengan cahaya keagungan Allah. Yang bisa memperbaiki hati dan ma'rifat kepada Allah adalah yang mendapatkan cahaya petunjuk dan pertolongan dari Allah. - Al Kubra (Ulama'-ulama besar) Ulama' yang ma'rifat, setiap ucapan, gerakan dan pandangannya selalu bermanfa'at kepada manusia yang lain. Maka banyak manusia ingin berjabat tangan dan mencium tangannya agar mendapatkan berkahnya.