Jumat, 22 Oktober 2021 0 komentar

22 Oktober 2021

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Tafsir Qs.Luqman: 34

Ayat ini berkaitan dengan peristiwa hari kiamat, dan hari kiamat ini tidak ada yang mengetahui pasti kapan terjadinya, dan hanya Allah yang mengetahui dan apa-apa yang ada didalam rahim seorang ibu, mulai nasibnya, takdirnya, rejekinya, matinya, dan tidak satupun yang mengetahui kapan dia akan mati dan dikuburukan dimana.

Semua ilmu itu berada di tangan Allah, baik yang tersembunyi maupun terang-terangan, andaikata manusia mengetahui yang ghaib sesungguhnya itu hanyalah sedikit. Maka janganlah kita mendahului kehendak Allah, dan orang yang mengetahui itu disebabkan oleh rahmatNya bukan karena ibadah kita.

Apabila manusia dikehendaki oleh Allah SWT dia diberikan waktu dan kesempatan untuk mengenal Allah, sedangkan sebaliknya mereka yang tidak dikehendaki waktunya habis untuk urusan yang sia-sia walaupun dia memiliki rumah didepan majelis sekalipun belum tentu dia akan hadir majelis itu.

Manusia yang tidak mengetahui kemurahan Allah SWT, dia tidak akan tahu bahwa kemurahan Allah sesungguhnya itu adalah ketaqwaan bukan uang, sampai dia lupa apa yang menjadi kepentingan dan hajatnya saking sibuknya dengan Allah. Manusia yang sibuk dengan Allah dia tidak akan sempat memikirkan kebutuhan yang lainnya, namun dia sibuk bagaimana memikirkan bekal untuk mati, sehingga Allah pun memikirkan akan kebutuhan dan kecukupannya.

Rezeki itu memiliki 2 jenis, yaitu rezeki hisiyah dan maknawiyah, maka beruntunglah orang yang mendapatkan keduanya, dia mendapatkan rezeki yang selamat dunia dan akhirat, namun manusia terkadang mendapatkan salah satunya dan membahayakan salah satunya, terkadang mendapatkan dunianya namun membahayakan akhiratnya, mendapatkan rezeki akhiratnya namun dunianya terlantar, maka bagaimana untuk mendapatkan keduanya yaitu dengan cara menuntut ilmu mengenal Allah SWT.

Dengan ilmu mengenal Allah manusia akan mendapatkan petunjuk, sehingga apapun yang menjadi urusannya menjadi mudah, sekalipun rumahnya jauh ke majelis, Allah jadikan dekat, sedangkan sebaliknya rumah didepan majelis bisa jadi jauh untuk hadir ke majelis.

Manusia tidak akan siap menghadapi musibah kematian, dia tidak akan tahu kapan dan dimana dia akan mati, namun apabila dia penuntut ilmu dia termasuk orang yang mati syahid dan mendapatkan jaminan dari Allah. Maka orang yang berilmu ini niscaya akan dapat menyelamatkan, apabila seorang suami istri salah satunya bekerja dan salah satunya bekerja maka yang menuntut ilmu ini dapat memenuhi dan menyelamatkan pasangannya, begitu juga sebuah keluarga, salah satu keluarga ada yang mengaji dia seolah membawa sebuah lampu, dan ketika pulang kepada keluarganya dia menerangi seisi rumah dengan lampu yang dibawanya.

Penuntut ilmu itu haruslah letih, barangsiapa yang letih didunia maka dia akan bersantai di akhirat, barangsiapa yang santai di dunia dia akan letih kelak di akhirat. Semoga kita semua di akhirkan dengan Khusnul Khotimah.

Qs. As-Sajadah : 1
Ayat mutasabihat, dimana ayat ini hanya Allah yang mengetahui maknanya, dan tidak boleh di tafsirkan, karena niscaya pasti tidak tepat dan salah dalam penafsirannya, ayat ini juga untuk melawan ahli-ahli syair pada masanya yang berusaha mencari celah kesalahan pada Al-Qur'an, dan mereka terkalahkan dengan hanya satu huruf saja, membingungkan mereka apa yang dimaksud huruf-huruf ini. Sehingga mereka mengakui bahwa ini adalah ayat dari Allah yang sungguh diluar akal manusia.

Qs. As-Sajdah: 2
Maka Al-Qur'an ini sebagai mukjizat yang paling tinggi, Allah pernah menurukan mukjizat dengan tongkat Nabi Musa namun dapat hancur dimakan rayap, begitupun cincin Nabi Sulaiman. Namun berbeda dengan Al-Qur'an sebagai mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, Kita dapat melihat barang-barang seperti halnya pada Nabi sebelumnya seperti sandal, rambut, jubah, dan lainnnya masih utuh, namun ini hanyalah sebagian dari Al-Qur'an itu sendiri. Dan Al-Qur'an ini sebagai mukjizat yang tidak akan hancur oleh zaman namun justru menjaga zaman.

Qs. As-Sajdah: 3
Sesungguhnya manusia ini adalah dhalim dan tersesat, maka didatangkanlah para Rasul dan Nabi, bahkan sampai Nabi itu jumlahnya 124ribu agar bisa memberikan petunjuk kepada manusia, namun tetap manusia itu menganggap hal itu sebagai yang tidak masuk akal.

Manusia tunduk ada yang berdasarkan kekayaannya, pangkatnya, dan takutnya, namun manusia tunduk kepada Nabi Muhammad dijadikan karena akhlaqnya, bahkan sampai seorang rajapun malu dihadapan Rasullullah, padahal raja ini punya kekuasaan, pangkat, dan kekayaan. Dari sini kita bisa menarik kesimpulan bahwa menundukkan orang itu dengan akhlaq, bukan dengan kekuasaan, kekayaan dan pangkat. Maka Allah memberikan haibah kedudukan yang tinggi bagi manusia yang memiliki akhlaq.

Qs. As-Sajdah: 4
Dari ayat ini kita mengetahui bahwa arsy itu bersemayam, tidak bertempat dan memiliki letak, apabila arsy itu bertempat tentu pastilah bising dan diam, namun jika bersemayam ini adalah suatu hal yang diluar jangkauan manusia. Sesungguhnya Allah itu bersemayam di arsy, maka manusia berkata bagaimana bentuk arsy dan wujud Allah itu bagaimana. Jika Allah berbentuk fisik maka bukan Tuhan, maka wajib Zat, lalu ditanya lagi Zat itu seperti apa? Wallahu 'Alam, namun dirimu akan berjumpa dengan Allah kelak di surga. Dan tidak ada seorangpun yang dapat memberikan syafaat atau pertolongan karena Allah. Maka jika ada kebaikan pada dirimu sesungguhnya itu dari Allah bukan dari dirimu.

Qs. As-Sajdah: 5
Sesungguhnya setiap urusan itu akan kelak naik kepada Allah, sehari di akhirat bisa menghimpun segala urusan manusia dalam kurun waktu seribu tahun. Dan kelak akan diperhitungkan di akhirat, dan semua anggota badannya akan bersaksi, bahkan yang berhubungan darah sekalipun tidak akan mampu menolong. Kecuali mereka yang beriman Allah akan mempertimbangkan perihal dirinya. Waktu sangat singkat dan kejadian sangat cepat dan tidak bisa terulang kembali apabila sudah terlewat maka jagalah waktu.

Risalah Al Amin:

Matinya nafsu terjadi dengan ilmu, makrifat, serta mengikuti Al-Kitab Al-Qur'an dan Sunnah Rasullullah SAW. 

Tuntutlah nafsumu untuk menghormati mereka jangan menuntut mereka untuk menghormatimu.
Qs. An-Nisa: 84

Tidak ada yang lebih berat dan sulit dari melakukan taat, dzikir daripada mengendalikan nafsu, menghadirkan hati, memahami makna batin dan memberikan hak kepada setiap huruf dengan mengharapkan ridho Allah SWT.

Seseorang tidak diragukan sifatnya itu sombong, egois, suka dipuji orang, dan tidak mau dikalahkan atau dibawah, dia selalu ingin unggul dimana saja, ingin dipandang dan dipuji, kemudian dengan agama itu ada pengaturan. Hawa nafsu ini di ibaratkan kuda liar, manusia yang pintar mengendalikannya bisa menungganginya sebagai kendaraan bukan malah terseret.

Barangsiapa mengurangi nikmatnya dunia dia pasti akan mendapatkan nikmatnya beribadah, namun barangsiapa yang menambahkan nikmatnya dunia niscaya dia adalah seorang pendusta.

Siapa yang disucikan dengan rahmat Ar-Rahmaniyah dalam bingkai azali maka dia tidak akan berubah dengan ahwal, tidak terbatas pada perkataan, juga tidak tambah dengan perbuatan. Jiwa dan ruh di ibaratkan seperti sesuatu dan bayangannya, bayangan selalu condong kepada wujud, dan wujud tidak mengikuti bayangan.

Tidak mungkin seseorang bertajalli tanpa bertakhalli dengan amal-amal sholeh dan melawan hawa nafsunya. Apabila manusia tidak mampu bertakhalli maka sesungguhnya manusia itu telah bermain dengan kemunafikan.

Obat untuk orang yang terputus dari muamalah dan tidak bisa mendapatkan hakikat musyahadah, obatnya ada 4: 
1. Meninggalkan nafsu tanpa daya dan upaya
2. Pasrah terhadapa perintah Allah dan diikuti tanpa pilihan bersamanya
Kedua obat ini bersifat batin
Sedangkan obat lahirnya
3. Mencela anggota badan jika melakukan pelanggaran
4. Melakukan kewajiban-kewajiban setelah itu duduk dan berdzikir fokus kepada Allah SWT dengan memutuskan segala sesuatu selainNya.

Sifat ilmu itu memegang hukum bukan melaksanakan hukum, dia mengendalikan hukum. Maka manusia pada umumnya ini takut akan hukum dan tidak takut Allah.

Bab Dosa

Aku merenungi dosa-dosaku kemudian sebuah suara berkata kepadaku "Engkau telah melupakan janjiku, lalai terhadap kasih sayangku, dan mengingat perngobananmu untuk mendekat kepadaku, tetapi melupakan apa yang membuatku menyayangimu, dimanakah kedudukanmu dari penyebutan, dari ilmu, dan dari kehendakku sebelum melakukan sesuatu, lalu aku memunculaknmu atas kekuasaanku, dan atas....

Manusia tidak diperbolehkan mengingat dosa sampai putus asa sehingga tidak ada istighfarnya, sehingga tidak ada amal sholehnya, dan terbelenggu oleh perasaan dosanya. Meskipun mengingat dosa itu wajib, tetapi meminta ampun itu lebih wajib. Jangan pernah merasa putus asa, dan jangan pernah merasa sudah terlambat. Menuntut ilmu pun juga begitu tidak pernah ada kata terlambat, semuanya sudah diberikan sesuai dengan ukurannya.

Bab Dunia

Orang yang mengambil sesuatu yang halal dari dunia dengan menggunakan etika maka hatinya akan selamat dari kotoran dan api penghalang, etika itu ada dua macam yaitu etika sunnah, dan etika ma'rifat.

Etika Sunnah ialah mendapatkan ilmu dengan tujuan dan niat baik, etika ma'rifat ialah etika yang di iringi dengan izin, perintah, kata-kata dan isyarat dari Allah SWT. Sedangkan yang dimaksud dengan isyarat adalah pemahaman yang di berikan Allah kepada hambanya tentang cahaya keindahan dan keagungannya.

Bebaskan dirimu dari mahluk dan segala daya dan upaya sebagai bentuk bukti

Allah akan menjamin manusia 4 hal di dunia dan di akhirat:
4 hal itu adalah jujur dalam ucapan, tulus dalam perbuatan, rejekinya seperti hujan, dan mendapatkan penjagaan dari keburukan, 4 diatas adalah jaminan di dunia. Kemudian jaminan di akhirat ia mendapatkan ampunan yang agung, sangat dekat dengan Allah SWT, masuk kedalam surga ma'wa, mendapatkan derajat yang tinggi. Sementara jaminan untuk agama juga ada 4 yaitu bertemu Allah SWT, bertatap muka denganNya, mendapatkan salam dari Allah SWT, rida dari Allah SWT Yang Maha Besar.

Kata-kata itu bukan keyakinan, sedangkan keyakinan adalah perbuatan walaupun tanpa kata-kata. Dan perbuatan itu adalah bukti dari janji Tuhanmu.

Bab Utang

Jika engkau berhutang maka berhutanglah kepada Allah SWT, dengan demikian Allah akan menanggungnya dan memikul bebannya. Jika engkau berhutang dengan mengandalkan kemampuanmu atau sesuatu yang engkau ketahui maka akan terasa berat bagimu untuk menanggungnya bahkan bisa saja engkau menunda-nunda, menyia-nyiakan membuatnya lama terbayar, mendahulukannya, mengakhirkannya, berbuat dhalim atau berbohong, sehingga engkau merugi dan tidak mendapatkan untung.


 
;