Jumat, 20 Maret 2020 0 komentar

Kata-Kata Hanyalah Bayangan Realitas

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Seseorang berkata: "Guru kita tidak menyampaikan apa pun."

"Demikianlah," jawabku, "Orang ini telah muncul di hadapanku karena ciri mental yang ada di dalam diriku. Citra mental milikku itu tidak menanyainya, "Apa kabar?" atau "Bagaimana kabarmu?" Citra mental diriku menarik hatinya tanpa menggunakan kata-kata. Jika dalam kenyataannya, citra mental milikku dapat menarik hatinya tanpa kata-kata hingga dapat membawanya ke tempat lain. Lalu apa yang aneh dari hal itu?"

Kata-kata tidak lain hanyalah "Bayangan" dari kenyataan. Kata-kata merupakan cabang dari kenyataan. Apabila "bayangan" saja dapat menawan hati, betapa mempesona kekuatan kenyataan yang ada di balik bayangan?!"

Kata-kata hanyalah pra-teks. Aspek simpatilah yang dapat menarik hati satu orang pada orang lain, bukan kata-kata. Walau pun manusia dapat melihat ribuan mukjizat yang dimiliki seorang Nabi atau seorang suci, hal itu tidak akan mebawa keuntungan baginya sama sekali, apabila dia tidak memiliki simpati kepada Nabi atau pun orang suci itu. Unsur simpatilah yang dapat mengguncangkan dan menggelisahkan seseorang. Apabila tidak terdapat unsur simpati warna gading pada batang padi itu tidak akan pernah dipersoalkan warna gading. Meski pun begitu, simpati yang memiliki kekuatan dahsyat itu tidak dapat diindra oleh seseorang.

Gambaran mental dari segala sesuatu yang hinggap di kepala manusia akan membawanya kepada hal itu. Gambaran tentang "taman" akan membawa manusia menuju ke sebuah taman. Gambaran tentang "toko" akan membawa manusia menuju sebuah toko. Tetapi terdapat sesuatu muslihat tersembunyi di dalam gambaran mental tersebut. Seringkali kita mengalami ketika kita pergi ke suatu tempat. Tiba-tiba saja kita mendapati bahwa tempat yang kita tuju tersebut tidak seperti yang ada di dalam gambaran kita, dalam citraan mental kita. Ketika mendapati kenyataan itu kita akan merasa kecewa dan berkata: "Aku pikir, tempat ini sebagus yang kubayangkan. Tapi ternyata tidak seindah gambarannya." Citraan-citraan atau gambaran-gambaran mental itu seperti kain kafan. Seseorang dapat bersembunyi di balik kain kafan. Ketika citra dihilangkan, dan kenyataan muncul tanpa diiringi citraan mental, maka terjadilah proses penyadaran kembali. Kita seakan kembali terbangun dari tidur kita. Ketika suatu peristiwa telah terjadi, maka tidak akan ada kesempatan lagi untuk merasa kecewa. Kenyataan yang dapat mempersoalkanmu tidak lain adalah kenyataan itu sendiri. Hari ketika segala pikiran dan perbuatan yang tersembunyi akan diuji
يَوْمَ تُبْلَى السَّرَائِرُ

"Pada hari dinampakkan segala rahasia"
(QS.At-Tariq:9).

Apakah sesungguhnya yang sedang kita perbincangkan? Di dalam hakikatnya, "Yang mempersoalkan (yang menjadi pangkal persoalan)" adalah satu, tetapi tampak terlihat bermacam-macam. Tidakkah engkau lihat betapa seorang manusia kerap memiliki ratusan keinginan berbeda? Aku ingin mie. Aku ingin kue basah. Aku ingin buah-buahan. Aku ingin kurma." Begitu banyak keinginan berbeda yang diungkapkan dengan jelas oleh setiap orang. Meski demikian, asal mula segala hal itu adalah satu, dan itu adalah rasa lapar. Tidakkah engkau lihat ketika orang yang sama ini telah memakan jatahnya, Dia akan berkata: "Maka nyatalah bahwa sebenarnya tidak ada apa yang dikatakan dengan sepuluh atau seratus hal, yang ada hanya satu. "Kami telah mengungkapkan jumlah mereka hanya untuk menyebabkan perselisihan di antara mereka
وَمَا جَعَلْنَا أَصْحَابَ النَّارِ إِلَّا مَلَائِكَةً ۙ وَمَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلَّا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَانًا ۙ وَلَا يَرْتَابَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْمُؤْمِنُونَ ۙ وَلِيَقُولَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْكَافِرُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَٰذَا مَثَلًا ۚ كَذَٰلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ ۚ وَمَا هِيَ إِلَّا ذِكْرَىٰ لِلْبَشَرِ
"Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat: dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al Kitab dan orng-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?" Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia."
(QS.Al-Muddatstsir:31).

Kelipat gandaan di antara manusisa memang menipu, karena mereka berkata, "Ini satu". Dan "Semua ini seratus", yakni, mereka mengatakan orang suci itu unik, sedangkan orang kebanyakan disebut "seratus" atau "ribuan". Ini adalah tipuan besar. Cara berpikirmu mengatakan yang banyak bermacam-macam dan yang satu itu unik, betul-betul menipu. Kami telah mengungkapkan jumlah mereka banyak untuk menyebabkan perselisihan (QS. Al-Muddatstsir 74:31). Masing-masing dari mereka akan berkata, "Mana yang ribuan, lima puluhan?" atau, "Mana yang enam puluh?" Orang-orang menjadi kehilangan kontrol dan tidak terkendali tanpa nalar, tanpa pikiran. Seperti jimat, mereka menguap bagaikan merkuri dan air raksa, Akankah engkau katakan mereka limapuluhan?" Seratus?" seribu?" Dan kemudian masih menyebut yang ini satu. Engkau bisa saja menyebut mereka tiada dan dia ribuan, atau ratusan ribu, atau jutaan. "Sedikit apabila dihitung, akan tetapi banyak dalam kekuatan."

Seorang raja suatu hari memberi ransum bagi satu orang prajurit yang cukup untuk seratus orang. Angkatan bersenjata merasa keberatan. Tetapi sang raja berkata: "Harinya akan tiba ketika aku akan menunjukkan kepadamu kenapa aku melakukan ini." Dan ketika telah datang hari pertempuran, seluruh pasukan melarikan diri kecuali prajurit itu. Dia tetap kuat bertahan dan berjuang. "Di sinilah nalarku bekerja merencanakan pekerjaan yang akan aku lakukan." Kata sang raja.

Manusia meski melepaskan alasan kedua dari kemampuan pemahamannya dan menoleh kepada agama untuk memperoleh bantuan pemahaman. Karena Agamalah yang mampu menemukan bantuan yang biasanya datang dengan sembunyi-sembunyi. Meski demikian, apabila seseorang menghabiskan hidupnya dengan kebodohan tanpa menggunakan nalar, maka pemahaman dirinya akan tumbuh dengan lemah dan tidak akan mampu mengenali kekuatan Agama. Engkau menumbuhkan keberadaan fisikal ini, padahal di dalamnya tidak terdapat kecerdasan sedikit pun! ...
Kecerdasan adalah konsep halus yang berada di dalam dirimu, tetapi siang dan malam engkau selalu disibukkan dengan makanan. Engkau berdalih bahwa konsep halus itu memperoleh kehidupan melalui badan fisik. Padahal nyata-nyata munculnya kecerdasan itu memiliki cara pemunculan yang berbeda.

Bagaimana mungkin engkau menghabiskan seluruh kekuatanmu hanya untuk mementingkan kebutuhan fisik dan mengabaikan inti segala sesuatu, sesuatu yang lebih halus? Padahal fenomena-fenomena material keberadaannya bergantung pada inti (subtle) dan bukan dengan cara yang lain Cahaya keluar melalui celah mata dan telinga, dan begitulah selanjutnya. Apabila engkau tidak memiliki celah itu, cahaya itu akan keluar melalui jalan keluar yang lain. Hal ini persis bagaikan engkau membawa lampu ke luar untuk melihat matahari.

Bahkan apabila engkau tidak membawa lampu, matahari masih akan menunjukkan dirinya. Untuk apalagi engkau membawa lampu?!

Seseorang hendaknya tidak berputus asa pada Tuhan. Karena harapan adalah langkah pertama menuju jalan keselamatan. Bahkan apabila engkau tidak menempuh jalan itu, setidaknya jagalah agar jalannya tetap terbuka. Jangan katakan bahwa engkau telah tersesat. Ambil jalan lurus, yang tidak ada belokan berliku. Lurus adalah sifat tongkat Musa. Sedangkan kekakuan merupakan gambaran papan para tukang sihir. Ketika yang lurus muncul, dia akan melahap seluruh kekuatan yang lainnya. Jika engkau melakukan kejahatan, sebenarnya akan berakibat kepada dirimu sendiri. Bagaimana mungkin kejahatan yang engkau lakukan akan mampu mencapai DIA? Ketika burung bertengger di puncak gunung dan kemudian terbang, apakah gunung itu memperoleh atau kehilangan sesuatu? Ketika engkau meluruskan diri kamu sendiri, tidak ada lagi yang tersisa. Jangan pernah membuang harapan.

Sisi bahaya yang akan muncul karena mengadakan persekutuan dengan raja bukanlah engkau bisa kehilangan hidup. Karena tanpa persekutuan itu pun, cepat atau lambat, akhirnya engkau mesti melepaskan kehidupan. Bahayanya terletak pada kenyataan bahwa ketika "raja-raja" itu dengan jiwa jasmaniahnya mendapatkan kekuatan, mereka akan berubah menjadi naga. Dan orang yang berbincang dengan mereka, yang mengakui persahabatannya, atau yang menerima kekayaan dari mereka, akhirnya mesti berkata bagaimana yang mereka katakan dan menerima pendapat jahat raja-raja itu agar dirinya terlindungi. Dia tidak mampu berbicara melawan mereka. Di sanalah letak bahayanya, karena Agama dia menderita. Semakin jauh engkau pergi di jalan sang raja, semakin asing arah lain bagimu. Semakin jauh engkau pergi ke dalam arah itu, arah ini, yang mestinya jadi kekasihmu, akan memalingkan mukanya darimu. Semakin engkau memberi ruang dirimu kepada hal-hal duniawi, semakin jauh obyek cinta yang semestinya tumbuh dalam dirimu. "Siapa pun yang menyumbangkan bantuan kepada orang yang tidak adil berarti mereka rela bertekuk lutut kepada mereka di mata Tuhan." Ketika engkau sudah merasa condong kepada orang yang engkau inginkan, maka dia akan menjadi guru bagimu.

Sungguh, sangat kasihan seseorang yang mencapai laut dan terpuaskan dengan hanya secangkir air. Ketika mutiara dan ratusan ribu barang berharga dapat disarikan dari laut, apa gunanya mengambil air? Dunia ini hanyalah buih. Sedangkan air seluas lautan adalah pengetahuan orang-orang suci. Lantas di manakah mutiara terletak? Dunia ini adalah buih yang dipenuhi barang rongsokan yang terapung-apung. Meski demikian, dari aliran ombak dan kesesuaian antara adukan laut dan gumulan ombak, buih itu membuahkan keindahan. Karena kecintaan dan hasrat yang amat besar kepada istri dan anak, pada himpunan emas dan perak, juga pada kuda yang mengagumkan, ternak, dan tanah, hiasan bagi manusia; itu merupakan pelengkap kehidupan di dunia
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)."
(QS. Al-Imran:14).

Tuhan telah mengatakan bahwa segala sesuatu telah "dibuat indah" tapi ternyata semuanya tidaklah benar-benar indah, mengapa bisa begitu Keindahan yang dijanjikan Tuhan dialami oleh orang lain, dari tempat lain. Seperti uang receh palsu sepuhan. Yakni, ketika dikatakan bahwa sebenarnya dunia ini, dunia yang bagaikan buih ini, adalah palsu, tanpa harga, tanpa nilai. Kita harus menyepuhnya, karena itulah maka dunia "dibuat indah."

Manusia adalah astrolabnya Tuhan (astrolab adalah alat kuno untuk menggambarkan altitude). Tetapi, seseorang akan membutuhkan ahli astronomi untuk mengetahui bagaimana cara menggunakan astrolab. Seandainya ada seorang penjual bawang atau penjual sayuran yang diperkenankan memiliki astrolab, kegunaan apakah yang dapat dibuatnya dari itu Bagaimana mungkin dia mampu mengukur keadaan bidang langit, kembalinya tanda rasi bintang, atau pengaruhnya? Di tangan seorang astronom, astrolab akan sangat bermanfaat. Karena siapa pun yang mengetahui dirinya, dia akan menegetahui Tuhannya. Sebagaimana astrolab kuningan ini adalah cermin langit, manusia, dan Kami telah memuliakan anak-anak Adam
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا
"Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan."
(QS. Al-Isra':70),

adalah astrolab Tuhan. Ketika Tuhan membuat manusia mengetahui dirinya, melalui astrolab dari diri orang itu sendiri dia mampu menyaksikan pengejawantahan Tuhan dan keindahan sempurna-Nya saat demi saat dan kedip demi kedip. Keindahan itu tidak pernah menghilang dari "Cermin" itu. Tuhan memiliki pelayan yang menyelimuti diri mereka dengan kebijakan, pengetahuan mistik, dan keajaiban, meskipun manusia tidak memiliki ketajaman pandangan untuk melihat mereka. Mereka menutupi dirinya keluar dan semangat luar biasa, sebagaimana dikatakan Muntanabbi:

Mereka mengenakan kain brokat,
Tidak untuk membuat dirinya lebih cantik,
Tetapi dengan itu mereka hendak melindungi kecantikan mereka
0 komentar

Tuhan Bekerja Degan Cara Yang Misterius

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Nabi Muhammad saw. bersabda: "Seburuk-buruk ulama adalah ulama yang mengunjungi penguasa, dan sebaik-baik penguasa adalah penguasa yang mengunjungi ulama. Berbahagialah seorang penguasa yang berada di depan orang miskin, dan celakalah orang miskin yang berada di depan gerbang penguasa."

Seklias, hadits Nabi itu seakan-akan bermakna bahwa 'tidak layak bagi seorang ulama mengunjungi pemerintah.' Perbuatan seperti itu menjadikan seorang ulama menjadi ulama terburuk. Tapi, Hadis itu tidak bermakna sedemikian dangkal. Makna sebenarnya dari Hadis itu adalah seburuk-buruknya ulama adalah ulama yang menerima sokongan dari penguasa. Dia melakukannya karena ingin memperoleh penghidupan dari sang penguasa. Anugerah serta pemberian penghidupan dari seorang penguasa dijadikan tujuan utama kehidupan dan pencarian ilmunya. Dia ingin, agar sang penguasa memberinya berbagai hadiah. Dia selalu memuji penguasa dan berkata kepadanya dengan berbagai penghargaan yang tinggi. Ketika menjadi ulama, dia mempelajari tata cara untuk bisa melepaskan diri dari ketakutan dan kekuasaan setiap penguasa. Ulama-ulama seperti akan membiasakan dirinya dengan berbagai tingkah laku yang akan disukai oleh setiap penguasa. Dalam kehidupan ini mungkin ada ulama yang mengunjungi penguasa, dan ada pula penguasa yang mengunjungi ulama. Tapi, ulama-ulama buruk itu akan selalu menempatkan dirinya sebagai tamu, dan selalu menganggap penguasa sebagai tuan rumah.

Pada sisi lain, ketika seorang ulama yang sudah mengenakan jubah keilmuannya, dia melakukannya bukan demi seorang penguasa, melainkan, pertama dan paling utama, karena Tuhan. Ketika seorang ulama berperilaku dan berjalan sepanjang jalur kebenaran, sebagaimana yang semestinya dilakukan oleh seorang ulama, dan tidak berperilaku untuk alasan lain, maka semua orang akan berdiri hormat terhadapnya.

Semua orang merasa mendapatkan limpahan cahaya yang memantul darinya. Baik mereka sadar ataupun tidak. Segala perilaku ulama itu, selalu diatur oleh nalar dan naluri kebaikan. Dia hanya bisa hidup di dalam kebaikan, seperti ikan yang hanya dapat hidup di dalam air. Apabila ulama seperti itu pergi kepada seorang penguasa, maka dialah yang bertindak sebagai tuan rumah dan penguasa sebagai tamunya. Karena, sang penguasa akan memperoleh bantuan darinya dan bergantung padanya. Ulama seperti itu jiwanya merdeka dan tidak terikat kepada seorang penguasa.

Dia akan selalu melimpahkan cahaya bagaikan matahari. Hidupnya semata-mata untuk memberi dan memberkahi. Matahari mengubah bebatuan biasa menjadi rubi dan permata carnelin. Matahari akan mengubah gunung-gunung di bumi menjadi tambang tembaga, emas, perak dan timah-timah.

Matahari membuat bumi hijau dan segar, menghasilkan bermacam buah-buahan dan berbagai tanaman. Tugasnya hanyalah memberi dan membekali; dia tidak mengambil apa-pun. Ada sebuah pepatah Arab yang berbunyi: "Kami telah belajar untuk memberi, tidak untuk mengambil."Ulama seperti itu akan selalu menjadi tuan rumah dalam keadaan bagaimana pun. Dan penguasa akan selalu menjadi tamu mereka.

Suatu ketika aku pernah berhasrat untuk menafsirkan ayat Al-Qur'an, walaupun ayat tersebut tidak berhubungan dengan pokok perbincangan ini. Bagaimana pun, hasrat itu telah datang padaku. Aku harus melakukannya. Tuhan berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِمَنْ فِي أَيْدِيكُمْ مِنَ الْأَسْرَىٰ إِنْ يَعْلَمِ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ خَيْرًا يُؤْتِكُمْ خَيْرًا مِمَّا أُخِذَ مِنْكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

"Hai Nabi, katakan kepada tawanan-tawananmu bahwa, Tuhan mengetahui kebaikan yang ada dalam hatimu. Dia akan memberimu suatu yang lebih baik daripada yang telah diambil darimu; dan Dia akan mengampunimu, karena Tuhan Maha Pengampun dan Maha Penyayang."
(QS. Al- Anfal:70).

Sebab turunnya ayat ini adalah sebagai berikut: Suatu ketika, Nabi Muhammad berhasil mengalahkan orang-orang kafir. Banyak orang yang terbunuh dalam peperangan itu. Kaum Muslim mendapatkan banyak barang rampasan perang. Nabi memiliki banyak tawanan yang terikat kaki serta tangannya. Salah satu tawanan itu Abbas, paman Nabi sendiri. Sepanjang malam para tawanan itu meratap dalam belenggu, mereka berputus asa dan berhenti berharap. Tak ada lagi yang mereka nantikan kecuali tebasan pedang di batang leher mereka. Nabi mengetahui hal itu lalu melihat mereka dan tertawa.

"Kalian lihat itu", para tawanan itu berkata, "dia memiliki kemanusiaan dalam dirinya. Pernyataan bahwa dia bukanlah manusia tidaklah benar, karena di sini, ketika dia melihat kita terikat sebagai tawanannya, dia merasakan kenikmatan yang sangat seperti manusia lain bergembira dalam suka cita, apabila telah menaklukan musuhnya dan melihat mereka terkalahkan."

Tapi, Nabi Muhammad mampu membaca pikiran mereka dan berkata: "Tidak. Aku tertawa bukan karena melihat musuhku terkalahkan atau karena aku gembira melihat kalian kalah. Aku tertawa karena dengan mata batinku aku melihat diriku sendiri memaksa menarik dengan rantai dan belenggu sekelompok orang keluar dari api pembakaran dan asap hitam neraka ke dalam taman abadi surga yang amat menyenangkan."

Mereka merintih dan menyesal, lalu berkata: "Kenapa engkau mengeluarkan kami dari tempat celaka ini ke dalam lindungan, dan membawa kami ke taman yang dipenuhi bunga mawar?",

Nabi Menjawab, "Karena itulah aku tertawa. Aku tertawa karena kalian masih juga tidak memiliki daya pandang untuk memahami dan melihat dengan jernih terhadap ucapanku."

Kemudian Nabi melanjutkan: "Tuhan telah memerintahku untuk mengatakan ini kepada kalian,
"Pertama-tama kalian mengumpulkan begitu banyak pelayan rumah dan tenaga, dan benar-benar yakin dengan kekuatan, kekukuhan, keberanian kalian. Kalian berkata kepada diri kalian sendiri bahwa kalian akan sanggup melakukan apapun. Kalian sesumbar akan mengalahkan kaum Muslim. Kalian pikir tidak ada yang lebih kuat dari pada kalian. Kalian tidak dapat membayangkan ada orang lain yang lebih kuat daripada kalian sendiri. Sekarang seluruh yang telah kalian rencanakan gagal total. Dan kini, kalian terbaring gemetar dalam ketakutan. Kalian tidak bertobat atas kegagalan dan kesalahan yang kalian lakukan. Kalian akan terus berada dalam kesukaran yang menciutkan nyali. Kalian masih tidak dapat memahami bahwa bisa jadi ada orang lain lebih berkuasa daripada kalian. Maka suatu keniscayaan ketika kini kalian melihatku memiliki kekuatan serta kuasa. Dan diri kalian mungkin akan menjadi sasaran dari kutukanku. Tapi jangan berputus asa atas apa yang aku lakukan, karena aku mampu untuk mengeluarkan kalian dari ketakutan ini, dan membimbing kalian pada keselamatan. Dia Yang Maha Kuasa mampu untuk menciptakan seekor sapi hitam dari seekor sapi putih, dan mampu menciptakan sapi putih dari seekor sapi hitam.

يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ
"Dia menciptakan malam untuk menggantikan siang, dan menciptakan siang untuk menggantikan malam"
(QS. Fatir:13).


يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ
"Dia bisa menciptakan kehidupan dari kematian, dan Dia bisa menciptakan kematian dari kehidupan."
(QS.Ar-Rum:19).

Sekarang, ketika kalian menjadi tawananku, jangan takut padaku karena aku mampu menghukum kalian. Karena tidak ada yang berputus asa dari kasih sayang Tuhan, kecuali orang kafir

وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
"Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir"
(QS.Yusuf:87).

Kemudian Nabi Muhammad berkata: "Sekarang Tuhan Berfirman: "Hai tawanan, jika engkau mengubah keyakinanmu yang dulu dan memahami-Ku, baik dalam rasa takut ataupun dalam pengharapan, kemudian kalian menyadari bahwa kalian adalah sasaran kehendak-Ku pada setiap keadaan, Aku akan melepaskan kalian dari keadaan menakutkan ini. Aku pasti akan mengembalikan seluruh harta bendamu yang telah dirampas dan dihilangkan, dan Aku akan memaafkan kalian. Tidak hanya kebahagiaan di dunia ini yang akan Aku berikan, tapi juga kebahagiaan di kehidupan yang selanjutnya."

"Aku bertobat," Abbas berkata, "Aku berpaling dari keyakinanku yang lalu."

"Tuhan membutuhkan bukti dari pengakuan yang engkau buat." Kata Nabi.

Memang mudah untuk melemparkan pernyataan cinta, Tetapi, bukti darinya akan selalu diminta.

Lalu Abbas bertanya: "Demi Nama Tuhan! Bukti apa yang engkau butuhkan?"

"Berikan kepada bala tentara Islam," Jawab Nabi Muhammad, "Seluruh kekayaan yang masih engkau tinggalkan. Apabila engkau memang benar-benar seorang Muslim dan berharap baik pada agama dan masyarakat Islam, berikan hartamu sehingga bala tentara Islam akan menjadi lebih kuat!"

"Wahai Rasulullah!", jawab Abbas: "Harta manalagi yang masih aku miliki? Sedangkan apa yang aku miliki sudah terampas. Aku tak lagi memiliki apa-apa. Hanya tikar jerami tua yang tertinggal atas namaku."

"Lihat", kata Nabi Muhammad: "Engkau masih belum berbudi. Engkau belum berpaling dari keyakinanmu yang dulu. Biarkan aku katakan padamu, berapa banyak kekayaan yang engkau miliki, di mana engkau menyembunyikannya, kepada siapa engkau mempercayakannya, dan di mana engkau memendamnya."

"Oh, tidak," teriak Abbas.

"Apakah engkau tidak mempercayakan sejumlah harta kepada ibundamu? Tidakkah engkau memendam sejumlah harta lainnya di bawah dinding dan menetapkan bahwa apabila engkau kembali dia akan mengembalikannya kepadamu, dan apabila engkau tidak kembali hidup-hidup dia akan menggunakannya untuk membeli barang tertentu. Engkau juga memberikan sejumlah besar hartamu kepada orang tertentu, dan menyimpan sebagian yang lainnya dirinya sendiri?"

Kemudian Abbas mengacungkan jari-jarinya dan menyatakan Iman dengan sungguh-sungguh, lalu dia berkata : "Wahai Nabi, sejujurnya saya pernah berpikir bahwa Engkau memiliki keberuntungan melalui khayalan tentang nasib baik, sebagaimana yang dilakukan oleh banyak raja masa lalu seperti Haman, Syaddad, dan Namrud. Meski demikian, ketika engkau mengatakan kepadaku hal yeng Engkau sebutkan, aku tahu pasti bahwa nasib baik yang melingkupinya adalah sesuatu yang misterius dan sungguh-sungguh berasal dari Ilahi."

"Engkau berkata benar," kata Nabi Muhammad. "Saat ini aku mendengar lingkaran keraguan yang melingkupimu telah berderak patah dalam batinmu. Bunyi patahannya mencapai telingaku. Lenyap pada kedalam jiwaku. Kapan pun lingkaran keraguan, penyembahan berhala, atau kekafiran seseorang berderak patah, aku mendengar bunyi pecahannya dengan telinga batinku, telinga jiwaku. Sekarang engkau telah benar-benar menjadi orang yang berbudi dan menyatakan iman dengan segala kesungguhanmu."

•••

Semua ini aku katakan kepada Parwana. Aku berkata kepadanya, "Engkau yang telah menjadi penghulu Umat Islam pernah berkata: "Aku telah mengorbankan diriku, kecerdasanku serta seluruh kuasa pertimbangan dan penilaianku. Semuanya aku lakukan demi melanjutkan kebesaran Islam dan menyebarkannya. Tetapi sejak engkau menyadarkan keyakinan pada dirimu, dan tidak berpaling pada Tuhan untuk menyadari bahwa apa pun berasal dari-Nya, maka Tuhan menjadikan usaha keras kalian menjadi sebab kemunduruan Islam. Engkau telah menyatukan diri kalian dengan Kaum Tartar. Engkau bantu mereka untuk meruntuhkan kaum Syria dan Mesir, kemudian membiarkan kerajaan Islam dalam kehancuran."

Hal yang nyata-nyata telah menjadi sebab ekspansi Islam justru telah pula menjadi sebab bagi kemunduruannya. Maka, dalam keadaan yang amat menakutkan ini, kembalilah kepada Tuhan. Berikanlah sedekah agar Dia melindungi engkau dari keadaan jahat yang menakutkan. Janganlah berputus asa dari Dia, bahkan apabila Dia melemparkan engkau dari ketaatan ke dalam pembangkangan. Karena engkau selalu berpikir bahwa kepatuhanmu ada dalam dirimu. Jangan berputus asa, tetapi kembali kepada Tuhan dengan segala kerendahan hati, karena Dia Maha Kuasa. Sungguh, Dia mampu untuk mengubah-ubah kepatuhan menjadi pembangkangan. Dia juga mampu untuk mengubah pembangkangan menjadi kepatuhan dan Dia akan memberi kalian pengampunan. Dia mampu menyediakan kalian jalan dan peralatan untuk berjuang dengan keras, sekali lagi demi Pengembangan Islam. Janganlah berputus asa, karena tidak ada yang berputus asa dari Kasih Sayang Tuhan, kecuali orang-orang kafir 
وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
"Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir"
(QS.Yusuf:87).

Tujuanku adalah membuatnya bisa memahami, memberinya sedekah, dan merendahkan diri sendiri di depan Tuhan. Karena dari keadaan paling terpuji dia bisa berubah ke keadaan yang paling hina, bagaimana pun dia mesti selalu berharap.

Tuhan mencipta dengan cara yang misterius. Sebuah benda barangkali terlihat baik jika dilihat dari luar, tetapi mungkin di dalamnya terdapat kejahatan. Jangan sampai seorang pun terperdaya oleh rasa bangga. Kebanggan yang selalu menganggap bahwa dia telah menyerap suatu gagasan yang baik atau pun telah melakukan amal baik. Apabila segala sesuatu adalah sebagaimana tampaknya, Nabi Muhammad tidak akan memperingatkan ummatnya dengan peringatan yang keras dengan sabdanya: "Tunjukkan kepadaku suatu hal sebagaimana adanya. Engkau membuat suatu hal menjadi tampak indah, padahal kenyataannya buruk; engkau membuat suatu hal tampak buruk, padahal di dalam kenyataannya indah. Maka tunjukkan kepada kami suatu hal sebagaimana adanya, kalau tidak kami akan jatuh ke dalam perangkap dan akan selamanya salah." Jadi, sejernih dan sebaik apa pun penilaianmu, betapa pun indah tampaknya, tidak akan lebih baik daripada penilaiannya, dia berbicara sebagaimana yang dia lakukan. Jangan selalu menyandarkan penilaian pada setiap pikiran dan pendapatmu, tetapi berendah hatilah dirimu di depan Tuhan dan takutlah kepada-Nya.

Demikianlah tujuanku berbicara seperti itu kepada Parwana. Meski demikian, dia menerapkan ayat dan penafsiran ini dengan caranya sendiri. Dia berkata: "Pada saat ini, apabila kita hendak menggerakkan pasukan, janganlah menyandarkan kekuatan hanya kepada mereka. Bahkan apabila terkalahkan, kita mesti tidak berputus asa untu tetap mengharapkan rahmat Tuhan. Kita tetap mengharapkan kasih-Nya di saat kita diliputi ketakutan dan keetidak-berdayaan." Dia menerapkan kata-kataku untuk tujuannya sendiri, sedangkan tujuanku telah aku jelaskan di atas.
 
;