Tampilkan postingan dengan label Terjemahan Fihi Ma Fihi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Terjemahan Fihi Ma Fihi. Tampilkan semua postingan
Senin, 21 Desember 2020 0 komentar

Tubuh Dan Jiwa Sebagai Amanat

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Atabeg berkata : "Keagungan apakah yang telah membuat Maulana menghargaiku? Aku tidak pernah mengharapkan ini. Pikiran ini tidak pernah terlintas pada pikiranku, karena aku hanya layak untuk berdiri rendah hati, siang dan malam, di antara jajaran mereka yang siap melayaninya. Aku masih belum layak untuk penghargaan itu. Keagungan macam apakah ini?"

Guru menjawab : "Orang ini adalah salah satu dari kalian yang memiliki cita-cita mulia. Tidak peduli betapa tinggi derajat yang engkau capai, tidak peduli betapa penting dan terpuji apa-apa yang engkau perhatikan. Cita-citamu yang paling mulia, engkau menganggap dirimu tidak sempurna; tidak puas dengan dirimu dan berpikir masih memiliki jalan panjang untuk dilalui. Meskipun hati kita pernah melayani Tuhan, tetapi kita masih mengharapkan pengharapan resmi karena bentuk luar yang terpisah dari isi."

Seperti benda yang tanpa isi, dia tidak dapat dipengaruhi. Dia juga tidak dapat dipengaruhi tanpa bentuk. Seperti biji yang apabila engkau sebar tanpa kulitnya, biji itu tidak akan tumbuh. Tetapi apabila engkau menanamnya pada tanah bersamaan dengan kulitnya dia akan tumbuh menjadi pohon yang mengagumkan. Atas dasar ini, tubuh pun sama pentingnya secara prinsip. Karena tanpa itu tidak ada kerja yang mampu dipengaruhi, tidak pula tujuan akan tercapai. Demi Tuhan, mata orang-orang yang telah mengetahui makna hakiki dan dia menjadi makna hakiki, dia akan mengetahui bahwa hal yang paling penting adalah makna hakikat.

Di dalam hubungan inilah bisa dikatakan bahwa dua rakaat shalat akan lebih baik daripada dunia ini beserta seluruh isinya. Ini tidak berlaku pada setiap orang. Tetapi berlaku kepada orang-orang yang mempertimbangkan lebih serius kehilangan dua rakaat daripada kehilangan dunia ini beserta isinya. Orang yang merasa lebih berat kehilangan dua rakaat daripada kehilangan kepemilikan terhadap seluruh dunia.

Seorang darwis pergi ke hadapan seorang raja. Sang raja menghadap padanya lalu mulai berkata, "Wahai Zahid ...."

"Engkaulah yang zahid," dan darwis menyela.

"Bagimana mungkin aku menjadi seorang zahid?" tanya raja, "Sedang aku memiliki seluruh dunia."

"Tidak." Jawab sang darwis, "Engkau melihat itu dengan cara yang salah. Dunia dan dunia selanjutnya, bersama seluruh kerajaanmu, adalah milikku. Aku telah mengambil semua kepemilikan alam semesta. Engkau hanyalah isi kain dan lapnya.
Ke mana pun engkau berpaling, di sanalah wajah Tuhan

وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ ۚ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

"Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui".
(QS. Al-Baqarah:115)

Wajah itu sesungguhnya beredar, tidak terganggu, dan kekal, tidak pernah berhenti. Pencinta sejati mengorbankan dirinya sendiri kepada Wajah ini dan tidak mencari apa pun demi imbalan. Sebagian besar dari mereka bagaikan ternak; meskipun mereka bagaikan ternak, mereka pantas memperoleh kebaikan. Meskipun mereka berada di dalam kandang, mereka mampu diterima pemilik kandang. Apabila dia ingin, dia mampu memindahkan mereka dari kandang ini ke dalam kurungan pribadinya. Persis yang dilakukan-Nya pertama kali. 

Dia membawa manusia dari ketiadaan menjadi makhluk yang berada. Dan dari kurungan makhluk ke dalam kurungan mineral; dari kurungan mineral; ke dalam kurungan kebinatangan; dari kurungan kebinatangan ke dalam kurungan kemanusiaan; dan dari kemanusiaan; menjadi keadaan kemalaikatan, dan seterusnya tiada henti. 

Dia membuat semua itu mewujud karena Dia memiliki begitu banyak "kurungan" yang masing-masing lebih indah dari yang lainnya; dari keadaan ke keadaan, mereka telah menderita, maka, mengapa mereka tidak beriman? 

لَتَرْكَبُنَّ طَبَقًا عَنْ طَبَقٍ

sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan),

فَمَا لَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ

Mengapa mereka tidak mau beriman?

(QS. Al-Insyiqaq: 19-20). 

Dia membuat seluruh hal tersebut mewujud agar kalian tahu bahwa di sana terdapat keadaan lain yang menunggu di depan. Bukan yang akan engkau tolak dengan perkataan, "Ini demikian adanya." Seorang perajin ahli mempertunjukan keahlian dan kerajinannya adar orang lain mempercayainya untuk dapat mengerjakan kerajinan lainnya, yang masih belum dia kerjakan. Demikian pula, seorang raja diberkahi pakaian kebesaran dan memberikan anugerah agar kebaikan dan anugerah lainnya dapat diharapkan darinya, tidak agar orang berkata : "Ini demikian adanya. Raja tidak akan memberikan kebaikan lagi." Dan mengisi mereka dengan segala yang telah diberikan kepadanya. Apabila raja mengetahui apa yang akan dikatakan dan dipikirkan orang, dia tentu tidak akan pernah memberinya kebaikan sejak semula.

Seorang zuhud adalah seseorang yang melihat hari kemudian. Sedang seorang awam hanya melihat kandang di dunia ini. Dan para ahli mistik tidak melihat baik hari kemudian maupun "kandang" hari ini. Sejak pandangan mereka jatuh pada permulaan, mereka tahu akhir segalanya akan terjadi. Seperti seorang ahli yang menanam gandum, dia akan tahu bahwa gandum itu akan tumbuh. Dia mengetahui hasil sejak awal. Demikian pula dengan tanaman Gerst (Sejenis gandum) padi, dan seterusnya. Ketika sang ahli melihat permulaan sesuatu, meskipun pandangannya tidak pada akhir, dia mengetahui apa yang akan terjadi pada akhirnya. Orang seperti itu sangatlah jarang. Mereka yang dapat melihat sampai ke akhir sesuatu hanya sedikit, sedangkan mereka yang selalu berada di dalam kandang adalah binatang ternak.

Manusia memiliki pembimbing untuk setiap usaha kerasnya. Tidak ada satu pun yang mampu diusahakan sampai luka – kerinduan dan cinta pada satu hal – dibangunkan dalam diri manusisa. Tanpa luka dan rasa sakit, usaha keras seseorang tidak akan menjadi mudah. Tidak perduli itu urusan dunia ini, atau dunia lain, perdagangan, pengagungan, seperti ulama, astrologi atau hal lainnya. Maryam tidak pergi ke pohon yang diberkahi sampai dia mengalami kesakitan saat melahirkan, dan rasa sakit dari kelahiran bayi datang padanya di dekat ranting Pohon Kurma 

فَأَجَاءَهَا الْمَخَاضُ إِلَىٰ جِذْعِ النَّخْلَةِ قَالَتْ يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَٰذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَنْسِيًّا

Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan".
(QS.Maryam:23). 

Rasa sakit membawanya menuju pohon, dan pohon kering itu memberinya buah-buahan. Tubuh kita persis seperti Maryam, dan kita masing-masing menanggung seorang Isa. Apabila mengalami rasa sakit kelahiran, Isa kita akan lahir; tetapi apabila tidak ada rasa sakit, Isa kita akan kembali pada asal mulanya melali jalan yang tak tampak dari tempat dia datang. Dan dia akan tetap hilang.+

Jika berada dalam kemelaratan.
Dan tubuh berada dalam gelora.
Setan memakan sampai muntah.
Hingga Jamshid tidak memiliki makanan apa-apa.
Sembuhkan dirimu sendiri sekarang, sementara Isa-mu berada di bumi.
Karena ketika dia telah diangkat ke surga. Penyembuhmu harus berpisah.

Senin, 23 Maret 2020 0 komentar

Tubuh Yang Fana Jiwa Yang Abadi

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Seseorang berkata : "Ada sesuatu yang telah aku lupakan."

Ada satu hal di dunia ini yang tidak boleh di lupakan. Engkau boleh melupakan apa pun, kecuali satu hal. Apabila mengingat semua hal lain tetapi melupakan satu hal itu, engkau tidak akan dapat menyelesaikan apa pun. Itu seperti seorang raja yang mengirim engkau ke kampung dengan tujuan tertentu. Engkau pergi dan melakukan ratusan tugas lain. Apabila menolak menyelesaikan tugas utama yang untuk itu engkau di kirim, berarti engkau tidak melakukan apa pun. Kami menawarkan amanat kepada surga, bumi dan gunung, mereka semua menolak menjalankannya, dan takut kepada tawaran itu. Tetapi manusia berani menjalankannya. Sungguh dia tidak adil kepada dirinya sendiri, dan bodoh

إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا
"Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,"
(QS. Al-Ahzab:72).

"Kami menawarkan amanat kepada surga dan mereka tidak mampu menerimanya." Pertimbangkan betapa besar kejutan pikiran dan perbuatan yang mereka lakukan : Mereka mengubah bebatuan jadi rubi dan zamrut. Mereka mengubah pegunungan menjadi tambang emas dan perak Menyebabkan tanaman di bumi berkembang dan seterusnya. Mereka memberi kehidupan. Dan mereka menciptakan taman surgawi. Bumi pun menerima biji-bijian dan kemudian memberikan buah-buahan dan biji-bijian yang di tanam. Pegunungan pun menghasilkan berbagai mineral. Segalanya dilakukan. Tetapi satu hal itu tidak mampu mereka lakukan. Hanya manusia yang mampu melakukannya. Dan kami telah memluliakan anak-anak Adam

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا
"Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan."
(QS. Al-Isra':70).

Tuhan tidak berkata, "Kami telah memuliakan surga dan bumi." Maka sudah menjadi kewajiban manusia untuk melakukan apa yang tidak mampu dilakukan surga, bumi dan gunung. Apabila manusia menyelesaikan tugasnya, ketidak-adilan dan kebodohan yang menjadi sifat manusia akan sirna. Engkau boleh meragukan dan menyatakan, bahwa sekalipun tidak menyelesaikan tugas itu, engkau telah melakukan banyak perbuatan lain. Tetapi aku katakan kepadamu bahwa manusia tidak diciptakan untuk pekerjaan lain. Itu bagaikan engkau menggunakan pisau baja Indian yang bernilai dari barang yang engkau temukan di dalam harta karun raja, sebagai parang untuk memecah daging busuk. Engkau kemudian membenarkan perbuatanmu dengan berkata : "Aku tidak dapat membirkan pisau ini menganggur. Aku menggunakannya untuk sesuatu yang baik." Bagaikan engkau menggunakan mangkok emas untuk memasak lobak. Satu pecahan dari mangkok itu mampu dibelikan seratus periuk. Seperti engkau menggunakan belati tersepuh permata untuk tempat menggantung labu pecah agar tetap bertahan dan berkata : "Aku menggunakan belati ini untuk menggantungkan labu itu. Aku tidak bisa membiarkan belati ini menganggur." Tidakkah itu keduanya menyedihkan dan menggelikan? Apabila labu mampu dengan baik dilayani oleh pasak kayu atau paku besi yang bernilai uang recehan, mengapa harus menggunakan belati yang berharga ratusan dinar untuk maksud seperti itu?" Tuhan telah menetapkan harga yang tinggi kepadamu, sebagaimana Dia telah berfirman : "Sungguh Tuhan telah membeli dari orang yang beriman jiwa mereka, dan harta benda mereka, serta menjajikan bagi mereka kenikmatan surga

إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَىٰ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ ۚ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ ۖ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ ۚ وَمَنْ أَوْفَىٰ بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ ۚ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ ۚ وَذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar."
(QS. At-Taubah:111)

Engkau akan melampaui dunia ini dan hari kemudian dengan suatu nilai.

Apa yang mesti aku lakukan jika engkau tidak mengetahui nilaimu sendiri?

Janganlah menjual dirimu dengan harga murah, karena engkau sangat berharga.

Tuhan berfirman : "Aku telah membeli kalian setiap nafas yang engkau hirup, inti dirimu dan rentang kehidupannya. apabila mereka membelanjakan kepada-Ku dan memberikan kepada-Ku, harganya adalah surga abadi. Inilah yang layak kepada-Ku. Apabila engkau menjual dirimu kepada neraka, engkau berbuat tidak adil pada dirimu, seperti manusia yang menusukkan pisau berharga ribuan dinar pada dinding dan menggantungkan periuk atau labu di atas pisau itu."

Engkau menggunakan dalih menyibukkan diri dengan ratusan amal terpuji. Engkau berkata : "Aku telah mempelajari Fiqih, hikmah, logika (mantik), astronomi, kesehatan, dan seterusnya." Semua itu untuk dirimu sendiri. Engkau mempelajari Fiqih hingga tidak seorang pun mampu merenggut setangkup rotimu, atau merobek pakaianmu, atau membunuh dirimu. Ini semua agar engkau hidup sehat walafiat. Apa-apa yag engkau pelajari mengenai astronomi, seperti bentuk bidang langit dan pengaruhnya terhadap bumi, gaya berat atau kesembarangan keamanan dan ketakutan, semua itu berhubungan dengan keadaan dirimu. Semua itu untuk dirimu sendiri. Di dalam astrologi, tanda keberuntungan dan ketidak- beruntungan berhubungan dengan pengawasan diri. Itu masih untuk dirimu, pada akhirnya.

Apabila merenungkan masalah itu, akan tersadari bahwa engkau adalah "Substansi" dan segala hal itu adalah bawahan terhadapmu. Sekarang, apabila segala yang berada di bawahmu memiliki demikian banyak cabang keajabiban, pertimbangkan dirimu yang merupakan "Substansi" , mesti menjadi apa! Apabila bawahanmu memiliki "titik puncak" dan "titik nadir" tanda keberuntungan dan tanda ketidak-beruntungan, pertimbangkan "titik puncak" dan "titik nadir" apa yang mesti engkau miliki. Hingga engkau menyadari bahwa ruh seperti itu harus memiliki sifat ini, mampu terhadap hal ini, dan sesuai dengan pekerjaan seperti itu.

Di samping makanan yang dimakan untuk mempertahankan dirimu secara fisikal, adalagi makanan lain yang engkau butuhkan. Seperti dikatakan Rasul Muhammad : "Aku menghabiskan malam dengan Tuhanku, dan Dia memberiku makan dan memberiku minuman." Di dunia ini engkau telah melupakan makanan lain itu dan menyibukkan dirimu dengan makanan dari dunia ini. Siang dan malam engkau menyediakan makanan untuk tubuhmu. Sekarang tubuh ini adalah kudamu, dan dunia ini pelayannya. Makanan kuda tidak sesuai untuk pengendaranya; Seekor kuda mempertahankan dirinya menurut kelazimannya sendiri. Karena engkau telah diliputi sifat kebinatangan dan kehewanan, engkau tetap di atas pelana dengan kuda dan tidak memiliki tempat di antara jajaran para
raja dan pangeran dari dunia tempat hatimu berada. Karena tubuh menguasaimu, engkau mesti mematuhi perintah tubuhmu. Engkau tawanan bagi tubuhmu. Seperti Majnun ketika dia memutuskan berangkat ke negeri Layla. Ketika dia masih dalam keadaan sadar, dia mengendarai unta pada jalan yang benar. Tetapi sekali terserap ke dalam Layla, dia melupakan dirinya dan hasrat untanya berada di belakangnya. Unta yang memiliki anak yang ditinggalkan di desa, suatu ketika berjalan ke arah desa. Ketika Majnun sadar, dia tahu bahwa dirinya pergi menuju jalan yang salah selama dua hari. Kemudian dia terus mondar-mandir selama tiga bulan, ketika pada akhirnya dia menangis, "Unta ini adalah kutukan bagiku!" Demikianlah diceritakan, dia meloncat dari unta dan membiarkan dirinya berangkat sendirian.

Hasrat untaku berada di belakangku;
Sedangkan hasrat diriku sendiri berada di depan; 
Sungguh dia dan aku amatlah bertentangan.

Seseorang datang kepada Sayyid Burhanuddin Muhaqqiq dan berkata : "Aku telah mendengar pujian mengenai dirimu dari orang tertentu."

"Biarkan aku tahu," Sayyid menjawab, "orang seperti apa dirinya. Apakah dia telah mencapai derajat sedemikian rupa hingga mampu mengetahui dan memujiku. Apabila dia mengetahui aku atas apa yang telah aku katakan, sesungguhnya dia tidak mengetahuiku karena perkataan tidaklah tetap (sementara), bebunyian sementara, bibir dan mulut pun sementara. Semua itu kebetulan. Apabila dia mengetahui atas apa yang aku lakukan, kejadiannya akan sama saja. Meski demikian, jika dia mengetahui inti diriku, dan kemudian aku tahu bahwa dia mampu memujiku, maka pujian tersebut memang menjadi hakku."

Ini seperti cerita yang mereka ceritakan tentang seorang raja yang mempercayakan putranya kepada sekelompok manusia terlatih. Si anak tetap bertahan hingga mereka telah mengajarinya seluruh ilmu astronomi, geometri, dan ilmu pengetahuan lain, meskipun si anak sungguh-sungguh bodoh dan bebal. Suatu hari raja mengambil dan menggenggam cincin dalam kepalan tangannya, untuk menguji anaknya. Raja berkata : "Ayo, katakan padaku benda yang aku genggam di dalam kepalanku!"

"Yang Engkau genggam." Anak itu menjawab," adalah benda bulat, kuning, dan memiliki lubang di tengahnya."

"Karena engkau mampu menjelaskannya dengan benar," kata raja," katakan padaku benda apa ini sebenarnya!"

"Itu tentu sebuah batu gerinda," jawab sang anak.

"Kamu telah memberikan ciri-cirinya demikian tepat dengan pikiran yang amat mengejutkan! Dengan seluruh pendidikan dan pengetahuan yang telah engkau peroleh, bagaimana mungkin keluar dari pikiranmu batu gerinda yang tidak dapat digenggam oleh sebelah tangan?"

Maka, seperti itulah sekarang orang terpelajar pada zaman kita, dengan ajaib memahami ilmu pengetahuan. Mereka telah sempurna belajar memahami seluruh hal asing yang bukan merupakan perhatian mereka. Yang benar-benar penting dan terkait dari semua hal tersebut adalah dirinya sendiri. Tetapi betapa orang-orang terpelajar tidak mengetahuinya. Mereka melulu menghabiskan waktunya pada penilaian kehalalan dan keharaman segala sesuatu, dan berkata : "Ini dihalalkan dan ini tidak," atau "Ini disyahkan hukum, dan ini tidak. Meski demikian, kebundaran, kekuningan, rancangan dan kebulatan dari cincin raja adalah kebetulan, karena apabila engkau melemparkannya ke dalam api tidak satu pun dari seluruh hal itu tersisa. Dia menjadi inti sarinya, terbebas dari semua ciri-ciri itu. Seluruh ilmu pengetahuan, amal, dan perkataan mereka letakkan di depan, semuanya tidak memiliki hubungan dengan intisari bendanya, yang akan tetap ada ketika seluruh sifat fisiknya sirna. Seperti halnya seluruh sifat dari yang mereka katakan dan mereka uraikan. Pada akhirnya mereka akan membuat penilaian bahwa sang raja memegang batu gerinda pada kepalan tangannya, karena mereka tidak mengatahui inti yang utama dari suatu benda.

Aku adalah burung, seekor Bulbul, atau seekor Nuri, karena suaraku telah ditetapkan dan tidak dapat membuat suara lain apa pun. Jika aku diminta untuk menghasilkan bunyi lain yang berbeda, aku tidak akan mampu. Sebaliknya, terhadap hal ini adalah contoh seseorang yang belajar meniru suara burung. Dia bukan burung sama sekali. Kenyatannya, dia adalah musuh burung, seorang pemburu, tetapi dia mampu membuat burung menyahut karena menganggap suara itu sebagai suara burung. Karena bunyi yang dia buat dikira-kira dan tidak pantas jadi miliknya, apabila diminta, dia mampu membuat bunyi berbeda. Dia mampu membuat sahutan berbeda karena dia telah belajar "mencuri barang orang dan menunjukkan kepadamu secarik linen lain dari setiap rumah."
0 komentar

Matilah Sebelum Engkau Mati Dan Jadilah Cahaya Tuhan

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Parwana mengirim pesan kepadaku yang berbunyi: "Siang dan malam, hati dan jiwaku selalu ingin melayanimu, tetapi aku masih tidak mampu mengunjungimu karena kesibukanku tercurah pada urusan dengan orang-orang Mongol."

Guru menjawab : "Apa-apa yang engkau lakukan, juga merupakan pekerjaan yang diridlai Tuhan. Apa yang engkau lakukan semuanya demi keamanan dan perlindungan Islam. Engkau sudah mengorbankan seluruhnya, fisik mau pun materi, untuk memberikan ketenangan bagi orang Islam. Ketenangan yangengkau ciptakan membuat kaum Muslim dapat menyibukkan diri mereka dalam ketaatan kepada Allah. Maka, itu pun merupakan amal baik. Tuhan telah membuatmu condong pada perbuatan baik seperti itu, dan kecenderunganmu itu adalah tanda dari kebaikan Tuhan. Sebaliknya, ketika engkau mengurangi hasratmu untuk berbuat baik seperti itu, berarti Tuhan menampakkan tanda-tanda ketidak-sukaan-Nya. Tuhan tidak ingin bila perbuatan-perbuatan baik semacam itu diganjar oleh seorang manusia walau pun orang itu memiliki kemakmuran dan ganjaran yang berlebih. Seperti kamar mandi hangat yang uapnya berasal dari tungku. Tuhan menyediakan peralatan untuk menguapkan, seperti jerami, nyala api kotoran hewan, dan lain-lain. Dilihat dari luar, barang-barang tersebut mungkin tampak kotor dan buruk, tetapi semuanya merupakan kebaikan Ilahi agar tujuan mereka dapat tercapai. Ketika bak mandi terupai oleh bahan-bahan tersebut, orang-orang akan memperoleh manfaat darinya."

Ketika sampai pada permasalahan itu, beberapa teman datang. Tetapi Guru meminta maaf pada mereka dan berkata : "Apabila aku tidak bangkit menyambut kalian atau berkata kepadamu menanyakan keadaan dirimu, berarti aku tidak menghargai kalian. Ukuran untuk menghargai sesuatu sangat berhubungan dengan kelayakan suatu peristiwa. Sungguh tidak tepat untuk menanyai keadaan ayah atau saudara seseorang atau menghormat pada mereka ketika kita sedang shalat. Tidak mengenali sahabat dan kerabat, ketika seseorang sedang beribadah adalah hakikat kesopanan dan penghormatan. Karena apabila orang tidak terputus dengan dirinya untuk sepenuhnya melakukan amal ibadah dan dia tidak dibingungkan oleh orang-orang dekatnya, mereka tidak akan mendapatkan ganjaran atau pun hukuman. Maka, ini merupakan hakikat perhatian dan kesopanan, karena setiap orang akan memperoleh perlindungan dari sebab yang akan mereka derita."

Seorang murid bertanya : "Apakah ada jalan untuk mendekati Tuhan selain Shalat?"

"Shalat akan lebih bisa mendekatkan seseorang dengan Tuhan. Bagaimana pun, wujud shalat tidak hanya dalam bentuk luarnya saja : Yakni hanya "Bungkus" shalat yang memiliki awal dan akhir. Apa pun yang memiliki awal dan akhir adalah "bungkus". Ucapan takbir pernyataan atas keagungan Tuhan, adalah permulaan shalat dan ucapan salam adalah akhirnya. Begitupula ada sesuatu yang lebih dari sekedar ucapan iman yang diucapkan lidah, karena ucapan itu pun memiliki awal dan akhir. Apa pun yang dapat diucapkan, memliki awal dan akhir adalah "Bentuk," "Bungkus," sedangkan "jiwanya" tidak dibatasi oleh isyarat-isyarat fisikan dan tidak terbatas, tanpa awal dan akhir. Shalat, sebagaimana yang kita ketahui dan kita lakukan saat ini adalah hasil rumusan para Nabi. Nabi Muhammad, yang telah merumuskan Shalat, pernah bersabda:
"Aku memiliki waktu dengan Tuhan. Dan selama waktu itu, tidak terdapat ruang, baik untuk nabi penanggung pesan atau pun malaikat yang berada di dekat Tuhan untuk berbagi denganku." Maka kita mengetahui bahwa "Jiwa" shalat tidak terletak pada bentuk luarnya saja. Melainkan juga merupakan keadaan dari keterserapan seorang manusia dan ketidak sadaran seluruhnya selama semua melakukan sesuatu bentuk luarnya, karena di sana tidak terdapat ruang sedikit pun. Bahkan bagi Jibril sekali pun.

...

Ada sebuah cerita mengenai maulana Bha'uddin. Suatu hari sahabatnya menemukan dia benar-benar terserap di dalam perenungan (fana). Ketika waktu Shalat tiba, beberapa pengikutnya berteriak kepada Maulana bahwa saat shalat telah tiba. Maulana tidak memberikan perhatian terhadap apa-apa yang mereka katakan. Mereka bangkit dan memulai shalat. Merski demikian, dua pengikut, tetap melayani gurunya dan tidak bangkit shalat. Salah satu pengikut yang tengah melakukan shalat, seorang lelaki bernama Khwayagi, melihat jernih dengan mata batinnya bahwa seluruh mereka yang sedang shalat, termasuk imam shalat, ternyata membelakangi kiblat, sedangkan mereka berdua yang tetap bersama menemani gurunya justru menghadap kiblat.

Sang guru telah melewati kesadaran ego dan memasuki kadaan kehilangan diri, terserap di dalam cahaya Tuhan. Dia telah mencapai makna perkataan Nabi : "Matilah sebelum engkau mati." Dia kemudian menjadi cahaya Tuhan. Dan siapa pun membalikkan punggungnya pada Cahaya Tuhan untuk memandang dinding, telah betul-betul mengarahkan punggungngya ke kiblat, karena cahaya adalah jiwa kiblat. Nabi telah menjadikan Ka'bah sebagai arah shalat untuk seluruh dunia. Tapi Dia, Tuhan Yang Maha Kuasa lebih layak untuk menjadi arah shalat, karena atas Nama-Nya maka Ka'bah menjadi Kiblat.

Nabi Muhammad suatu ketika pernah memperingatkan sahabatnya, Nabi bersabda : "Aku memanggilmu. Kenapa engkau tidak datang?"

"Karena aku sedang shalat."

"Bukankah aku yang memanggil kamu?"

"Aku tidak berdaya," sahabat itu menjawab.

Nabi Muhammad kemudian menjawab : "Memang baik bagimu, untuk mengetahui ketika dirimu jadi tidak berdaya di seluruh waktu, melihat dirimu sendiri tidak berdaya di saat kuat bahkan sebagaimana di waktu tak berdaya sama sekali. Arena, di atas kekuatanmu terdapat kekuatan lain yang lebih besar. Di segala waktu dan keadaan engkau tunduk kepada kehendak Tuhan. Dirimu tidaklah dua bagian yang pada suatu waktu terkendalikan dan pada waktu lain tidak. Jagalah kekuatan-Nya di dalam pandangan dan selalu menyadari bahwa dirimu tidak berdaya, dirimu tidak terkendali, tuna daya, jelek dan lemah. Jika harimau, singa dan buaya saja tidak berdaya dan gemetar di depan-Nya, bagaimana lagi manusia yang lemah? Surga, bumi dan segala isinya tidak berdaya dan dikuasai hukum- Nya; Dia adalah raja Yang Maha Kuat. Cahaya-Nya tidaklah seperti cahaya matahari dan bulan, meskipun keberadaan benda itu tetaplah sebagaimana adanya. Tidak. Apabila cahaya-Nya bersinar tanpa disaring, surga atau pun bumi tak akan dapat bertahan, tidak pula matahari atau bulan, tidak seorang pun akan tersisa.

Seorang raja suatu ketika berkata kepada darwis, "Saat engkau menikmati keagungan dan kedekatan pada Istana Tuhan, beritahulah aku."

"Apabila aku telah sampai pada Kehadiran-Nya," kata sang darwis, "dan aku mengungkapkan sinar dari Matahari Keindahan itu, aku tidak akan mampu untuk memberitahu kepada diriku, apalagi kepadamu."

Meski demikian, apabila Tuhan telah memilih satu pelayan-Nya dan menyebabkannya terserap ke dalam Diri-Nya, apabila setiap orang mesti berebut memegang pakaian-Nya dan membuat permintaan kepada Tuhan, Tuhan akan mengabulkan permintaan yang paling dekat dengan-Nya walau pun dia tidak mengatakan permintaannya.

Ada sebuah cerita tentang seorang raja yang memiliki warga yang dia kasihi dengan penghargaan amat tinggi. Ketika orang itu berencana berangkat ke istana raja, orang-orang yang memiliki permintaan akan memberikan surat untuk diberikan kepada raja, dan dia meletakkan surat itu di dalam kantung. Ketika tiba di hadapan raja dan cahaya keindahan raja bersinar kepadanya, dia akan jatuh tak sadarkan diri pada kaki bagindanya. Raja akan meletakkan tangannya dengan penuh kasih ke dalam kantung pria itu, dan berkata : "Apakah ini, warga negaraku, siapa yang telah terserap ke dalam keindahan diriku?" Dia akan menarik surat itu kemudian mencatat persetujuan pada belakangnya lalu mengganti semua surat-surat dalam kantung itu. Kemudian, tanpa kehadiran orang-orang yang meminta, seluruh permintaan dikabulkan. Tidak satu pun yang ditolak. Kenyataannya, pemohon diberi lebih daripada yang mereka minta. Meski demikian, lebih dari ratusan permintaan dibuat warga lain yang tetap sadar dan mampu menghadirkan permohonan kepada raja atas nama orang lain, hanya sedikit yang dikabulkan.
Jumat, 20 Maret 2020 0 komentar

Kata-Kata Hanyalah Bayangan Realitas

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Seseorang berkata: "Guru kita tidak menyampaikan apa pun."

"Demikianlah," jawabku, "Orang ini telah muncul di hadapanku karena ciri mental yang ada di dalam diriku. Citra mental milikku itu tidak menanyainya, "Apa kabar?" atau "Bagaimana kabarmu?" Citra mental diriku menarik hatinya tanpa menggunakan kata-kata. Jika dalam kenyataannya, citra mental milikku dapat menarik hatinya tanpa kata-kata hingga dapat membawanya ke tempat lain. Lalu apa yang aneh dari hal itu?"

Kata-kata tidak lain hanyalah "Bayangan" dari kenyataan. Kata-kata merupakan cabang dari kenyataan. Apabila "bayangan" saja dapat menawan hati, betapa mempesona kekuatan kenyataan yang ada di balik bayangan?!"

Kata-kata hanyalah pra-teks. Aspek simpatilah yang dapat menarik hati satu orang pada orang lain, bukan kata-kata. Walau pun manusia dapat melihat ribuan mukjizat yang dimiliki seorang Nabi atau seorang suci, hal itu tidak akan mebawa keuntungan baginya sama sekali, apabila dia tidak memiliki simpati kepada Nabi atau pun orang suci itu. Unsur simpatilah yang dapat mengguncangkan dan menggelisahkan seseorang. Apabila tidak terdapat unsur simpati warna gading pada batang padi itu tidak akan pernah dipersoalkan warna gading. Meski pun begitu, simpati yang memiliki kekuatan dahsyat itu tidak dapat diindra oleh seseorang.

Gambaran mental dari segala sesuatu yang hinggap di kepala manusia akan membawanya kepada hal itu. Gambaran tentang "taman" akan membawa manusia menuju ke sebuah taman. Gambaran tentang "toko" akan membawa manusia menuju sebuah toko. Tetapi terdapat sesuatu muslihat tersembunyi di dalam gambaran mental tersebut. Seringkali kita mengalami ketika kita pergi ke suatu tempat. Tiba-tiba saja kita mendapati bahwa tempat yang kita tuju tersebut tidak seperti yang ada di dalam gambaran kita, dalam citraan mental kita. Ketika mendapati kenyataan itu kita akan merasa kecewa dan berkata: "Aku pikir, tempat ini sebagus yang kubayangkan. Tapi ternyata tidak seindah gambarannya." Citraan-citraan atau gambaran-gambaran mental itu seperti kain kafan. Seseorang dapat bersembunyi di balik kain kafan. Ketika citra dihilangkan, dan kenyataan muncul tanpa diiringi citraan mental, maka terjadilah proses penyadaran kembali. Kita seakan kembali terbangun dari tidur kita. Ketika suatu peristiwa telah terjadi, maka tidak akan ada kesempatan lagi untuk merasa kecewa. Kenyataan yang dapat mempersoalkanmu tidak lain adalah kenyataan itu sendiri. Hari ketika segala pikiran dan perbuatan yang tersembunyi akan diuji
يَوْمَ تُبْلَى السَّرَائِرُ

"Pada hari dinampakkan segala rahasia"
(QS.At-Tariq:9).

Apakah sesungguhnya yang sedang kita perbincangkan? Di dalam hakikatnya, "Yang mempersoalkan (yang menjadi pangkal persoalan)" adalah satu, tetapi tampak terlihat bermacam-macam. Tidakkah engkau lihat betapa seorang manusia kerap memiliki ratusan keinginan berbeda? Aku ingin mie. Aku ingin kue basah. Aku ingin buah-buahan. Aku ingin kurma." Begitu banyak keinginan berbeda yang diungkapkan dengan jelas oleh setiap orang. Meski demikian, asal mula segala hal itu adalah satu, dan itu adalah rasa lapar. Tidakkah engkau lihat ketika orang yang sama ini telah memakan jatahnya, Dia akan berkata: "Maka nyatalah bahwa sebenarnya tidak ada apa yang dikatakan dengan sepuluh atau seratus hal, yang ada hanya satu. "Kami telah mengungkapkan jumlah mereka hanya untuk menyebabkan perselisihan di antara mereka
وَمَا جَعَلْنَا أَصْحَابَ النَّارِ إِلَّا مَلَائِكَةً ۙ وَمَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلَّا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَانًا ۙ وَلَا يَرْتَابَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْمُؤْمِنُونَ ۙ وَلِيَقُولَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْكَافِرُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَٰذَا مَثَلًا ۚ كَذَٰلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ ۚ وَمَا هِيَ إِلَّا ذِكْرَىٰ لِلْبَشَرِ
"Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat: dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al Kitab dan orng-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?" Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia."
(QS.Al-Muddatstsir:31).

Kelipat gandaan di antara manusisa memang menipu, karena mereka berkata, "Ini satu". Dan "Semua ini seratus", yakni, mereka mengatakan orang suci itu unik, sedangkan orang kebanyakan disebut "seratus" atau "ribuan". Ini adalah tipuan besar. Cara berpikirmu mengatakan yang banyak bermacam-macam dan yang satu itu unik, betul-betul menipu. Kami telah mengungkapkan jumlah mereka banyak untuk menyebabkan perselisihan (QS. Al-Muddatstsir 74:31). Masing-masing dari mereka akan berkata, "Mana yang ribuan, lima puluhan?" atau, "Mana yang enam puluh?" Orang-orang menjadi kehilangan kontrol dan tidak terkendali tanpa nalar, tanpa pikiran. Seperti jimat, mereka menguap bagaikan merkuri dan air raksa, Akankah engkau katakan mereka limapuluhan?" Seratus?" seribu?" Dan kemudian masih menyebut yang ini satu. Engkau bisa saja menyebut mereka tiada dan dia ribuan, atau ratusan ribu, atau jutaan. "Sedikit apabila dihitung, akan tetapi banyak dalam kekuatan."

Seorang raja suatu hari memberi ransum bagi satu orang prajurit yang cukup untuk seratus orang. Angkatan bersenjata merasa keberatan. Tetapi sang raja berkata: "Harinya akan tiba ketika aku akan menunjukkan kepadamu kenapa aku melakukan ini." Dan ketika telah datang hari pertempuran, seluruh pasukan melarikan diri kecuali prajurit itu. Dia tetap kuat bertahan dan berjuang. "Di sinilah nalarku bekerja merencanakan pekerjaan yang akan aku lakukan." Kata sang raja.

Manusia meski melepaskan alasan kedua dari kemampuan pemahamannya dan menoleh kepada agama untuk memperoleh bantuan pemahaman. Karena Agamalah yang mampu menemukan bantuan yang biasanya datang dengan sembunyi-sembunyi. Meski demikian, apabila seseorang menghabiskan hidupnya dengan kebodohan tanpa menggunakan nalar, maka pemahaman dirinya akan tumbuh dengan lemah dan tidak akan mampu mengenali kekuatan Agama. Engkau menumbuhkan keberadaan fisikal ini, padahal di dalamnya tidak terdapat kecerdasan sedikit pun! ...
Kecerdasan adalah konsep halus yang berada di dalam dirimu, tetapi siang dan malam engkau selalu disibukkan dengan makanan. Engkau berdalih bahwa konsep halus itu memperoleh kehidupan melalui badan fisik. Padahal nyata-nyata munculnya kecerdasan itu memiliki cara pemunculan yang berbeda.

Bagaimana mungkin engkau menghabiskan seluruh kekuatanmu hanya untuk mementingkan kebutuhan fisik dan mengabaikan inti segala sesuatu, sesuatu yang lebih halus? Padahal fenomena-fenomena material keberadaannya bergantung pada inti (subtle) dan bukan dengan cara yang lain Cahaya keluar melalui celah mata dan telinga, dan begitulah selanjutnya. Apabila engkau tidak memiliki celah itu, cahaya itu akan keluar melalui jalan keluar yang lain. Hal ini persis bagaikan engkau membawa lampu ke luar untuk melihat matahari.

Bahkan apabila engkau tidak membawa lampu, matahari masih akan menunjukkan dirinya. Untuk apalagi engkau membawa lampu?!

Seseorang hendaknya tidak berputus asa pada Tuhan. Karena harapan adalah langkah pertama menuju jalan keselamatan. Bahkan apabila engkau tidak menempuh jalan itu, setidaknya jagalah agar jalannya tetap terbuka. Jangan katakan bahwa engkau telah tersesat. Ambil jalan lurus, yang tidak ada belokan berliku. Lurus adalah sifat tongkat Musa. Sedangkan kekakuan merupakan gambaran papan para tukang sihir. Ketika yang lurus muncul, dia akan melahap seluruh kekuatan yang lainnya. Jika engkau melakukan kejahatan, sebenarnya akan berakibat kepada dirimu sendiri. Bagaimana mungkin kejahatan yang engkau lakukan akan mampu mencapai DIA? Ketika burung bertengger di puncak gunung dan kemudian terbang, apakah gunung itu memperoleh atau kehilangan sesuatu? Ketika engkau meluruskan diri kamu sendiri, tidak ada lagi yang tersisa. Jangan pernah membuang harapan.

Sisi bahaya yang akan muncul karena mengadakan persekutuan dengan raja bukanlah engkau bisa kehilangan hidup. Karena tanpa persekutuan itu pun, cepat atau lambat, akhirnya engkau mesti melepaskan kehidupan. Bahayanya terletak pada kenyataan bahwa ketika "raja-raja" itu dengan jiwa jasmaniahnya mendapatkan kekuatan, mereka akan berubah menjadi naga. Dan orang yang berbincang dengan mereka, yang mengakui persahabatannya, atau yang menerima kekayaan dari mereka, akhirnya mesti berkata bagaimana yang mereka katakan dan menerima pendapat jahat raja-raja itu agar dirinya terlindungi. Dia tidak mampu berbicara melawan mereka. Di sanalah letak bahayanya, karena Agama dia menderita. Semakin jauh engkau pergi di jalan sang raja, semakin asing arah lain bagimu. Semakin jauh engkau pergi ke dalam arah itu, arah ini, yang mestinya jadi kekasihmu, akan memalingkan mukanya darimu. Semakin engkau memberi ruang dirimu kepada hal-hal duniawi, semakin jauh obyek cinta yang semestinya tumbuh dalam dirimu. "Siapa pun yang menyumbangkan bantuan kepada orang yang tidak adil berarti mereka rela bertekuk lutut kepada mereka di mata Tuhan." Ketika engkau sudah merasa condong kepada orang yang engkau inginkan, maka dia akan menjadi guru bagimu.

Sungguh, sangat kasihan seseorang yang mencapai laut dan terpuaskan dengan hanya secangkir air. Ketika mutiara dan ratusan ribu barang berharga dapat disarikan dari laut, apa gunanya mengambil air? Dunia ini hanyalah buih. Sedangkan air seluas lautan adalah pengetahuan orang-orang suci. Lantas di manakah mutiara terletak? Dunia ini adalah buih yang dipenuhi barang rongsokan yang terapung-apung. Meski demikian, dari aliran ombak dan kesesuaian antara adukan laut dan gumulan ombak, buih itu membuahkan keindahan. Karena kecintaan dan hasrat yang amat besar kepada istri dan anak, pada himpunan emas dan perak, juga pada kuda yang mengagumkan, ternak, dan tanah, hiasan bagi manusia; itu merupakan pelengkap kehidupan di dunia
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)."
(QS. Al-Imran:14).

Tuhan telah mengatakan bahwa segala sesuatu telah "dibuat indah" tapi ternyata semuanya tidaklah benar-benar indah, mengapa bisa begitu Keindahan yang dijanjikan Tuhan dialami oleh orang lain, dari tempat lain. Seperti uang receh palsu sepuhan. Yakni, ketika dikatakan bahwa sebenarnya dunia ini, dunia yang bagaikan buih ini, adalah palsu, tanpa harga, tanpa nilai. Kita harus menyepuhnya, karena itulah maka dunia "dibuat indah."

Manusia adalah astrolabnya Tuhan (astrolab adalah alat kuno untuk menggambarkan altitude). Tetapi, seseorang akan membutuhkan ahli astronomi untuk mengetahui bagaimana cara menggunakan astrolab. Seandainya ada seorang penjual bawang atau penjual sayuran yang diperkenankan memiliki astrolab, kegunaan apakah yang dapat dibuatnya dari itu Bagaimana mungkin dia mampu mengukur keadaan bidang langit, kembalinya tanda rasi bintang, atau pengaruhnya? Di tangan seorang astronom, astrolab akan sangat bermanfaat. Karena siapa pun yang mengetahui dirinya, dia akan menegetahui Tuhannya. Sebagaimana astrolab kuningan ini adalah cermin langit, manusia, dan Kami telah memuliakan anak-anak Adam
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا
"Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan."
(QS. Al-Isra':70),

adalah astrolab Tuhan. Ketika Tuhan membuat manusia mengetahui dirinya, melalui astrolab dari diri orang itu sendiri dia mampu menyaksikan pengejawantahan Tuhan dan keindahan sempurna-Nya saat demi saat dan kedip demi kedip. Keindahan itu tidak pernah menghilang dari "Cermin" itu. Tuhan memiliki pelayan yang menyelimuti diri mereka dengan kebijakan, pengetahuan mistik, dan keajaiban, meskipun manusia tidak memiliki ketajaman pandangan untuk melihat mereka. Mereka menutupi dirinya keluar dan semangat luar biasa, sebagaimana dikatakan Muntanabbi:

Mereka mengenakan kain brokat,
Tidak untuk membuat dirinya lebih cantik,
Tetapi dengan itu mereka hendak melindungi kecantikan mereka
0 komentar

Tuhan Bekerja Degan Cara Yang Misterius

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Nabi Muhammad saw. bersabda: "Seburuk-buruk ulama adalah ulama yang mengunjungi penguasa, dan sebaik-baik penguasa adalah penguasa yang mengunjungi ulama. Berbahagialah seorang penguasa yang berada di depan orang miskin, dan celakalah orang miskin yang berada di depan gerbang penguasa."

Seklias, hadits Nabi itu seakan-akan bermakna bahwa 'tidak layak bagi seorang ulama mengunjungi pemerintah.' Perbuatan seperti itu menjadikan seorang ulama menjadi ulama terburuk. Tapi, Hadis itu tidak bermakna sedemikian dangkal. Makna sebenarnya dari Hadis itu adalah seburuk-buruknya ulama adalah ulama yang menerima sokongan dari penguasa. Dia melakukannya karena ingin memperoleh penghidupan dari sang penguasa. Anugerah serta pemberian penghidupan dari seorang penguasa dijadikan tujuan utama kehidupan dan pencarian ilmunya. Dia ingin, agar sang penguasa memberinya berbagai hadiah. Dia selalu memuji penguasa dan berkata kepadanya dengan berbagai penghargaan yang tinggi. Ketika menjadi ulama, dia mempelajari tata cara untuk bisa melepaskan diri dari ketakutan dan kekuasaan setiap penguasa. Ulama-ulama seperti akan membiasakan dirinya dengan berbagai tingkah laku yang akan disukai oleh setiap penguasa. Dalam kehidupan ini mungkin ada ulama yang mengunjungi penguasa, dan ada pula penguasa yang mengunjungi ulama. Tapi, ulama-ulama buruk itu akan selalu menempatkan dirinya sebagai tamu, dan selalu menganggap penguasa sebagai tuan rumah.

Pada sisi lain, ketika seorang ulama yang sudah mengenakan jubah keilmuannya, dia melakukannya bukan demi seorang penguasa, melainkan, pertama dan paling utama, karena Tuhan. Ketika seorang ulama berperilaku dan berjalan sepanjang jalur kebenaran, sebagaimana yang semestinya dilakukan oleh seorang ulama, dan tidak berperilaku untuk alasan lain, maka semua orang akan berdiri hormat terhadapnya.

Semua orang merasa mendapatkan limpahan cahaya yang memantul darinya. Baik mereka sadar ataupun tidak. Segala perilaku ulama itu, selalu diatur oleh nalar dan naluri kebaikan. Dia hanya bisa hidup di dalam kebaikan, seperti ikan yang hanya dapat hidup di dalam air. Apabila ulama seperti itu pergi kepada seorang penguasa, maka dialah yang bertindak sebagai tuan rumah dan penguasa sebagai tamunya. Karena, sang penguasa akan memperoleh bantuan darinya dan bergantung padanya. Ulama seperti itu jiwanya merdeka dan tidak terikat kepada seorang penguasa.

Dia akan selalu melimpahkan cahaya bagaikan matahari. Hidupnya semata-mata untuk memberi dan memberkahi. Matahari mengubah bebatuan biasa menjadi rubi dan permata carnelin. Matahari akan mengubah gunung-gunung di bumi menjadi tambang tembaga, emas, perak dan timah-timah.

Matahari membuat bumi hijau dan segar, menghasilkan bermacam buah-buahan dan berbagai tanaman. Tugasnya hanyalah memberi dan membekali; dia tidak mengambil apa-pun. Ada sebuah pepatah Arab yang berbunyi: "Kami telah belajar untuk memberi, tidak untuk mengambil."Ulama seperti itu akan selalu menjadi tuan rumah dalam keadaan bagaimana pun. Dan penguasa akan selalu menjadi tamu mereka.

Suatu ketika aku pernah berhasrat untuk menafsirkan ayat Al-Qur'an, walaupun ayat tersebut tidak berhubungan dengan pokok perbincangan ini. Bagaimana pun, hasrat itu telah datang padaku. Aku harus melakukannya. Tuhan berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِمَنْ فِي أَيْدِيكُمْ مِنَ الْأَسْرَىٰ إِنْ يَعْلَمِ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ خَيْرًا يُؤْتِكُمْ خَيْرًا مِمَّا أُخِذَ مِنْكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

"Hai Nabi, katakan kepada tawanan-tawananmu bahwa, Tuhan mengetahui kebaikan yang ada dalam hatimu. Dia akan memberimu suatu yang lebih baik daripada yang telah diambil darimu; dan Dia akan mengampunimu, karena Tuhan Maha Pengampun dan Maha Penyayang."
(QS. Al- Anfal:70).

Sebab turunnya ayat ini adalah sebagai berikut: Suatu ketika, Nabi Muhammad berhasil mengalahkan orang-orang kafir. Banyak orang yang terbunuh dalam peperangan itu. Kaum Muslim mendapatkan banyak barang rampasan perang. Nabi memiliki banyak tawanan yang terikat kaki serta tangannya. Salah satu tawanan itu Abbas, paman Nabi sendiri. Sepanjang malam para tawanan itu meratap dalam belenggu, mereka berputus asa dan berhenti berharap. Tak ada lagi yang mereka nantikan kecuali tebasan pedang di batang leher mereka. Nabi mengetahui hal itu lalu melihat mereka dan tertawa.

"Kalian lihat itu", para tawanan itu berkata, "dia memiliki kemanusiaan dalam dirinya. Pernyataan bahwa dia bukanlah manusia tidaklah benar, karena di sini, ketika dia melihat kita terikat sebagai tawanannya, dia merasakan kenikmatan yang sangat seperti manusia lain bergembira dalam suka cita, apabila telah menaklukan musuhnya dan melihat mereka terkalahkan."

Tapi, Nabi Muhammad mampu membaca pikiran mereka dan berkata: "Tidak. Aku tertawa bukan karena melihat musuhku terkalahkan atau karena aku gembira melihat kalian kalah. Aku tertawa karena dengan mata batinku aku melihat diriku sendiri memaksa menarik dengan rantai dan belenggu sekelompok orang keluar dari api pembakaran dan asap hitam neraka ke dalam taman abadi surga yang amat menyenangkan."

Mereka merintih dan menyesal, lalu berkata: "Kenapa engkau mengeluarkan kami dari tempat celaka ini ke dalam lindungan, dan membawa kami ke taman yang dipenuhi bunga mawar?",

Nabi Menjawab, "Karena itulah aku tertawa. Aku tertawa karena kalian masih juga tidak memiliki daya pandang untuk memahami dan melihat dengan jernih terhadap ucapanku."

Kemudian Nabi melanjutkan: "Tuhan telah memerintahku untuk mengatakan ini kepada kalian,
"Pertama-tama kalian mengumpulkan begitu banyak pelayan rumah dan tenaga, dan benar-benar yakin dengan kekuatan, kekukuhan, keberanian kalian. Kalian berkata kepada diri kalian sendiri bahwa kalian akan sanggup melakukan apapun. Kalian sesumbar akan mengalahkan kaum Muslim. Kalian pikir tidak ada yang lebih kuat dari pada kalian. Kalian tidak dapat membayangkan ada orang lain yang lebih kuat daripada kalian sendiri. Sekarang seluruh yang telah kalian rencanakan gagal total. Dan kini, kalian terbaring gemetar dalam ketakutan. Kalian tidak bertobat atas kegagalan dan kesalahan yang kalian lakukan. Kalian akan terus berada dalam kesukaran yang menciutkan nyali. Kalian masih tidak dapat memahami bahwa bisa jadi ada orang lain lebih berkuasa daripada kalian. Maka suatu keniscayaan ketika kini kalian melihatku memiliki kekuatan serta kuasa. Dan diri kalian mungkin akan menjadi sasaran dari kutukanku. Tapi jangan berputus asa atas apa yang aku lakukan, karena aku mampu untuk mengeluarkan kalian dari ketakutan ini, dan membimbing kalian pada keselamatan. Dia Yang Maha Kuasa mampu untuk menciptakan seekor sapi hitam dari seekor sapi putih, dan mampu menciptakan sapi putih dari seekor sapi hitam.

يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ
"Dia menciptakan malam untuk menggantikan siang, dan menciptakan siang untuk menggantikan malam"
(QS. Fatir:13).


يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ
"Dia bisa menciptakan kehidupan dari kematian, dan Dia bisa menciptakan kematian dari kehidupan."
(QS.Ar-Rum:19).

Sekarang, ketika kalian menjadi tawananku, jangan takut padaku karena aku mampu menghukum kalian. Karena tidak ada yang berputus asa dari kasih sayang Tuhan, kecuali orang kafir

وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
"Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir"
(QS.Yusuf:87).

Kemudian Nabi Muhammad berkata: "Sekarang Tuhan Berfirman: "Hai tawanan, jika engkau mengubah keyakinanmu yang dulu dan memahami-Ku, baik dalam rasa takut ataupun dalam pengharapan, kemudian kalian menyadari bahwa kalian adalah sasaran kehendak-Ku pada setiap keadaan, Aku akan melepaskan kalian dari keadaan menakutkan ini. Aku pasti akan mengembalikan seluruh harta bendamu yang telah dirampas dan dihilangkan, dan Aku akan memaafkan kalian. Tidak hanya kebahagiaan di dunia ini yang akan Aku berikan, tapi juga kebahagiaan di kehidupan yang selanjutnya."

"Aku bertobat," Abbas berkata, "Aku berpaling dari keyakinanku yang lalu."

"Tuhan membutuhkan bukti dari pengakuan yang engkau buat." Kata Nabi.

Memang mudah untuk melemparkan pernyataan cinta, Tetapi, bukti darinya akan selalu diminta.

Lalu Abbas bertanya: "Demi Nama Tuhan! Bukti apa yang engkau butuhkan?"

"Berikan kepada bala tentara Islam," Jawab Nabi Muhammad, "Seluruh kekayaan yang masih engkau tinggalkan. Apabila engkau memang benar-benar seorang Muslim dan berharap baik pada agama dan masyarakat Islam, berikan hartamu sehingga bala tentara Islam akan menjadi lebih kuat!"

"Wahai Rasulullah!", jawab Abbas: "Harta manalagi yang masih aku miliki? Sedangkan apa yang aku miliki sudah terampas. Aku tak lagi memiliki apa-apa. Hanya tikar jerami tua yang tertinggal atas namaku."

"Lihat", kata Nabi Muhammad: "Engkau masih belum berbudi. Engkau belum berpaling dari keyakinanmu yang dulu. Biarkan aku katakan padamu, berapa banyak kekayaan yang engkau miliki, di mana engkau menyembunyikannya, kepada siapa engkau mempercayakannya, dan di mana engkau memendamnya."

"Oh, tidak," teriak Abbas.

"Apakah engkau tidak mempercayakan sejumlah harta kepada ibundamu? Tidakkah engkau memendam sejumlah harta lainnya di bawah dinding dan menetapkan bahwa apabila engkau kembali dia akan mengembalikannya kepadamu, dan apabila engkau tidak kembali hidup-hidup dia akan menggunakannya untuk membeli barang tertentu. Engkau juga memberikan sejumlah besar hartamu kepada orang tertentu, dan menyimpan sebagian yang lainnya dirinya sendiri?"

Kemudian Abbas mengacungkan jari-jarinya dan menyatakan Iman dengan sungguh-sungguh, lalu dia berkata : "Wahai Nabi, sejujurnya saya pernah berpikir bahwa Engkau memiliki keberuntungan melalui khayalan tentang nasib baik, sebagaimana yang dilakukan oleh banyak raja masa lalu seperti Haman, Syaddad, dan Namrud. Meski demikian, ketika engkau mengatakan kepadaku hal yeng Engkau sebutkan, aku tahu pasti bahwa nasib baik yang melingkupinya adalah sesuatu yang misterius dan sungguh-sungguh berasal dari Ilahi."

"Engkau berkata benar," kata Nabi Muhammad. "Saat ini aku mendengar lingkaran keraguan yang melingkupimu telah berderak patah dalam batinmu. Bunyi patahannya mencapai telingaku. Lenyap pada kedalam jiwaku. Kapan pun lingkaran keraguan, penyembahan berhala, atau kekafiran seseorang berderak patah, aku mendengar bunyi pecahannya dengan telinga batinku, telinga jiwaku. Sekarang engkau telah benar-benar menjadi orang yang berbudi dan menyatakan iman dengan segala kesungguhanmu."

•••

Semua ini aku katakan kepada Parwana. Aku berkata kepadanya, "Engkau yang telah menjadi penghulu Umat Islam pernah berkata: "Aku telah mengorbankan diriku, kecerdasanku serta seluruh kuasa pertimbangan dan penilaianku. Semuanya aku lakukan demi melanjutkan kebesaran Islam dan menyebarkannya. Tetapi sejak engkau menyadarkan keyakinan pada dirimu, dan tidak berpaling pada Tuhan untuk menyadari bahwa apa pun berasal dari-Nya, maka Tuhan menjadikan usaha keras kalian menjadi sebab kemunduruan Islam. Engkau telah menyatukan diri kalian dengan Kaum Tartar. Engkau bantu mereka untuk meruntuhkan kaum Syria dan Mesir, kemudian membiarkan kerajaan Islam dalam kehancuran."

Hal yang nyata-nyata telah menjadi sebab ekspansi Islam justru telah pula menjadi sebab bagi kemunduruannya. Maka, dalam keadaan yang amat menakutkan ini, kembalilah kepada Tuhan. Berikanlah sedekah agar Dia melindungi engkau dari keadaan jahat yang menakutkan. Janganlah berputus asa dari Dia, bahkan apabila Dia melemparkan engkau dari ketaatan ke dalam pembangkangan. Karena engkau selalu berpikir bahwa kepatuhanmu ada dalam dirimu. Jangan berputus asa, tetapi kembali kepada Tuhan dengan segala kerendahan hati, karena Dia Maha Kuasa. Sungguh, Dia mampu untuk mengubah-ubah kepatuhan menjadi pembangkangan. Dia juga mampu untuk mengubah pembangkangan menjadi kepatuhan dan Dia akan memberi kalian pengampunan. Dia mampu menyediakan kalian jalan dan peralatan untuk berjuang dengan keras, sekali lagi demi Pengembangan Islam. Janganlah berputus asa, karena tidak ada yang berputus asa dari Kasih Sayang Tuhan, kecuali orang-orang kafir 
وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
"Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir"
(QS.Yusuf:87).

Tujuanku adalah membuatnya bisa memahami, memberinya sedekah, dan merendahkan diri sendiri di depan Tuhan. Karena dari keadaan paling terpuji dia bisa berubah ke keadaan yang paling hina, bagaimana pun dia mesti selalu berharap.

Tuhan mencipta dengan cara yang misterius. Sebuah benda barangkali terlihat baik jika dilihat dari luar, tetapi mungkin di dalamnya terdapat kejahatan. Jangan sampai seorang pun terperdaya oleh rasa bangga. Kebanggan yang selalu menganggap bahwa dia telah menyerap suatu gagasan yang baik atau pun telah melakukan amal baik. Apabila segala sesuatu adalah sebagaimana tampaknya, Nabi Muhammad tidak akan memperingatkan ummatnya dengan peringatan yang keras dengan sabdanya: "Tunjukkan kepadaku suatu hal sebagaimana adanya. Engkau membuat suatu hal menjadi tampak indah, padahal kenyataannya buruk; engkau membuat suatu hal tampak buruk, padahal di dalam kenyataannya indah. Maka tunjukkan kepada kami suatu hal sebagaimana adanya, kalau tidak kami akan jatuh ke dalam perangkap dan akan selamanya salah." Jadi, sejernih dan sebaik apa pun penilaianmu, betapa pun indah tampaknya, tidak akan lebih baik daripada penilaiannya, dia berbicara sebagaimana yang dia lakukan. Jangan selalu menyandarkan penilaian pada setiap pikiran dan pendapatmu, tetapi berendah hatilah dirimu di depan Tuhan dan takutlah kepada-Nya.

Demikianlah tujuanku berbicara seperti itu kepada Parwana. Meski demikian, dia menerapkan ayat dan penafsiran ini dengan caranya sendiri. Dia berkata: "Pada saat ini, apabila kita hendak menggerakkan pasukan, janganlah menyandarkan kekuatan hanya kepada mereka. Bahkan apabila terkalahkan, kita mesti tidak berputus asa untu tetap mengharapkan rahmat Tuhan. Kita tetap mengharapkan kasih-Nya di saat kita diliputi ketakutan dan keetidak-berdayaan." Dia menerapkan kata-kataku untuk tujuannya sendiri, sedangkan tujuanku telah aku jelaskan di atas.
Kamis, 19 Maret 2020 0 komentar

Terjemahan Fihi Ma Fihi

بسم الله الرّحمن الرّحيم



  1. Prolog
  2. Tuhan Bekerja Dengan Cara Yang Misterius
  3. Kata-Kata Hanyalah Bayangan Realitas
  4. Matilah Sebelum Engkau Mati Dan Jadilah Cahaya Tuhan
  5. Tubuh Yang Fana Jiwa Yang Abadi
 
;