Senin, 23 Maret 2020 0 komentar

Do'a Taubat (2)

بسم الله الرّحمن الرّحيم



اللهم إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيْرًا، وَلَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ. فَاغْفِرْلِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ، وَارْحَمْنِي إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ اللهم اغْفِرْلِي خَطِيئَتِي وَجَهْلِي وَإِسْرَافِي فِي أَمْرِي وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي اللهم اغْفِرْلِي جِدِّي وَهَزْلِي وَخَطَئِي وَعَمْدِي وَكُلُّ ذَلِكَ عِنْدِي اللهم اغْفِرْلِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَاأَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّبي أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

0 komentar

Tubuh Yang Fana Jiwa Yang Abadi

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Seseorang berkata : "Ada sesuatu yang telah aku lupakan."

Ada satu hal di dunia ini yang tidak boleh di lupakan. Engkau boleh melupakan apa pun, kecuali satu hal. Apabila mengingat semua hal lain tetapi melupakan satu hal itu, engkau tidak akan dapat menyelesaikan apa pun. Itu seperti seorang raja yang mengirim engkau ke kampung dengan tujuan tertentu. Engkau pergi dan melakukan ratusan tugas lain. Apabila menolak menyelesaikan tugas utama yang untuk itu engkau di kirim, berarti engkau tidak melakukan apa pun. Kami menawarkan amanat kepada surga, bumi dan gunung, mereka semua menolak menjalankannya, dan takut kepada tawaran itu. Tetapi manusia berani menjalankannya. Sungguh dia tidak adil kepada dirinya sendiri, dan bodoh

إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا
"Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,"
(QS. Al-Ahzab:72).

"Kami menawarkan amanat kepada surga dan mereka tidak mampu menerimanya." Pertimbangkan betapa besar kejutan pikiran dan perbuatan yang mereka lakukan : Mereka mengubah bebatuan jadi rubi dan zamrut. Mereka mengubah pegunungan menjadi tambang emas dan perak Menyebabkan tanaman di bumi berkembang dan seterusnya. Mereka memberi kehidupan. Dan mereka menciptakan taman surgawi. Bumi pun menerima biji-bijian dan kemudian memberikan buah-buahan dan biji-bijian yang di tanam. Pegunungan pun menghasilkan berbagai mineral. Segalanya dilakukan. Tetapi satu hal itu tidak mampu mereka lakukan. Hanya manusia yang mampu melakukannya. Dan kami telah memluliakan anak-anak Adam

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا
"Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan."
(QS. Al-Isra':70).

Tuhan tidak berkata, "Kami telah memuliakan surga dan bumi." Maka sudah menjadi kewajiban manusia untuk melakukan apa yang tidak mampu dilakukan surga, bumi dan gunung. Apabila manusia menyelesaikan tugasnya, ketidak-adilan dan kebodohan yang menjadi sifat manusia akan sirna. Engkau boleh meragukan dan menyatakan, bahwa sekalipun tidak menyelesaikan tugas itu, engkau telah melakukan banyak perbuatan lain. Tetapi aku katakan kepadamu bahwa manusia tidak diciptakan untuk pekerjaan lain. Itu bagaikan engkau menggunakan pisau baja Indian yang bernilai dari barang yang engkau temukan di dalam harta karun raja, sebagai parang untuk memecah daging busuk. Engkau kemudian membenarkan perbuatanmu dengan berkata : "Aku tidak dapat membirkan pisau ini menganggur. Aku menggunakannya untuk sesuatu yang baik." Bagaikan engkau menggunakan mangkok emas untuk memasak lobak. Satu pecahan dari mangkok itu mampu dibelikan seratus periuk. Seperti engkau menggunakan belati tersepuh permata untuk tempat menggantung labu pecah agar tetap bertahan dan berkata : "Aku menggunakan belati ini untuk menggantungkan labu itu. Aku tidak bisa membiarkan belati ini menganggur." Tidakkah itu keduanya menyedihkan dan menggelikan? Apabila labu mampu dengan baik dilayani oleh pasak kayu atau paku besi yang bernilai uang recehan, mengapa harus menggunakan belati yang berharga ratusan dinar untuk maksud seperti itu?" Tuhan telah menetapkan harga yang tinggi kepadamu, sebagaimana Dia telah berfirman : "Sungguh Tuhan telah membeli dari orang yang beriman jiwa mereka, dan harta benda mereka, serta menjajikan bagi mereka kenikmatan surga

إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَىٰ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ ۚ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ ۖ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ ۚ وَمَنْ أَوْفَىٰ بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ ۚ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ ۚ وَذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar."
(QS. At-Taubah:111)

Engkau akan melampaui dunia ini dan hari kemudian dengan suatu nilai.

Apa yang mesti aku lakukan jika engkau tidak mengetahui nilaimu sendiri?

Janganlah menjual dirimu dengan harga murah, karena engkau sangat berharga.

Tuhan berfirman : "Aku telah membeli kalian setiap nafas yang engkau hirup, inti dirimu dan rentang kehidupannya. apabila mereka membelanjakan kepada-Ku dan memberikan kepada-Ku, harganya adalah surga abadi. Inilah yang layak kepada-Ku. Apabila engkau menjual dirimu kepada neraka, engkau berbuat tidak adil pada dirimu, seperti manusia yang menusukkan pisau berharga ribuan dinar pada dinding dan menggantungkan periuk atau labu di atas pisau itu."

Engkau menggunakan dalih menyibukkan diri dengan ratusan amal terpuji. Engkau berkata : "Aku telah mempelajari Fiqih, hikmah, logika (mantik), astronomi, kesehatan, dan seterusnya." Semua itu untuk dirimu sendiri. Engkau mempelajari Fiqih hingga tidak seorang pun mampu merenggut setangkup rotimu, atau merobek pakaianmu, atau membunuh dirimu. Ini semua agar engkau hidup sehat walafiat. Apa-apa yag engkau pelajari mengenai astronomi, seperti bentuk bidang langit dan pengaruhnya terhadap bumi, gaya berat atau kesembarangan keamanan dan ketakutan, semua itu berhubungan dengan keadaan dirimu. Semua itu untuk dirimu sendiri. Di dalam astrologi, tanda keberuntungan dan ketidak- beruntungan berhubungan dengan pengawasan diri. Itu masih untuk dirimu, pada akhirnya.

Apabila merenungkan masalah itu, akan tersadari bahwa engkau adalah "Substansi" dan segala hal itu adalah bawahan terhadapmu. Sekarang, apabila segala yang berada di bawahmu memiliki demikian banyak cabang keajabiban, pertimbangkan dirimu yang merupakan "Substansi" , mesti menjadi apa! Apabila bawahanmu memiliki "titik puncak" dan "titik nadir" tanda keberuntungan dan tanda ketidak-beruntungan, pertimbangkan "titik puncak" dan "titik nadir" apa yang mesti engkau miliki. Hingga engkau menyadari bahwa ruh seperti itu harus memiliki sifat ini, mampu terhadap hal ini, dan sesuai dengan pekerjaan seperti itu.

Di samping makanan yang dimakan untuk mempertahankan dirimu secara fisikal, adalagi makanan lain yang engkau butuhkan. Seperti dikatakan Rasul Muhammad : "Aku menghabiskan malam dengan Tuhanku, dan Dia memberiku makan dan memberiku minuman." Di dunia ini engkau telah melupakan makanan lain itu dan menyibukkan dirimu dengan makanan dari dunia ini. Siang dan malam engkau menyediakan makanan untuk tubuhmu. Sekarang tubuh ini adalah kudamu, dan dunia ini pelayannya. Makanan kuda tidak sesuai untuk pengendaranya; Seekor kuda mempertahankan dirinya menurut kelazimannya sendiri. Karena engkau telah diliputi sifat kebinatangan dan kehewanan, engkau tetap di atas pelana dengan kuda dan tidak memiliki tempat di antara jajaran para
raja dan pangeran dari dunia tempat hatimu berada. Karena tubuh menguasaimu, engkau mesti mematuhi perintah tubuhmu. Engkau tawanan bagi tubuhmu. Seperti Majnun ketika dia memutuskan berangkat ke negeri Layla. Ketika dia masih dalam keadaan sadar, dia mengendarai unta pada jalan yang benar. Tetapi sekali terserap ke dalam Layla, dia melupakan dirinya dan hasrat untanya berada di belakangnya. Unta yang memiliki anak yang ditinggalkan di desa, suatu ketika berjalan ke arah desa. Ketika Majnun sadar, dia tahu bahwa dirinya pergi menuju jalan yang salah selama dua hari. Kemudian dia terus mondar-mandir selama tiga bulan, ketika pada akhirnya dia menangis, "Unta ini adalah kutukan bagiku!" Demikianlah diceritakan, dia meloncat dari unta dan membiarkan dirinya berangkat sendirian.

Hasrat untaku berada di belakangku;
Sedangkan hasrat diriku sendiri berada di depan; 
Sungguh dia dan aku amatlah bertentangan.

Seseorang datang kepada Sayyid Burhanuddin Muhaqqiq dan berkata : "Aku telah mendengar pujian mengenai dirimu dari orang tertentu."

"Biarkan aku tahu," Sayyid menjawab, "orang seperti apa dirinya. Apakah dia telah mencapai derajat sedemikian rupa hingga mampu mengetahui dan memujiku. Apabila dia mengetahui aku atas apa yang telah aku katakan, sesungguhnya dia tidak mengetahuiku karena perkataan tidaklah tetap (sementara), bebunyian sementara, bibir dan mulut pun sementara. Semua itu kebetulan. Apabila dia mengetahui atas apa yang aku lakukan, kejadiannya akan sama saja. Meski demikian, jika dia mengetahui inti diriku, dan kemudian aku tahu bahwa dia mampu memujiku, maka pujian tersebut memang menjadi hakku."

Ini seperti cerita yang mereka ceritakan tentang seorang raja yang mempercayakan putranya kepada sekelompok manusia terlatih. Si anak tetap bertahan hingga mereka telah mengajarinya seluruh ilmu astronomi, geometri, dan ilmu pengetahuan lain, meskipun si anak sungguh-sungguh bodoh dan bebal. Suatu hari raja mengambil dan menggenggam cincin dalam kepalan tangannya, untuk menguji anaknya. Raja berkata : "Ayo, katakan padaku benda yang aku genggam di dalam kepalanku!"

"Yang Engkau genggam." Anak itu menjawab," adalah benda bulat, kuning, dan memiliki lubang di tengahnya."

"Karena engkau mampu menjelaskannya dengan benar," kata raja," katakan padaku benda apa ini sebenarnya!"

"Itu tentu sebuah batu gerinda," jawab sang anak.

"Kamu telah memberikan ciri-cirinya demikian tepat dengan pikiran yang amat mengejutkan! Dengan seluruh pendidikan dan pengetahuan yang telah engkau peroleh, bagaimana mungkin keluar dari pikiranmu batu gerinda yang tidak dapat digenggam oleh sebelah tangan?"

Maka, seperti itulah sekarang orang terpelajar pada zaman kita, dengan ajaib memahami ilmu pengetahuan. Mereka telah sempurna belajar memahami seluruh hal asing yang bukan merupakan perhatian mereka. Yang benar-benar penting dan terkait dari semua hal tersebut adalah dirinya sendiri. Tetapi betapa orang-orang terpelajar tidak mengetahuinya. Mereka melulu menghabiskan waktunya pada penilaian kehalalan dan keharaman segala sesuatu, dan berkata : "Ini dihalalkan dan ini tidak," atau "Ini disyahkan hukum, dan ini tidak. Meski demikian, kebundaran, kekuningan, rancangan dan kebulatan dari cincin raja adalah kebetulan, karena apabila engkau melemparkannya ke dalam api tidak satu pun dari seluruh hal itu tersisa. Dia menjadi inti sarinya, terbebas dari semua ciri-ciri itu. Seluruh ilmu pengetahuan, amal, dan perkataan mereka letakkan di depan, semuanya tidak memiliki hubungan dengan intisari bendanya, yang akan tetap ada ketika seluruh sifat fisiknya sirna. Seperti halnya seluruh sifat dari yang mereka katakan dan mereka uraikan. Pada akhirnya mereka akan membuat penilaian bahwa sang raja memegang batu gerinda pada kepalan tangannya, karena mereka tidak mengatahui inti yang utama dari suatu benda.

Aku adalah burung, seekor Bulbul, atau seekor Nuri, karena suaraku telah ditetapkan dan tidak dapat membuat suara lain apa pun. Jika aku diminta untuk menghasilkan bunyi lain yang berbeda, aku tidak akan mampu. Sebaliknya, terhadap hal ini adalah contoh seseorang yang belajar meniru suara burung. Dia bukan burung sama sekali. Kenyatannya, dia adalah musuh burung, seorang pemburu, tetapi dia mampu membuat burung menyahut karena menganggap suara itu sebagai suara burung. Karena bunyi yang dia buat dikira-kira dan tidak pantas jadi miliknya, apabila diminta, dia mampu membuat bunyi berbeda. Dia mampu membuat sahutan berbeda karena dia telah belajar "mencuri barang orang dan menunjukkan kepadamu secarik linen lain dari setiap rumah."
0 komentar

Matilah Sebelum Engkau Mati Dan Jadilah Cahaya Tuhan

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Parwana mengirim pesan kepadaku yang berbunyi: "Siang dan malam, hati dan jiwaku selalu ingin melayanimu, tetapi aku masih tidak mampu mengunjungimu karena kesibukanku tercurah pada urusan dengan orang-orang Mongol."

Guru menjawab : "Apa-apa yang engkau lakukan, juga merupakan pekerjaan yang diridlai Tuhan. Apa yang engkau lakukan semuanya demi keamanan dan perlindungan Islam. Engkau sudah mengorbankan seluruhnya, fisik mau pun materi, untuk memberikan ketenangan bagi orang Islam. Ketenangan yangengkau ciptakan membuat kaum Muslim dapat menyibukkan diri mereka dalam ketaatan kepada Allah. Maka, itu pun merupakan amal baik. Tuhan telah membuatmu condong pada perbuatan baik seperti itu, dan kecenderunganmu itu adalah tanda dari kebaikan Tuhan. Sebaliknya, ketika engkau mengurangi hasratmu untuk berbuat baik seperti itu, berarti Tuhan menampakkan tanda-tanda ketidak-sukaan-Nya. Tuhan tidak ingin bila perbuatan-perbuatan baik semacam itu diganjar oleh seorang manusia walau pun orang itu memiliki kemakmuran dan ganjaran yang berlebih. Seperti kamar mandi hangat yang uapnya berasal dari tungku. Tuhan menyediakan peralatan untuk menguapkan, seperti jerami, nyala api kotoran hewan, dan lain-lain. Dilihat dari luar, barang-barang tersebut mungkin tampak kotor dan buruk, tetapi semuanya merupakan kebaikan Ilahi agar tujuan mereka dapat tercapai. Ketika bak mandi terupai oleh bahan-bahan tersebut, orang-orang akan memperoleh manfaat darinya."

Ketika sampai pada permasalahan itu, beberapa teman datang. Tetapi Guru meminta maaf pada mereka dan berkata : "Apabila aku tidak bangkit menyambut kalian atau berkata kepadamu menanyakan keadaan dirimu, berarti aku tidak menghargai kalian. Ukuran untuk menghargai sesuatu sangat berhubungan dengan kelayakan suatu peristiwa. Sungguh tidak tepat untuk menanyai keadaan ayah atau saudara seseorang atau menghormat pada mereka ketika kita sedang shalat. Tidak mengenali sahabat dan kerabat, ketika seseorang sedang beribadah adalah hakikat kesopanan dan penghormatan. Karena apabila orang tidak terputus dengan dirinya untuk sepenuhnya melakukan amal ibadah dan dia tidak dibingungkan oleh orang-orang dekatnya, mereka tidak akan mendapatkan ganjaran atau pun hukuman. Maka, ini merupakan hakikat perhatian dan kesopanan, karena setiap orang akan memperoleh perlindungan dari sebab yang akan mereka derita."

Seorang murid bertanya : "Apakah ada jalan untuk mendekati Tuhan selain Shalat?"

"Shalat akan lebih bisa mendekatkan seseorang dengan Tuhan. Bagaimana pun, wujud shalat tidak hanya dalam bentuk luarnya saja : Yakni hanya "Bungkus" shalat yang memiliki awal dan akhir. Apa pun yang memiliki awal dan akhir adalah "bungkus". Ucapan takbir pernyataan atas keagungan Tuhan, adalah permulaan shalat dan ucapan salam adalah akhirnya. Begitupula ada sesuatu yang lebih dari sekedar ucapan iman yang diucapkan lidah, karena ucapan itu pun memiliki awal dan akhir. Apa pun yang dapat diucapkan, memliki awal dan akhir adalah "Bentuk," "Bungkus," sedangkan "jiwanya" tidak dibatasi oleh isyarat-isyarat fisikan dan tidak terbatas, tanpa awal dan akhir. Shalat, sebagaimana yang kita ketahui dan kita lakukan saat ini adalah hasil rumusan para Nabi. Nabi Muhammad, yang telah merumuskan Shalat, pernah bersabda:
"Aku memiliki waktu dengan Tuhan. Dan selama waktu itu, tidak terdapat ruang, baik untuk nabi penanggung pesan atau pun malaikat yang berada di dekat Tuhan untuk berbagi denganku." Maka kita mengetahui bahwa "Jiwa" shalat tidak terletak pada bentuk luarnya saja. Melainkan juga merupakan keadaan dari keterserapan seorang manusia dan ketidak sadaran seluruhnya selama semua melakukan sesuatu bentuk luarnya, karena di sana tidak terdapat ruang sedikit pun. Bahkan bagi Jibril sekali pun.

...

Ada sebuah cerita mengenai maulana Bha'uddin. Suatu hari sahabatnya menemukan dia benar-benar terserap di dalam perenungan (fana). Ketika waktu Shalat tiba, beberapa pengikutnya berteriak kepada Maulana bahwa saat shalat telah tiba. Maulana tidak memberikan perhatian terhadap apa-apa yang mereka katakan. Mereka bangkit dan memulai shalat. Merski demikian, dua pengikut, tetap melayani gurunya dan tidak bangkit shalat. Salah satu pengikut yang tengah melakukan shalat, seorang lelaki bernama Khwayagi, melihat jernih dengan mata batinnya bahwa seluruh mereka yang sedang shalat, termasuk imam shalat, ternyata membelakangi kiblat, sedangkan mereka berdua yang tetap bersama menemani gurunya justru menghadap kiblat.

Sang guru telah melewati kesadaran ego dan memasuki kadaan kehilangan diri, terserap di dalam cahaya Tuhan. Dia telah mencapai makna perkataan Nabi : "Matilah sebelum engkau mati." Dia kemudian menjadi cahaya Tuhan. Dan siapa pun membalikkan punggungnya pada Cahaya Tuhan untuk memandang dinding, telah betul-betul mengarahkan punggungngya ke kiblat, karena cahaya adalah jiwa kiblat. Nabi telah menjadikan Ka'bah sebagai arah shalat untuk seluruh dunia. Tapi Dia, Tuhan Yang Maha Kuasa lebih layak untuk menjadi arah shalat, karena atas Nama-Nya maka Ka'bah menjadi Kiblat.

Nabi Muhammad suatu ketika pernah memperingatkan sahabatnya, Nabi bersabda : "Aku memanggilmu. Kenapa engkau tidak datang?"

"Karena aku sedang shalat."

"Bukankah aku yang memanggil kamu?"

"Aku tidak berdaya," sahabat itu menjawab.

Nabi Muhammad kemudian menjawab : "Memang baik bagimu, untuk mengetahui ketika dirimu jadi tidak berdaya di seluruh waktu, melihat dirimu sendiri tidak berdaya di saat kuat bahkan sebagaimana di waktu tak berdaya sama sekali. Arena, di atas kekuatanmu terdapat kekuatan lain yang lebih besar. Di segala waktu dan keadaan engkau tunduk kepada kehendak Tuhan. Dirimu tidaklah dua bagian yang pada suatu waktu terkendalikan dan pada waktu lain tidak. Jagalah kekuatan-Nya di dalam pandangan dan selalu menyadari bahwa dirimu tidak berdaya, dirimu tidak terkendali, tuna daya, jelek dan lemah. Jika harimau, singa dan buaya saja tidak berdaya dan gemetar di depan-Nya, bagaimana lagi manusia yang lemah? Surga, bumi dan segala isinya tidak berdaya dan dikuasai hukum- Nya; Dia adalah raja Yang Maha Kuat. Cahaya-Nya tidaklah seperti cahaya matahari dan bulan, meskipun keberadaan benda itu tetaplah sebagaimana adanya. Tidak. Apabila cahaya-Nya bersinar tanpa disaring, surga atau pun bumi tak akan dapat bertahan, tidak pula matahari atau bulan, tidak seorang pun akan tersisa.

Seorang raja suatu ketika berkata kepada darwis, "Saat engkau menikmati keagungan dan kedekatan pada Istana Tuhan, beritahulah aku."

"Apabila aku telah sampai pada Kehadiran-Nya," kata sang darwis, "dan aku mengungkapkan sinar dari Matahari Keindahan itu, aku tidak akan mampu untuk memberitahu kepada diriku, apalagi kepadamu."

Meski demikian, apabila Tuhan telah memilih satu pelayan-Nya dan menyebabkannya terserap ke dalam Diri-Nya, apabila setiap orang mesti berebut memegang pakaian-Nya dan membuat permintaan kepada Tuhan, Tuhan akan mengabulkan permintaan yang paling dekat dengan-Nya walau pun dia tidak mengatakan permintaannya.

Ada sebuah cerita tentang seorang raja yang memiliki warga yang dia kasihi dengan penghargaan amat tinggi. Ketika orang itu berencana berangkat ke istana raja, orang-orang yang memiliki permintaan akan memberikan surat untuk diberikan kepada raja, dan dia meletakkan surat itu di dalam kantung. Ketika tiba di hadapan raja dan cahaya keindahan raja bersinar kepadanya, dia akan jatuh tak sadarkan diri pada kaki bagindanya. Raja akan meletakkan tangannya dengan penuh kasih ke dalam kantung pria itu, dan berkata : "Apakah ini, warga negaraku, siapa yang telah terserap ke dalam keindahan diriku?" Dia akan menarik surat itu kemudian mencatat persetujuan pada belakangnya lalu mengganti semua surat-surat dalam kantung itu. Kemudian, tanpa kehadiran orang-orang yang meminta, seluruh permintaan dikabulkan. Tidak satu pun yang ditolak. Kenyataannya, pemohon diberi lebih daripada yang mereka minta. Meski demikian, lebih dari ratusan permintaan dibuat warga lain yang tetap sadar dan mampu menghadirkan permohonan kepada raja atas nama orang lain, hanya sedikit yang dikabulkan.
 
;