Kamis, 23 Juli 2020 0 komentar

2 Dzulhijah 1441 H (23 Juli 2020)

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Imam Harits Al-Muhasibi: Tanda kewaspadaan yang paling nyata adalah rasa sedih dan duka, serta persiapan yang baik, untuk kesedihan dan kedukaan itu. Sedangkan tanda-tanda kelelahan yang paling nyata adalah, sikap riang dan angkuh karena keduanya melupakan dan melalaikan kewaspadaan. Meninggalkan kewaspadaan berarti meninggalkan persiapan untuk sesuatu setelah kematian.

Imam Syafi'i : Tanda-tanda sahabat yang sejati ialah, ia menjadi sahabat dari orang yang bersahabat dengan sahabatnya.

Kewaspadaan itu adalah bentuk wara', tetapi karena sedikitnya pengetahuan banyak manusia terjerumus dan menjadi tidak hati-hati dalam perilakunya, dan kewaspadaan itu letaknya keselamatan, maka diawali dengan niat kemudian diteruskan dengan niat.

Orang yang tidak waspada itu termasuk orang yang ujub, dan orang yang seperti itu diakhirkan dengan putus asa.

Untuk menghilangkan sifat-sifat ujub itu dikisahkan tentang Umar bin Abdul Aziz, ketika Beliau hendak berkhutbah selalu ada jeda dalam bicaranya, dan setiap menulis kadang disobeknya kertas itu, lalu beliau juga berdoa Allahumma ini audzubikan min syarri nafsi.

Sayyidina Umar bin Khattab: Sesungguhnya kesempurnaan taubatmu itu apabila kamu selalu ingat akan dosa-dosamu, dan kesempurnaan amalmu harus menghindarkan dari sifat ujub, dan kesempurnaan sifatmu adalah dengan menyadari kekurangan yang ada pada diri sendiri.

Dalam riwayat Wahab bin Munabih: Dahulu kala ada seorang yang beribadah selama 70 tahun, berbuka hanya setiap hari sabtu, kemudian berhajat kepada Allah SWT tetapi tidak dikabulkan oleh Allah SWT, maka dia menyesali dirinya sendiri, lalu malaikat turun berbicara "Dengan sifat rendah hatimu barusan itu lebih baik dari ibadahmu selama 70 tahun".

Sesungguhnya saat kamu berbuat baik adalah saat kamu menyadari bahwa dirimu merasa belum berbuat baik, dan saat kamu berbuat buruk adalah saat kamu menyadari bahwa kamu telah berbuat amal kebaikan.

Barangsiapa yang memiliki takdir Muallaq hendaknya dia menjadi orang yang taat sehingga Allah SWT merubahnya kepada kebaikan, dan takdir Muallaq itu akan menuju takdir Azalli.

Orang yang munafik adalah orang yang tidak memiliki bekal mati. Dan dia merasa aman dengan segala amalnya dan merasa diterima.

Tidak akan kamu dapat mempelajari ilmu mengenal Allah SWT apabila kamu tidak di ridhoi oleh Alllah SWT, sedikit saja dunia singgah kedalam hatimu maka lenyaplah apa yang hendak menjadi cita-citamu. Maka taatlah untuk mencari ridho Allah lalu ditambahkan mendapatkan do'a dari mursyid-mursyidmu yang mendoakan dirimu.

Barangsiapa yang tidak membulatkan tekad untuk menuju akhirat maka dia akan menghadapi 4 macam kebinasaan:

  1. Mengalami kematian dengan kelaparan
  2. Menghadapi kematian dengan marah yaitu melawan setan
  3. Menghadapi kematian dengan penuh hitam atau gelap yaitu dengan kehinaan dari orang. / Tidak ada satupun yang mendatangi mayit itu karena semua dalam kebenciannya.
  4. Menghadapi dengan mati hijau (pucat) terkena musibah terus menerus.
Barangsiapa yang ingin menjadi orang yang kuat, hendaklah bertawaqqal kepada Allah SWT, dan barangsiapa yang ingin menjadi orang mulia hendaknya dia bertawaqqal kepada Allah SWT, barangsiapa yang ingin kaya maka hendaknya mempercayakan kekuasaan Allah SWT daripada kekuasaannya.

Riwayat dari Hatim Al-Ashom ketika berada di tengah padang pasir tanpa bekal, namun dia tetap mampu bertahan hidup:
  1. Aku meyakini dunia beserta isinya dibawah kekuasaan Allah SWT
  2. Aku meyakini bahwa seluruh mahluk adalah hamba Allah SWT
  3. Aku meyakini urusan rejeki itu dibawah kekuasaan Allah SWT
  4. Aku meyakini apa yang dikehendaki Allah SWT pasti terjadi karena Allah SWT Dialah penguasa dan pemilik Alam ini.
Qs. Ar-Rum; 40

Allah SWT akan melaknat orang yang tidak percaya akan jaminan urusan rejeki dariNya.

Walaupun ibadahmu sebanyak penduduk langit sekalipun tidak akan sampai ibadahmu kepada Allah SWT selama kamu tidak mempercayai akan jaminan dari Allah SWT.

Barangsiapa yang lemah hatinya nasehat tidak akan manfaat kepada dirinya, karena hatinya penuh dengan ragu-ragu akan jaminan Allah SWT.

Barangsiapa yang tidak rela atas ketetapanku, tidak bersabar atas musibah yang menimpa, dan bersyukur atas nikmat yang diberi, maka hendaknya dia mencari Tuhan selain Allah SWT.

Apabila Allah SWT mencintai suatu kaum dia akan menguji dan memberikan cobaan kepada mereka.

Taatlah kepada Allah SWT niscaya Allah SWT akan meneguhkan kamu, dan perangilah musuh Allah SWT niscaya Allah SWT akan membantumu, dan percayalah akan janji Allah SWT niscaya dialah yang akan mendatangkan kepadamu.

Andaikan ahli ilmu itu menjaga kehormatan ilmu dengan memberikan yang berhak, niscaya dia akan mulia di masanya, tapi sayang mereka memberikan ilmu kepada ahli dunia untuk mendapatkan dunia maka hinalah mereka.

Barangsiapa yang membulatkan pikirannya dan perhatiannya kepada satu titik ke fokus pada akhirat semata, maka Allah SWT akan mencukupi semua kepentingan dunianya, dan barangsiapa yang sibuk dengan urusan dunianya maka Allah SWT tidak akan hiraukan dan kelak akan disiksa di lembah yang paling dalam di neraka. 

Sendi yang dapat menegakkan islam itu ada 4:
  1. Yakin sebelum beramal
  2. Adil dalam keputusan
  3. Sabar dalam ujian dan ketaatan
  4. Jihad melawan hawa nafsu.
Maka mengertilah yakin itu ada dua macam, beramal lah kepada Allah SWT dengan ikhlas dan tidak mengharapkan satu kepentingan dunia atau pujian mahluk, lalu yakinlah dan merasa tenang atas apa yang telah dijanjikan Allah SWT yaitu mengenai soal rejeki.

Adil itu ada dua macam, apabila merasa memiliki kewajiban hendaknya segera dilaksanakan sebelum dirimu dituntut, dan apabila merasa memiliki hak hendaknya menuntut dengan cara yang lunak dan baik.

Sabar itu ada dua, sabar menunaikan kewajiban dan sabar dalam menahan diri dari apa yang dilarang oleh Allah SWT.

Jihad itu ada yaitu jangan melupakan musuhmu yaitu syaiton musuh yang nyata, janganlah kamu lengah terhadapnya karena dia ibarat seperti serigala ditengah anak kambing, dan yang kedua urusan anak adam itu selalu urusan dengan harta, maka sederhanakanlah urusanmu terhadapnya agar kamu tidak tertipu olehnya.

Hatim Al-Ashom: 6 Kalimat yang apabila diamalkan kamu akan selamat dari dunia ini yaitu:
  1. Aq memandang dan berpedoman dengan Qs Hud :6 dan aku merasa aku adalah binatang yang melata dibumi ini, dan pasti akan sampai kepadaku, gajah yang besar dan semut yang kecil semuanya mendapatkannya apalagi aku
  2. Al-Hujurat:10 maka saya pandang semua orang itu saudaraku, sehingga aku berkasih sayang kepada mereka, lalu aku menyadari bahwa permusuhan itu karena hati yang hasud, maka aku keluarkan penyakit hasud itu sehingga apa yang menjadi sakit saudaraku aku menjadi sakit, dan apa yang mereka senang aku jadi senang.
  3. Setiap manusia itu punya kekasih, dan setiap kekasih itu harusnya membuktikannya, yaitu aku membuktikannya dengan taat kepada Allah SWT yang kelak akan menemaniku di alam kubur.
  4. Aku melihat manusia itu setiap apa yang dicintainya itu pasti dibawa mati, maka aku menjadikan hatiku cinta kepada Allah SWT dan Rasulnya sehingga apa yang kubawa mati kelak akan mampu menyelamatkanku.
  5. Aku melihat manusia seakan-akan mengatakan Allah SWT akan menjanjikan sesuatu yang akan datang kepadanya, namun aku banyak melihat mereka tergantung pada manusia, maka aku tinggalkan apa yang menjadi harapan manusia dan kuatkan harapan kepada Allah SWT yang tidak pernah mengingkari janji.
  6. Aku melihat banyak kematian dan mereka semua tertipu dan kelak akan binasa dan membawa amalnya untuk dipertanggung jawabkan, maka aku selalu menghisab apa yang menjadi amalku sehingga kelak ringan saat aku membawanya didalam kubur menghadap kepada Allah SWT.
Tanda riya' yang pertama adalah kerelaan terhadap ketidak tahuan tentang kejujuran niat dalam amal-amalnya. Sedangkan tanda kejujuran yang pertama adalah perhatian terhadap pengetahuan mengenai kejujuran niat, dan keikhlasan beramal.

Setiap amal yang pelakunya tidak awas terhadapnya, tidak pernah mengujinya, tidak pernah melakukan tes terhadapnya dan tidak pernah memeriksanya adalah amal yang masih samar. Sesuatu yang samar tidak akan pernah jelas hakikatnya, kecuali ketika di uji.

Amalan itu terbagi menjadi dua bentuk, bentuk yang pertama adalah bentuk rahasia, yang kedua adalah bentuk yang nyata. Siapa yang tidak mampu memperbaiki amalnya yang rahasia, maka ia akan lebih tidak mampu memperbaiki amal yang nyata. Siapa yang kuat memperbaiki amalnya yang nyata, berarti ia telah lebih lihai dalam memperbaiki amal yang rahasia.


 
;