Jumat, 14 Februari 2020 0 komentar

20 Jumadil Akhir 1441 H / 14 Februari 2020

بسم الله الرّحمن الرّحيم

  1. Diam itu adalah ibadah tanpa jerih payah, dan perhiasan tanpa emas dan permata, membuat pelakunya mendapatkan kewibawaan tanpa keuasaan, dan dia menjadi benteng tanpa pagar. Diam adalah kekayaan tanpa harta, sebuah kemuliaan tanpa merendahkan, dan dai memberikan istirahat malaikat pencatat (13:28 WIB)
  2. Hendaknya manusia itu berkata yang manfaat / mengandung hikmah, apabila tidak bisa maka hendaknya diam. (13:30 WIB)
  3. Manusia lebih baik diam, andaikan dia banyak bicara hendaknya banyak mengandung nasehat dan amal-amal sholeh. (13:31 WIB)
  4. Banyak bicara itu mengeraskan hati, dan banyak unsur kebohongan didalamnya. (13:32 WIB)
  5. Bicaralah sesuatu itu sesuai dengan apa yang telah dianjurkan oleh Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW. Karena sesuatu perbuatan tanpa dilandasi keduanya pasti akan mengandung dosa dan keburukan. (13:34 WIB)
  6. Sesungguhnya orang yang banyak bicara itu dekat dengan neraka, karena banyak penduduk neraka itu masuk disebabkan lisannya yang tidak terjaga. (13:35 WIB)
  7. Sesungguhnya seorang tamu yang masuk kedalam rumahmu itu oleh Allah akan dimasukkan juga seribu berkah, dan ketika dia pulang, maka seribu dosamu juga ikut keluar. Apabila tamunya adalah seorang yang dhalim maka dia akan membawa kedhalimanmu sehingga kamu di ampuni, tetapi apabila sesama mukmin maka akan ditambahkan keimanan keduanya. (13:47 WIB)
  8. Hendaknya sering-seringlah kamu menerima tamu, niscaya keberkahan dan ampunan akan selalu meliputimu, dan hendaknya menyediakan hidangan untuk tamunya, walaupun itu hanya segelas air. (13:52 WIB)
  9. Tidak disebut murid yang tidak mengikuti wirid-wirid dari Gurunya. Dan mengikuti amalan apa yang telah diajarkan. (13:56 WIB)
  10. Belajarlah kamu atas apa yang tidak kamu ketahui, dan janganlah kamu merasa memahami sesuatu padahal kamu tidak memahaminya. (13:59 WIB)
  11. Banyak manusia yang gugur amalnya karena hal yang sepele, bisa jadi amal yang banyak gugur hanya perkara wudhunya yang tidak sempurna. (14:02 WIB)
  12. Syukur itu merupakan derajat yang mulia dan pangkat yang tinggi. (14:01 WIB)
  13. Barangsiapa yang banyak berlama-lama dalam urusan dunia, niscaya dia kelak akan berlama-lama berada dalam kesakitan. (14:04 WIB)
  14. Orang yang kurang bersyukur itu matinya pasti akan buruk / su'ul khotimah, karena Tuhannya dia adalah hawa nafsu. (14:06 WIB)
  15. Tidak disebut orang yang ahli dunia, orang yang sibuk dengan dunia tetapi tahu caranya menyeimbangkan akhiratnya. (14:06 WIB)
  16. Barangsiapa yang mencari dunia tetapi tidak mau mengimbanginya dengan akhirat, seperti halnya memotong hartanya untuk akhiratnya. (14:07 WIB)
  17. Sesungguhnya Allah menganjurkan manusia untuk mengeluarkan harta yang dimilikinya sebagai penebus waktu yang banyak digunakan mencari dunia. Dan barangsiapa yang tidak mau mengeluarkan hartanya, tentu kelak yang akan dikeluarkan akan lebih besar dan dalam kesakitan. (14:09 WIB)
  18. Sungguh orang yang beruntung selalu membersihkan dirinya dengan banyak berdzikir kepada Allah SWT sebagai bagian dari mencuci batinnya, dan mengeluarkan zakat sebagai pembersih dari harta yang dimilikinya. (14:11 WIB)
  19. Sesungguhnya manusia itu pada umumnya apabila ditambahkan hartanya bukan malah banyak mengeluarkan justru dia akan semakin pelit dalam memberi. Itulah tanda-tanda dia telah masuk dalam tipuan iblis. (14:12 WIB)
  20. Semakin banyak orang yang meminta kepadamu, maka akan semakin banyak Allah SWT akan memberimu. (14:13 WIB)
  21. Janganlah kamu menunda kebaikan, karena sama saja kamu memundurkan segala urusanmu dengan Tuhanmu, dan termasuk orang yang khianat dengan Allah. Maka akan dihamburkan segala urusannya. (14:14 WIB)
  22. Orang yang pemurah itu diberikan dua kekayaan, yaitu kayanya hati dan kayanya harta. Dan orang yang bakhil juga siksanya dua, siksa hati dan siksa dunianya. (14:15 WIB)
  23. Mudahkanlah segala urusan orang lain, niscaya kamu akan dimudahkan juga urusanmu oleh Allah SWT. (14:16 WIB)
  24. Orang yang selalu menginginkan harta dan dunia itu pasti rendah, karena harta dan dunia itu Allah jadikan rendah dan hina, maka kamu akan menjadi apa yang kamu tuju. (14:23 WIB)
  25. Barangsiapa yang cita-citanya adalah dunia maka akan diakhirkan bangkrut, dan barangsiapa yang dunia ini menjadi sarana maka akan selamat. (14:26 WIB)
  26. Tuntutlah ilmu agar saat kamu memiliki harta ilmu yang akan menjaganya, tetapi apabila kamu mencari harta tanpa memiliki ilmu maka kamu akan yang menjaga hartamu, niscaya kamu akan lelah dan diterkam oleh dunia itu sendiri. (14:27 WIB)
  27. Sesungguhnya orang yang cinta dunia itu ibarat dia sedang menuju kawanan singa, terbuang waktunya dalam perjalanan, masa tuanya dia bersembunyi dari kawanan singa diatas pohon yang ada ditepi jurang yang sedang digerogoti tinggal menunggu lapuk dan jatuh menuju kematian. (14:32 WIB)
  28. Urusilah duniamu dengan syariat muamalah, dan kejarlah urusan akhiratmu dengan hakikat menyembah kepada Tuhanmu, niscaya dunia dan akhiratmu tidak akan terganggu satu sama lain. (14:34 WIB)
  29. Perbaikilah urusan akhiratmu niscaya Allah akan memperbaiki urusan duniamu, tetapi apabila manusia sibuk memperbaiki urusan dunianya, maka urusan dunia tidak akan selesai urusan dengan Tuhannya terlupakan, rugilah keduanya. (14:35 WIB)
  30. Mengamalkan apa saja tanpa memiliki ilmu itu pasti akan tersesat, dan ilmu itu adalah pedoman, tetapi manusia tidak menggunakannya, malas mencarinya, tidak mau bersusah payah dalam menempuhnya. (14:39 WIB)
  31. Sesungguhnya untuk meraih cita-cita itu harus dengan sabar, karena menempuhnya tidak mudah dan membutuhkan waktu yang sangat panjang. (14:40 WIB)
  32. Ada 3 pangkal dosa;
    1. kesombongan yang bermula dari kesombongan iblis manakala diperintahkan oleh Allah SWT untuk sujud kepada Nabi Adam as. sehingga jadilah dia terkutuk.
    2. kerakusan yang bermula dari Nabi Adam as. manakala diperbolehkan baginya untuk menikmati segala buah yang ada di surga kecuali buah kuldi, tapi karena rakus iapun melanggarnya dan dikeluarkan dari surga. 
    3. kedengkian yang dimulai dari qobil kepada habil, sehingga ia rela membunuh saudaranya sendiri. (14:43 WIB)
  33. Kerakusan anak Adam era sekarang adalah bagaimana dia terjerumus dalam urusan riba, dengan banyak alasan. Sesungguhnya dia termasuk orang yang tidak bersyukur dan bersabar maka terjerumus dalam kesesatan. (14:44 WIB)
  34. Nasib yang buruk itu dirubah dengan akal, takdir yang buruk dirubah dengan doa. Maka rubahlah nasibmu dengan akalmu, rubahlah takdirmu dengan doa. (14:56 WIB)
  35. Orang yang tidak sungguh-sungguh dalam merubah nasib dan takdirnya dan mengatakan pasrah, sesungguhnya dia termasuk orang yang putus asa, orang yang putus asa itu dibenci oleh Allah SWT. Dan tidaklah disebut pasrah tanpa melakukan ikhtiar. (14:58 WIB)
  36. Sesungguhnya orang yang selalu menggantungkan kepada orang lain, dia termasuk orang yang mati akalnya. (14:59 WIB)
  37. Manusia itu ada 3 macam, yaitu kurang akal, setengah akal, dan berakal. Orang yang kurang akal itu selalu memburu urusan duniawi, sedangkan orang yang setengah akal adalah orang yang bekerja untuk membeli akhiratnya, dan orang yang berakal adalah yang mempersiapkan akhiratnya sebagai bekal kelak di akhirat. (15:01 WIB)
  38. Barangsiapa selama dalam urusannya karena Allah SWT dan Rasulullah maka janganlah takut akan perihal urusan rejeki. (15:01 WIB)
  39. Ilmu yang tidak disampaikan dan tidak menjadi manfaat adalah bentuk hukuman dari Allah SWT bagi penuntut ilmu yang gagal. (15:02 WIB)
  40. Orang celaka adalah orang yang merasa puas dan cukup dengan amalnya. (15:21 WIB)
  41. Jagalah urusan makananmu, ketahuilah asal-usulnya walaupun sifatnya halal, tetapi apabila didapatkan dari cara yang haram maka akan menjadi haram. Dan akan tertolak doanya selama 40 hari. (15:28 WIB)
  42. Disebut orang yang keramat adalah orang yang doanya mudah terkabul, dan terkabulnya doa itu disebabkan oleh makanan-makanan yang halal. (15:50 WIB)
  43. Sesungguhnya bentuk sedekah itu tidaklah selalu dalam bentuk uang, tetapi saling mendoakan juga termasuk sedekah. Maka apabila kamu tidak memiliki harta dan hendak sedekah maka bacalah tasbih yang keutamaannya melebihi dari 2 gunung emas. (15:55 WIB)
  44. Kedudukan orang yang sedekah itu lebih tinggi dari orang yang berdoa. Karena sedeka itu sifat Allah, dan doa adalah sifat hamba. (15:59 WIB)
  45. Sesungguhnya orang yang bertakwa adalah orang yang mampu mendekat kepada Waliyullah. (16:06 WIB)
0 komentar

Manaqib KH. Abdul Qodir bin Muhammad Hasan Al-Banjari / Guru Tuha

بسم الله الرّحمن الرّحيم


KH Abdul Qodir bin Muhammad Hasan Al-Banjari / Guru Tuha

KH. ABDUL QODIR BIN MUHAMMAD HASAN AL-BANJARI / GURU TUHA". (Beliau lahir di Tunggul Irang Martapura pada Tahun1891, dan beliau wafat pada hari Sabtu 19 Juni 1978) beliau adalah pimpinan Pondok Pesantren Darussalam Martapura periode keempat (Tahun 1940 s/d 1959)

Beliau dikenal sebagai sesepuh di Pondok Pesantren Darussalam dan seringkali dipanggil dengan sebutan Guru Tuha. Beliau adalah orang yang menjadi tangan kanan waktu itu oleh KH. Muhammad Kasyful Anwar saat menjabat sebagai pimpinan Pondok Pesantren Darussalam tahun 1922 s/d 1940 dan kemudian menggantikan sebagai pimpinan setelah KH. Muhammad Kasyful Anwar wafat dari tahun 1940 s/d 1959.

PENDIDIKAN BELIAU
Beliau mengaji di Martapura diantaranya adalah dengan KH. Abdur Rahman (Guru Adu) Tunggul Irang, dan KH. Muhammad Kasyful Anwar. Beliau juga mengaji keluar daerah, seperti di Pulau Madura dengan KH.Kholil Bangkalan, dan di Pulau Jawa dengan KH. Hasyim Asy'ari Tebuireng Jombang, dan sempat pula belajar di kota Makkah Al Mukarromah.

SEBAGIAN DARI RIWAYAT HIDUP BELIAU
KH. Abdul Qodir Hasan termasuk murid yang paling disayangi oleh KH. Hasyim Asy'ari dan dipercaya untuk mendirikan cabang NU pertama di luar Pulau Jawa yakni di Kota Martapura, setelah mengikuti Muktamar Nahdlatul Ulama pertama tanggal 21 Oktober di Surabaya. Dari kota Martapura inilah beliau mendirikan dan melantik cabang-cabang organisasi NU di beberapa wilayah di Pulau Kalimantan sebagai rais syuriah pada masa itu.
Di masa kepemimpinannya sebagai pimpinan pondok dan rais NU, beliau melaksanakan pertemuan rutin setiap bulan di aula Pondok Pesantren Darussalam yang dihadiri oleh seluruh tuan-tuan guru yang ada di kota Martapura dan sekitarnya untuk membahas persoalan agama yang timbul di masyarakat (Bahtsul Masa'il) dan ditutup dengan tahlilan, acara ini disebut dengan istilah Lailatul ijtima.
Hasil forum bahtsul masail ini kemudian disebarkan kepada masyarakat sebagai solusi terhadap berbagai persoalan keagamaan dan sosial yang terjadi di masyarakat.

MENYEBAR LUASNYA PONDOK PESANTREN DARUSSALAM DI LUAR KALIMANTAN
Sejak pimpinan KH.Muhammad Kasyful Anwar sampai pimpinan KH. Abdul Qodir Hasan, banyak guru pengajar di Darussalam yang ditugaskan untuk berdakwah dan mengajar agama Islam keluar daerah seperti Sampit, Pontianak, kotawaringin, Kotabaru, Purukcahu dan daerah di luar Kalimantan Selatan lainnya. Para guru yang dikirim tersebut bermukim di tempat-tempat tersebut dan lalu mendirikan madrasah/pesantren-pesantren yang berafiliasi dengan Pondok Pesantren Darussalam Martapura.

MASA PENJAJAHAN
Pada masa pendudukan Jepang Pondok Pesantren Darussalam dipaksa untuk menjadi asrama tentara Jepang, namun oleh Dia proses belajar mengajar masih tetap terus dijalankan dengan disebarkan di rumah-rumah guru pengajar dan terus istiqomah kegiatan sekolah dijalankan seperti itu hingga Jepang keluar dari Martapura tahun 1945.

MASA REVOLUSI KEMERDEKAAN
Pada masa revolusi kemerdekaan Dia bertindak sebagai sesepuh gerakan gerilya di Kalimantan, memberikan semangat dan kekuatan moril bagi para pejuang gerilya yang berusaha mengusir tentara Belanda yang kembali hendak menjajah tanah air. Pada tahun selanjutnya, awal kemerdekaan RI dia turut aktif memulihkan keamanan bersama-sama dengan almarhum KH.Zainal Ilmi Dalam Pagar Martapura.

WAFAT
KH.Abdul Qodir Hasan wafat pada hari Sabtu, tanggal 11 Rajab 1398 H / 17 Juni 1978 M. Tempat pemakaman dia di Kubah KH. Abdul Qodir Hasan di Jalan K.H.M. Kasyful Anwar Pasayangan Martapura.

Sumber: https://majelisalmunawwarah.blogspot.com/2017/02/manaqib-kh-abdul-qodir-bin-muhammad.html
 
;