Selasa, 20 Juli 2021 0 komentar

Tentang Wali Jadzab Atau Majdzub

بسم الله الرّحمن الرّحيم

ﺗﻜﻮ ﺣﺎﻟﻪ ﻟﻤﺠﺬﻭﺏ ﺑﺤﺴﺐ ﻟﺤﺎﻟﻪ ﻟﺘﻲ ﺟُﺬ ﻓﻲ ﺛﻨﺎﺋﻬﺎ ﻓﺈ ﺟُﺬ ﻓﻲ ﺣﺎ ﻗﺒﺾ ﺍﻱ ﻛﺘﺌﺎ ﻓﻌﻤﺮ ﻛﻠﻪ ﻗﺒﺾ ﻭﺇن جذب ﻓﻲ ﺣﺎ ﺑﺴﻂ ﻓﻌُﻤﺮ كله ﺑﺴﻂ ﺿﺤﻚ ﻫﺬ ﺗﺼﺮﻳﺢ ﻟﻠﻤﺠﺬﻭﺏ ﺑﺄ ﻳﻔﻌﻞ ﻣﺎ ﻳﺮﻳﺪ ﻭﺃﻭﺻﻰ ﻟﺸﻌﺮﻧﻲ ﺑﻌﺪ ﻣﺨﺎﻟﻄﺔ ﻟﻤﺠﺎﻳﺐ ﻷﻧﻬﻢ ﻳﻌﻠﻤﻮ ﻟﺴﺮﺋﺮ ﻭﺍﻟﺨﻮﻃﺮ ﻟﻤﺬﻣﻮﻣﺔ

Imam Assya'rani dalam Al Yawaqit wal Jawahirnya berkata : keadaan majdzub itu tergantung dengan kondisi saat dia di tarik oleh ALLAH jika ditarik dalam keadaan qabdhun atau sedih maka kesehariannya selalu sedih (sedih karena ALLAH bukan sedih urusan duniawi), jika ditarik saat dia dalam keadaan basthun atau lapang maka kesehariannya selalu senang dan tertawa, dan ini menjelaskan bahwa orang majdzub itu melakukan apa yang ia mau. Imam Sya'rani berwasiat agar tidak membaur dengan mereka karena mereka mengetahui rahasia-rahasia dan pikiran-pikiran yang kotor.

ﺳﺎ ﻻﻋﺘﻘﺎ ﺑﺄﻧﻬﻢ ﻳﻌﻴﺸﻮ ﻓﻲ ﻋﺎﻟﻢ ﺧﺮ ﻳﻘﻮ ﺑﻦ ﻋﻨﺎ ﺇﻥ ﻣﻦ ﺷﺄ ﻟﻤﺠﺎﻳﺐ ﻧﻚ ﺗﺮ ﺣﺪﻫﻢ ﻣﺎﺷﻴﺎ ﻫﻮ ﺭﺍﻛﺐ ﺗﺮﺍﻩ ﻳﺄﻛﻞ ﻓﻲ ﻣﻀﺎ ﻫﻮ ﺻﺎﺋﻢ ﻟﻢ ﻳُﻔﻄﺮ ﺗﺮﺍﻩ ﻋﺎﻳﺎ ﻫﻮ ﻣﺮﺗﺪ ﻟﺜﻴﺎﺑﻪ

Mereka wali majdzub itu hidup di alam lain, sebagaimana ucapan Ibnu Inan : diantara tingkah majdzub adalah kamu melihat dia sedang berjalan padahal dia sedang menaiki kendaraan, kamu melihat dia telanjang padahal dia berpakaian, kamu lihat dia sedang makan disaat puasa Ramadhan padahal dia puasa.

ﻓﻀﻞ ﺑﻦ ﻋﻄﺎ ﻟﻤﺠﺬﻭﺏ ﻋﻠﻰ ﻟﺴﺎﻟﻚ ﻷ ﻭﻝ ﻃﻮﻳﺖ ﻟﻪ ﻟﻄﺮﻳﻖ ﻟﻢ ﺗﻄﻮ ﻋﻨﻪ ﺃﻱ ﺃﻥ ﻟﻤﺠﺬﻭﺏ ﺧﺘﺎﺭﻩ ﻟﻠﻪ ﻭﺍﺧﺘﺼﺮ ﻋﻠﻴﻪ ﻟﻄﺮﻳﻖ ﻣﺎ ﻟﺴﺎﻟﻚ ﻓﻘﺪ ﺗﺮﻛﻪ ﻟﻠﻪ ﻳﻘﻄﻊ ﻟﻄﺮﻳﻖ ﻳﺴﻠﻜﻬﺎ ﺑﻨﻔﺴﻪ

Imam Ibnu Athaillah dalam Lathoiful Minan nya ;mengunggulkan majdzub daripada salik, karena majdzub dilipat baginya jalan menuju ALLAH (suluk) dan tidak dilipat bagi salik. Majdzub langsung ALLAH yang memilih sehingga ALLAH ringkas suluknya tanpa harus bersusah payah(instan). Sedang salik, ALLAH membiarkan dia menempuh jalan suluknya dengan sendirinya.

0 komentar

Do'a Istikharah

بسم الله الرّحمن الرّحيم

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْتَخِيْرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ، وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ، وَأَنْتَ عَلَّامُ الغُيُوْبِ، اَللَّهُمَّ فَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ هَذَا الْأَمْرَ ( ) خَيْرًا لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ فَاقْدُرْهُ لِيْ وَيَسِّرْهُ لِيْ، ثُمَّ بَارِكْ لِيْ فِيْهِ، اَللَّهُمَّ وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّهُ شَرٌّ لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ فَاصْرِفْنِيْ عَنْهُ، وَاقْدُرْ لِيَ الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ رَضِّنِيْ بِهِ

ALLAHUMMA INNII ASTAKHIIRUKA BI 'ILMIKA, WA ASTAQDIRUKA BI QUDRATIKA, WA AS-ALUKA MIN FADHLIKA, FA INNAKA TAQDIRU WA LAA AQDIRU, WA TA'LAMU WA LAA A'LAMU, WA ANTA 'ALLAAMUL GHUYUUB, ALLAHUMMA FA-IN KUNTA TA'LAMU HADZAL AMRO (sebut nama urusan tersebut) KHOIRON LII FII DIINII WA MA'AASYI WA AAQIBATI AMRII FAQDURHU LII, WA YASSIRHU LII, TSUMMA BAARIK LII FIIHI. ALLAHUMMA WA-IN KUNTA TA'LAMU ANNAHU SYARRUN LII FII DIINI WA MA'AASYI WA 'AAQIBATI AMRII FASH-RIFNII 'ANHU WAQDUR LIIYAL KHOIRO HAITSU KAANA TSUMMA RODH-DHINII BIH.

Ya Allah, sesungguhnya aku beristikharah pada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon kepada-Mu kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu. Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan dan aku tidaklah mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak tahu. Engkaulah yang mengetahui perkara yang gaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini (..sebut nama urusan tersebut..) baik bagiku dalam urusan agamaku, duniaku dan akhiratku, maka takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agamaku, duniaku, dan akhiratku, maka palingkanlah ia dariku, dan palingkanlah aku darinya, dan takdirkanlah yang terbaik untukku apapun keadaannya dan jadikanlah aku ridha dengannya.”


 
;