بسم الله الرّحمن الرّحيم
أَيُّهَا الْوَلَدُ،
إِنِّيْ أَنْصَحُكَ بِثَمَانِيَةِ أَشْيَاءَ، إِقْبَلْهَا مِنِّيْ لِئَلَّا يَكُوْنَ
عِلْمُكَ خَصْمًا عَلَيْكَ يَوْمَ القِيَامَةِ، تَعْمَلُ مِنْهَا أَرْبَعَةً وَتَدَعُ
مِنْهَا أَرْبَعَةً، أَمَّا اللَّوَاتِيْ تَدَعُ
Wahai anakku, sesungguhnya aku memberi nasehat padamu dengan 8 perkara, terimalah itu dariku agar ilmumu tidak menjadi musuh bagimu pada hari kiamat, lakukanlah 4 perkara dari 8 perkara itu dan tinggalkan 4 perkara dari 8 perkara itu. Adapun perkara-perkara yang harus kamu tinggalkan :
فَأَحَدُهَا - أَلَّا
تُنَاظِرَ أَحَدًا فِي مَسْأَلَةٍ مَا اسْتَطَعْتَ لِأَنَّ فِيْهَا آفَاتٍ كَثِيْرَةً
فَإِثْمُهَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهَا إِذْ هِيَ مَنْبَعُ كُلِّ خُلُقٍ ذَمِيْمٍ كَالرِّيَاءِ
وَالْحَسَدِ وَالْكِبْرِ وَالْحِقْدِ وَالْعَدَاوَةِ وَالْمُبَاهَاةِ وَغَيْرِهَا،
نَعَمْ لَوْ وَقَعَ مَسْأَلَةٌ بَيْنَكَ وَبَيْنَ شَخْصٍ أَوْ قَوْمٍ وَكَانَتْ إِرَادَتُكَ
فِيْهَا أَنْ يَظْهَرَ الْحَقُّ وَلَا يَضِيْعَ جَازَ الْبَحْثُ لَكِنْ لِتِلْكَ الْإِرَادَةِ
عَلَامَتَانِ : إِحْدَاهُمَا أَلَّا تُفَرِّقَ بَيْنَ أَنْ يَنْكَشِفَ الْحَقُّ عَلٰى
لِسَانِكَ أَوْ عَلٰى لِسَانِ غَيْرِكَ، وَالثَّانِيَةُ أَنْ يَكُوْنَ الْبَحْثُ فِى
الْخَلَاءِ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ أَنْ يَكُوْنَ فِى الْمَلَاءِ
[Pertama] hendaknya kamu tidak berdebat dengan seseorang dalam satu masalah semampumu, karena di dalamnya ada banyak bahaya, dosanya lebih besar daripada kemanfaatannya, karena itu adalah sumber setiap akhlaq yang tercela seperti riya', hasad (dengki), sombong, dendam, permusuhan, kesombongan, dan lainnya. Ya, jika terjadi masalah di antara kamu dan di antara seseorang atau kaum, sedangkan keinginanmu di dalamnya adalah agar perkara hak menjadi jelas dan menghilankannya, maka boleh saja membahasnya, tetapi keinginan demikian itu memiliki tanda-tanda :
Pertama, hendaknya kamu tidak membedakan antara perkara hak yang tersingkap melalui lisanmu atau melalui lisan orang lain.
Kedua, hendaknya pembahasan itu diadakan di tempat sepi lebih kamu sukai daripada di tempat ramai (publik).
وَاسْمَعْ أَنِّيْ
أَذْكُرُ لَكَ هَاهُنَا فَائِدَةً وَاعْلَمْ أَنَّ السُّؤَالَ عَنِ الْمُشْكِلَاتِ
عَرْضُ مَرَضِ الْقَلْبِ إِلَى الطَّبِيْبِ، وَالْجَوَابُ لَهُ سَعْيٌ لِإِصْلَاحِ
مَرَضِهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ الْجَاهِلِيْنَ الْمَرْضٰى قُلُوْبُهُمْ، وَالْعُلَمَاءَ
الْأَطِبَّاءُ، وَالْعَالِمَ النَّاقِصَ لَا يُحْسِنُ الْمُعَالَجَةَ، وَالْعَالِمَ
الكَامِلَ لَا يُعَالِجُ كُلَّ مَرِيْضٍ بَلْ يُعَالِجُ مَنْ يَرْجُوْ قَبُوْلَ الْمُعَالَجَةِ
وَالصَّلَاحِ، وَإِذَا كَانَتِ الْعِلَّةُ مُزْمِنَةً أَوْ عَقِيْمًا لَا تَقْبَلُ
الْعِلَاجَ فَحَذَاقَةُ الطَّبِيْبِ فِيْهِ أَنْ يَقُوْلَ هَذَا لَا يَقْبَلُ الْعِلَاجَ
فَلَا تَشْتَغِلْ فِيْهِ بِمُدَاوَاتِهِ لِأَنَّ فِيْهِ تَضْيِيْعَ الْعُمْرِ
Dengarlah, sesungguhnya aku mengingatkan padamu tentang sebuah faidah di sini. Ketahuilah bahwa pertanyaan tentang perkara-perkara yang berat itu menunjukkan penyakit hati (yang butuh dibawa) ke dokter dan jawabannya adalah berusaha menyembuhkan penyakit itu. Ketahuilah sesungguhnya orang-orang yang bodoh adalah orang yang sakit hatinya, ulama' adalah dokternya, orang alim yang kurang sempurna ilmunya tidak baik dalam mengobati, dan orang alim yang sempurna tidak dapat mengobati semua orang yang sakit tetapi ia dapat mengobati orang yang mengharap menerima obat dan kesembuhan. Dan tatkala penyakit itu sudah kronis atau mandul (tidak dapat disembuhkan), maka dokter yang cerdas akan mengatakan "Penyakit ini tidak dapat menerima obat". Jadi, janganlah kamu tersibukkan untuk mengobatinya karena sesungguhnya di dalamnya hanya akan menyia-nyiakan umur.
ثُمَّ اعْلَمْ أَنَّ
مَرَضَ الْجَهْلِ عَلٰى أَرْبَعَةِ أَنْوَاعٍ : أَحَدُهَا يَقْبَلُ الْعِلَاجَ وَالْبَاقِى
لَا يَقْبَلُ، أَمَّا الَّذِيْ لَا يَقْبَلُ الْعِلَاجَ فَأَحَدُهَا مَنْ كَانَ سُؤَالُهُ
وَاعْتِرَاضُهُ عَنْ حَسَدِهِ وَبُغْضِهِ، فَكُلَّمَا تُجِيْبُهُ بِأَحْسَنِ الْجَوَابِ
وَأَفْصَحِهِ وَأَوْضَحِهِ فَلَا يَزِيْدُ لَهُ ذٰلِكَ إِلَّا بُغْضًا وَعَدَاوَةً
وَحَسَدًا، فَالطَّرِيْقُ أَلَّا تَشْتَغِلَ بِجَوَابِهِ، فَقَدْ قِيْلَ
كُلُّ الْعَدَاوَةِ
قَدْ تُرْجٰى إِزَالَتُهَا # إِلَّا عَدَاوَةَ مَنْ عَادَاكَ عَنْ حَسَدٍ
Kemudian, ketahuilah bahwa penyakit kebodohan tergolong atas 4 macam, salah satunya tidak menerima obat dan sisanya bisa menerima obat. Adapun orang yang tidak dapat menerima obat :
Pertama, orang yang pertanyaannya dan pertentangannya karena sifat hasad (dengki) dan amarahnya (emosinya). Setiap kali kamu menjawabnya dengan jawaban yang paling baik, paling fasih, dan paling jelas, maka demikian itu tidak akan bertambah kecuali amarah, permusuhan, dan dengki. Maka jalan keluarnya adalah kamu hendaknya tidak sibuk untuk menjawabnya. Telah dikatakan :
Setiap permusuhan telah diharapkan hilangnya permusuhan itu # Kecuali permusuhan orang yang memusuhimu karena dengki.
فَيَنْبَغِى أَنْ
تُعْرِضَ عَنْهُ وَتَتْرُكَهُ مَعَ مَرَضِهِ، قَالَ اللّٰهُ تَعَالٰى : فَأَعْرِضْ
عَمَّنْ تَوَلّٰى عَنْ ذِكْرِنَا وَلَمْ يُرِدْ إِلَّا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا، وَالْحَسُوْدُ
بِكُلِّ مَا يَقُوْلُ وَيَفْعَلُ يُوْقِدُ النَّارَ فِي زَرْعِ عَمَلِهِ، كَمَا قَالَ
النَّبِى عَلَيْهِ السَّلَامُ : الْحَسَدُ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ
الْحَطَبَ
Selayaknya kamu berpaling darinya dan meninggalkannya dengan penyakitnya. Allah Yang Maha Luhur berfirman, "Maka berpalinglah (wahai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi (An-Najm : 29)". Sifat hasad (dengki) dengan setiap apa yang ia katakan dan lakukan, dapat menyalakan api dalam tanaman amalnya, sebagaimana Nabi SAW bersabda, "Sifat hasad (dengki) dapat memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar".
وَالثَّانِى أَنْ
تَكُوْنَ عِلَّتُهُ مِنَ الْحَمَاقَةِ وَهُوَ أَيْضًا لَا يَقْبَلُ الْعِلَاجَ، كَمَا
قَالَ عِيْسَى عَلَيْهِ السَّلاَمُ : إِنِّيْ مَا عَجَزْتُ عَنْ إِحْيَاءِ الْمَوْتٰى
وَقَدْ عَجَزْتُ عَنْ مُعَالَجَةِ الْأَحْمَقِ، وَذٰلِكَ رَجُلٌ يَشْتَغِلُ بِطَلَبِ
الْعِلْمِ زَمَنًا قَلِيْلًا وَيَتَعَلَّمُ شَيْئًا مِنَ الْعِلْمِ الْعَقْلِيِّ وَالشَّرْعِيِّ
فَيَسْأَلُ وَيَعْتَرِضُ مِنْ حَمَاقَتِهِ عَلَى الْعَالِمِ الْكَبِيْرِ الَّذِيْ مَضَى
عُمْرُهُ فِى الْعُلُوْمِ الْعَقْلِيَّةِ وَالشَّرْعِيَّةِ، وَهٰذَا الْأَحْمَقُ لَا
يَعْلَمُ وَيَظُنُّ أَنَّ مَا أُشْكِلَ عَلَيْهِ هُوَ أَيْضًا مُشْكِلٌ عَلَى الْعَالِمِ
الْكَبِيْرِ، فَإِذَا لَمْ يَعْلَمْ هٰذَا الْقَدْرَ يَكُوْنُ سُؤَالُهُ مِنَ الْحَمَاقَةِ
فَيَنْبَغِى أَلَّا تَشْتَغِلَ بِجَوَابِهِ
Kedua, apabila penyakitnya bersumber dari kebodohan dan itu juga tidak dapat menerima obat, sebagaimana Nabi Isa as berkata, "
Sesungguhnya aku mampu menghidupkan orang yang sudah mati tetapi aku benar-benar tidak mampu mengobati orang yang bodoh". Demikian itu adalah seseorang yang sibuk menuntut ilmu dalam waktu yang singkat dan mempelajari sedikit ilmu yang bersifat aqli (logika) dan syariat, lalu ia bertanya dan karena kebodohannya ia menentang orang alim besar yang mana umur orang alim itu telah terlewati dalam ilmu-ilmu aqliyah dan syariat. Orang yang bodoh ini tidak mengerti dan menyangka bahwa permasalahan yang berat (musykil) baginya juga berat (musykil) bagi orang alim besar itu. Tatkala ia tidak mengetahui kadar ini maka pertanyaannya bersumber dari kebodohan, selayaknya kamu tidak tersibukkan untuk menjawabnya.
وَالثَّالِثُ أَنْ
يَكُوْنَ مُسْتَرْشِدًا وَكُلُّ مَا لَا يَفْهَمُ مِنَ الْكَلَامِ الْأَكَابِرِ يُحْمَلُ
عَلٰى قُصُوْرِ فَهْمِهِ وَكَانَ سُؤَالُهُ لِلْإِسْتِفَادَةِ، لَكِنْ يَكُوْنُ بَلِيْدًا
لَا يُدْرِكُ الْحَقَائِقَ، فَلَا يَنْبَغِى الْإِشْتِغَالُ بِجَوَابِهِ أَيْضًا كَمَا
قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : نَحْنُ مَعَاشِرَ الْأَنْبِيَاءِ
أُمِرْنَا أَنْ نُكَلِّمَ النَّاسَ عَلٰى قَدْرِ عُقُوْلِهِمْ
Ketiga apabila ia adalah orang yang meminta petunjuk (meminta bimbingan) dan setiap perkataan orang-orang alim besar yang tidak ia pahami tertumpu pada pemahamannya yang pendek. Pertanyaannya adalah untuk meminta faidah tetapi ia adalah orang dungu yang tidak menjangkau hakekat, maka tidak selayaknya untu menjawabnya juga, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, "Kami golongan para nabi diperintah untuk berbicara (menyampaikan risalah) pada manusia sesuai dengan kadar akal mereka".
وَأَمَّا الْمَرَضُ
الَّذِيْ يَقْبَلُ الْعِلَاجَ فَهُوَ أَنْ يَكُوْنَ مُسْتَرْشِدًا عَاقِلًا فَهِمًا
لَا يَكُوْنُ مَغْلُوْبَ الْحَسَدِ وَالْغَضَبِ وَحُبِّ الشَّهْوَةِ وَالْجَاهِ وَالْمَالِ
وَيَكُوْنُ طَالِبَ الطَّرِيْقِ الْمُسْتَقِيْمِ وَلَمْ يَكُنْ سُؤَالُهُ وَاعْتِرَاضُهُ
عَنْ حَسَدٍ وَتَعَنُّتٍ وَامْتِحَانٍ، وَهٰذَا يَقْبَلُ الْعِلَاجَ فَيَجُوْزُ أَنْ
تَشْتَغِلَ بِجَوَابِ سُؤَالِهِ بَلْ يَجِبُ عَلَيْكَ إِجَابَتُهُ
Dan adapun penyakit yang dapat menerima obat yaitu apabila ia adalah orang yang meminta petunjuk, berakal, dan faham. Ia tidak dikalahkan oleh sifat hasad, marah, cinta syahwat, cinta kedudukan, dan cinta harta. Ia adalah orang yang mencari jalan yang lurus, pertanyaan dan pertentangannya tidak bersumber dari sifat hasad, keras kepala, dan menguji. Orang ini dapat menerima obat, maka kamu boleh sibuk menjawab pertanyaannya bahkan wajib bagimu menjawabnya.
وَالثَّانِي - مِمَّا
تَدَعُ هُوَ أَنْ تَحْذَرَ مِنْ أَنْ تَكُوْنَ وَاعِظًا وَمُذَكِّرًا لِأَنَّ فِيْهِ
آفَةً كَثِيْرَةً إِلَّا أَنْ تَعْمَلَ بِمَا تَقُوْلُ أَوَّلًا ثُمَّ تَعِظَ بِهِ
النَّاسَ، فَتَفَكَّرْ فِيْمَا قِيْلَ لِعِيْسٰى عَلَيْهِ السَّلَامُ : يَا ابْنَ مَرْيَمَ
عِظْ نَفْسَكَ فَإِنِ اتَّعَظَتْ فَعِظِ النَّاسَ وَإِلَّا فَاسْتَحِ مِنْ رَبِّكَ
[Kedua] merupakan sesuatu yang harus kamu tinggalkan yaitu kamu berhati-hati apabila kamu menjadi seorang yang memberikan nasehat dan pengingat, karena sesungguhnya di dalamnya ada banyak bahaya kecuali jika kamu mengamalkan apa yang kamu katakan terlebih dahuulu kemudian kamu bisa memberi nasehat pada manusia. Berpikirlah dalam apa yang dikatakan kepada Nabi Isa as, "Wahai putra Maryam, nasehatilah dirimu, lalu apabila kamu sudah menerima nasehat maka nasehatilah manusia. Dan jika tidak maka malulah kepada Tuhanmu".
وَإِنِ ابْتُلِيْتَ
بِهٰذَا الْعَمَلِ فَاحْتَرِزْ عَنْ خَصْلَتَيْنِ
Apabila kamu diuji dengan kondisi ini (1), maka berhati-hatilah dari 2 perkara :
Catatan (1) :
Kondisi dan posisi sebagai seorang yang memberi nasehat dan pengingat.
الْأُوْلٰى عَنِ
التَّكَلُّفِ فِى الْكَلَامِ بِالْعِبَارَاتِ وَالْإِشَارَاتِ وَالطَّامَّاتِ وَالْأَبْيَاتِ
وَالْأَشْعَارِ لِأَنَّ اللّٰهَ تَعَالٰى يُبْغِضُ الْمُتَكَلَّفِيْنَ، وَالْمُتَكَلِّفُ
الْمُتَجَاوِزُ عَنِ الْحَدِّ يَدُلُّ عَلٰى خَرَابِ الْبَاطِنِ وَغَفْلَةِ الْقَلْبِ،
وَمَعْنَى التَّذْكِيْرِ أَنْ يَذْكُرَ الْعَبْدُ نَارَ الْأٰخِرَةِ وَتَقْصِيْرَ نَفْسِهِ
فِيْ خِدْمَةِ الْخَالِقِ وَيَتَفَكَّرَ فِيْ عُمُرِهِ الْمَاضِى الَّذِيْ أَفْنَاهُ
فِيْمَا لَا يَعْنِيْهِ وَيَتَفَكَّرَ فِيْمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْعَقِبَاتِ مِنْ
عَدَمِ سَلَامَةِ الْإِيْمَانِ فِى الْخَاتِمَةِ وَكَيْفِيَّةِ حَالِهِ فِيْ قَبْضِ
مَلَكِ الْمَوْتِ وَهَلْ يَقْدِرُ عَلٰى جَوَابِ مُنْكَرٍ وَنَكِيْرٍ وَيَهْتَمَّ بِحَالِهِ
فِى الْقِيَامَةِ وَمَوَاقِفِهَا وَهَلْ يَعْبُرُ عَنِ الصِّرَاطِ سَالِمًا أَمْ يَقَعُ
فِي الهَاوِيَةِ، وَيَسْتَمِرُّ ذِكْرُ هٰذِهِ الْأَشْيَاءِ فِيْ قَلْبِهِ فَيُزْعِجُهُ
عَنْ قَرَارِهِ، فَغَلَيَانُ هٰذِهِ النِّيْرَانِ وَنَوْحَةُ هٰذِهِ الْمَصَائِبَ يُسَمَّى
تَذْكِيْرًا
Pertama, dari memaksakan pembicaraan dengan ibrah-ibrah (makna-makna tersembunyi), isyarat-syarat, hal-hal menakjubkan, bait-bait, dan syair-syair, karena sesungguhnya Allah Yang Maha Luhur membenci orang-orang yang memaksa. Orang yang memaksa dan melewati batas menujukkan batinnya rusak dan hati yang lupa. Makna (tujuan) mengingatkan adalah agar si hamba itu mengingat neraka akhirat dan kecorobohan dirinya dalam berkhidmat kepada Sang Khaliq, berpikir dalam umur yang telah terlewati yang mana ia menghabiskanya dalam melakukan sesuatu yang tidak berguna, berpikir tentang apa yang ada di hadapannya, baik siksa-siksa, iman tidak selamat dalam akhir hayat, bagaimana keadaan iman saat malaikat mencabutnya, apakah ia mampu menjawab pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir, gelisah atas keadaannya pada hari kiamat dan tempatnya, apakah ia mampu melewati shirath (jembatan) secara selamat, ataukah ia akan terjatuh ke dalam Neraka Hawiyah. Mengingat perkara-perkara ini berlanjut terus di dalam hatinya, sehingga ini dapat menjadikan ia gelisah dari ketetapan hatinya. Maka mendidihnya perasaan seperti api ini dan jeritan musibah-musibah ini dinamakan mengingatkan.
وَإِعْلَامُ الْخَلْقِ
وَإِطْلَاعُهُمْ عَلٰى هٰذِهِ الْأَشْيَاءِ وَتَنْبِيْهُهُمْ عَلٰى تَقْصِيْرِهِمْ
وَتَفْرِيْطِهِمْ وَتَبْصِيْرِهِمْ بِعُيُوْبِ أَنْفُسِهِمْ لِتَمَسَّ حَرَارَةُ هٰذِهِ
النِّيْرَانِ أَهْلَ الْمَجْلِسِ وَتُجْزِعَهُمْ تِلْكَ الْمَصَائِبُ لِيَتَدَارَكُوْا
الْعُمُرَ الْمَاضِيَّ بِقَدْرِ الطَّاقَةِ وَيَتَحَسَّرُوْا عَلَى الْأَيَّامِ الْخَالِيَةِ
فِيْ غَيْرِ طَاعَةِ اللّٰهِ تَعَالٰى، هٰذِهِ الْجُمْلَةُ عَلٰى هٰذَا الطَّرِيْقِ
تُسَمَّى وَعْظًا، كَمَا لَوْ رَأَيْتَ أَنَّ السَّيْلَ قَدْ هَجَمَ عَلٰى دَارِ أَحَدٍ،
وَكَانَ هُوَ وَأَهْلُهُ فِيْهَا، فَتَقُوْلُ : الْحَذَرَ الْحَذَرَ فِرُّوْا مِنَ
السَّيْلِ، وَهَلْ يَشْتَهِى قَلْبُكَ فِيْ هٰذِهِ الْحَالَةِ أَنْ تُخْبِرَ صَاحِبَ
الدَّارِ خَبَرَكَ بِتَكَلُّفِ الْعِبَارَاتِ النُّكَتِ وَالْإِشَارَاتِ فَلَا تَشْتَهِى
البَتَّةَ، فَكَذٰلِكَ حَالُ الْوَاعِظِ فَيَنْبَغِى أَنْ يَجْتَنِبَهَا
Memberitahu makhluk dan menunjukkan mereka pada perkara-perkara ini, mengingatkan mereka atas kecerobohan dan keteledoran mereka, dan memperlihatkan mereka terhadap aib-aib pada diri mereka agar panasnya perasaan seperti api ini dapat menyentuh para penghuni majlis dan musibah-musibah tersebut dapat mengejutkan mereka adalah supaya mereka mendapati (memperbaiki) umur yang telah terlewati sesuai kadar kemampuan (semampunya) dan agar mereka merasa menyesal atas hari-hari yang telah berlalu tanpa digunakan untuk melakukan ketaatan kepada Allah Yang Maha Luhur. Inti atas metode ini dinamakan nasehat. Sebagaimana jika kamu melihat banjir tiba-tiba datang pada rumah seseorang, sedangkan ia dan keluarganya berada di dalamnya, maka kamu akan berkata, "Hati-hati, hati-hati, larilah dari banjir". Apakah pada keadaan ini hatimu berkeinginan untuk memberitahu pemilik rumah tentang pemberitahuanmu dengan bertele-tele menggunakan ibrah-ibrah (makna-makna tersembunyi), lelucon, dan isyarat-isyarat ?, kamu tentu tidak mengingankan itu pastinya. Demikian pula keadaan orang yang memberikan nasehat, maka selayaknya ia menjauhi demikian itu.
وَالْخَصْلَةُ الثَّانِيَةُ
أَلَّا تَكُوْنَ هِمَّتُكَ فِيْ وَعْظِكَ أَنْ يَنْعَرَ الْخَلْقُ فِيْ مَجْلِسِكَ
أَوْ يُظْهِرُوْا الْوَجْدَ وَيَشُقُّوا الثِّيَابَ لِيُقَالَ : نِعْمَ الْمَجْلِسُ
هٰذَا، لِأَنَّ كُلَّهُ مَيْلٌ لِلدُّنْيَا وَهُوَ يَتَوَلَّدُ مِنَ الْغَفْلَةِ بَلْ
يَنْبَغِى أَنْ يَكُوْنَ عَزْمُكَ وَهِمَّتُكَ أَنْ تَدْعُوَ النَّاسَ مِنَ الدُّنْيَا
إِلَى الْأٰخِرَةِ وَمِنَ الْمَعْصِيَةِ إِلَى الطَّاعَةِ وَمِنَ الْحِرْصِ إِلَى الزُّهْدِ وَمِنَ الْبُخْلِ إِلَى السَّخَاءِ وَمِنَ الشَّكِّ
إِلَى الْيَقِيْنِ وَمِنَ الْغَفْلَةِ إِلَى الْيَقْظَةِ وَمِنَ الْغُرُوْرِ إِلَى
التَّقْوٰى، وَتُحَبِّبَ إِلَيْهِمُ الْأٰخِرَةَ وَتُبَغِّضَ إِلَيْهِمُ الدُّنْيَا
وَتُعَلِّمَهُمْ عِلْمَ الْعِبَادَةِ وَالزُّهْدِ وَلَا تُغِرَّهُمْ بِكَرَمِ اللّٰهِ
تَعَالٰى عَزَّ وَجَلَّ وَرَحْمَتِهِ لِأَنَّ الْغَالِبَ فِيْ طِبَاعِهِمْ الزَّيْغُ
عَنْ مَنْهَجِ الشَّرْعِ وَالسَّعْيُ فِيْمَا لَا يَرْضَى اللّٰهُ تَعَالٰى بِهِ وَالْإِسْتِعْثَارُ
بِالْأَخْلَاقِ الرَّدِيَّةِ، فَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمْ الرُّعْبَ وَرَوِّعْهُمْ
وَحَذِّرْهُمْ عَمَّا يَسْتَقْبِلُوْنَ مِنَ الْمَخَاوِفِ وَلَعَلَّ صَفَاتِ بَاطِنِهِمْ
تَتَغَيَّرُ وَمُعَامَلَةَ ظَاهِرِهِمْ تَتَبَدَّلُ وَيَتَظَهَّرُوا الْحِرْصَ وَالرُّغْبَةَ
فِى الطَّاعَةِ وَالرُّجُوْعِ عَنِ الْمَعْصِيَةِ
Perkara kedua, hendaknya himmahmu (keinginanmu) tidaklah menjadikan manusia meraung-raung menangis di dalam majlismu, atau mereka menunjukkan rasa senang dan merobek-robek pakaian, agar dikatakan, "Sebaik-baik majlis adalah majlis ini", karena sesungguhnya semua itu condong karena dunia dan itu terlahir dari sifat lupa. Tetapi, selayaknya azam (tekad) dan himmahmu (keinginan) adalah untuk mengajak manusia dari dunia pada akhirat, dari maksiat pada taat, dari sifat loba pada zuhud, dari kekikiran pada kemurahan, dari keraguan pada keyakinan, dari lupa pada sadar, dan dari tertipu pada taqwa. Dan kamu bisa menjadikan mereka cinta akhirat dan membenci dunia, mengajarkan mereka ilmu ibadah dan zuhud, dan tidak menipu mereka dengan (mengatasnamakan) kemurahan dan rahmat Allah Yang Maha Luhur, Maha Mulia dan Maha Agung. Karena pada umumnya, watak mereka berpaling dari jalan syariat, berusaha dalam mendapatkan sesuatu yang tidak diridloi Allah Yang Maha Luhur, dan terpeleset ke dalam akhlaq yang buruk. Maka tanamkanlah rasa takut ke dalam hati mereka, takutilah dan peringatkanlah mereka dari rasa-rasa takut yang akan mereka hadapai, supaya sifat-sifat batin mereka berubah dan tindakan dhahir mereka bisa berganti. Mereka dapat menunjukkan sifat loba dan cinta dalam melakukan ketaatan serta kembali dari maksiat.
وَهٰذَا طَرِيْقُ
الْوَعْظِ وَالنَّصِيْحَةِ وَكُلُّ وَعْظٍ لَا يَكُوْنُ هٰكَذَا فَهُوَ وَبَالٌ عَلٰى
مَنْ قَالَ وَسَمِعَ بَلْ قِيْلَ : إِنَّهُ غَوْلٌ وَشَيْطَانٌ يَذْهَبُ بِالْخَلْقِ
عَنِ الطَّرِيْقِ وَيُهْلِكُهُمْ، فَيَجِبُ عَلَيْهِمْ أَنْ يَفِرُّوْا مِنْهُ لِأَنَّ
مَا يُفْسِدُ هٰذَا القَائِلُ مِنْ دِيْنِهِمْ لَا يَسْتَطِيْعُ بِمِثْلِهِ الشَّيْطَانُ،
وَمَنْ كَانَتْ لَهُ يَدٌ وَقُدْرَةٌ يَجِبُ عَلَيْهِ أَنْ يُنْزِلَهُ عَنْ مَنَابِرِ
الْمَوَاعِظِ وَيَمْنَعَهُ عَمَّا بَاشَرَ فَإِنَّهُ مِنْ جُمْلَةِ الْأَمْرِ بِالْمَعْرُوْفِ
وَالنَّهْيِ عَنِ الْمُنْكَرِ
Ini adalah jalan memberikan pitutur dan nasehat. Dan setiap pitutur yang tidak seperti ini maka itu adalah bencana bagi orang yang mengatakan dan mendengarnya. Bahkan dikatakan, "Sesungguhnya itu adalah "ghoul" (2) dan syetan pergi membawa makhluk menjauh dari jalan agama islam dan merusak mereka". Maka wajib bagi mereka untuk lari darinya (orang yang memberi nasehat) karena sesungguhnya agama mereka yang dirusak oleh orang yang mengatakan ini (orang yang memberi nasehat), syetan pun tidak mampu melakukan seperti orang itu (orang yang memberi nasehat). Barang siapa yang memiliki kekuasaan dan kemampuan maka wajib baginya untuk menurunkan orang itu dari mimbar-mimbar nasehat dan mencegahnya dari apa yang ia kerjakan, karena pencegahan itu merupakan bentuk dari amar ma'ruf dan nahi munkar.
Catatan (2) :
Dalam makna pesantren, para kyai memaknai kalimat "ghoul" dengan istilah gerduwo atau demit. Sedangkan makna wikipedia arab, ghoul adalah semacam makhluk perusak dalam mitos dan cerita-cerita orang arab yang memiliki sifat buruk fisik, buas, berbentuk besar, dan menakutkan.
وَالثَّالِثُ - مِمَّا
تَدَعُ أَلَّا تُخَالِطَ الْأُمَرَاءَ وَالسَّلَاطِيْنَ وَلَا تَرَاهُمْ لِأَنَّ رُؤْيَتَهُمْ
وَمُجَالَسَتَهُمْ وَمُخَالَطَتَهُمْ أٓفَةٌ عَظِيْمَةٌ، وَلَوْ ابْتُلِيْتَ بِهَا
دَعْ عَنْكَ مَدْحَهُمْ وَثَنَاءَهُمْ لِأَنَّ اللّٰهَ تَعَالٰى يَغْضَبُ إِذَا مُدِحَ
الْفَاسِقُ وَالظَّالِمُ، وَمَنْ دَعَا لِطُوْلِ بَقَائِهِمْ فَقَدْ أَحَبَّ أَنْ يُعْصَى
اللّٰهُ فِيْ أَرْضِهِ
[Ketiga] Salah satu perkara yang harus kamu tinggalkan adalah kamu tidak bergaul dengan para pemimpin dan para penguasa, dan tidak melihat mereka, karena sesungguhnya melihat mereka, menemani mereka duduk, dan bergaul dengan mereka terdapat bahaya yang besar. Apabila kamu diuji berada dalam posisi bergaul dengan mereka, maka tinggalkan untuk memuji dan menyanjung mereka, karena sesungguhnya Allah Yang Maha Luhur murka ketika seorang yang fasiq dan dhalim dipuji. Dan barang siapa yang mendoakan agar tetapnya kekuasaan mereka dalam waktu lama maka ia lebih suka bermaksiat kepada Allah di bumi-Nya.
وَالرَّابِعُ - مِمَّا
تَدَعُ أَلَّا تَقْبَلَ شَيْئًا مِنْ عَطَاءِ الْأُمَرَاءِ وَهَدَايَاهُمْ وَإِنْ عَلِمْتَ
أَنَّهَا مِنْ الْحَلَالِ لِأَنَّ الطَّمَعَ مِنْهُمْ يُفْسِدُ الدِّيْنَ، لِأَنَّهُ
يَتَوَلَّدُ مِنْهُ الْمُدَاهَنَةُ وَمُرَاعَاةُ جَانِبِهِمْ وَالْمُوَافَقَةُ فِيْ
ظُلْمِهِمْ، وَهٰذَا كُلُّهُ فَسَادٌ فِى الدِّيْنِ، وَأَقَلُّ مَضَرَّتِهِ أَنَّكَ
إِذَا قَبِلْتَ عَطَايَاهُمْ وَانْتَفَعْتَ مِنْ دُنْيَاهُمْ أَحْبَبْتَهُمْ وَمَنْ
أَحَبَّ أَحَدًا يُحِبُّ طُوْلَ عُمُرِهِ وَبَقَائِهِ بِالضَّرُوْرَةِ وَفِيْ مَحَبَّةِ
بَقَاءِ الظَّالِمِ إِرَادَةٌ فِى الظُّلْمِ عَلٰى عِبَادِ اللّٰهِ تَعَالٰى وَإِرَادَةُ
خَرَابِ الْعَالَمِ، فَأَيُّ شَيْءٍ يَكُوْنُ أَضَرَّ مِنْ هَذَا لِلدِّيْنِ وَالْعَاقِبَةِ
؟ وَإِيَّاكَ إِيَّاكَ أَنْ يَخْدَعَكَ اِسْتِهْوَاءُ الشَّيَاطِيْنِ أَوْ قَوْلُ بَعْضِ
النَّاسِ لَكَ بِأَنَّ الْأَفْضَلَ وَالْأَوْلٰى أَنْ تَأْخُذَ الدِّيْنَارَ وَالدِّرْهَمَ
مِنْهُمْ وَتُفَرِّقَهُمَا بَيْنَ الْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِيْنِ فَإِنَّهُمْ يُنْفِقُوْنَ
فِى الْفِسْقِ وَالْمَعْصِيَةِ، وَإِنْفَاقُكَ عَلٰى ضُعَفَاءِ النَّاسِ خَيْرٌ مِنْ
إِنْفَاقِهِمْ، فَإِنَّ اللَّعِيْنَ قَدْ قَطَعَ أَعْنَاقَ كَثِيْرٍ مِنَ النَّاسِ
بِهٰذِهِ الْوَسْوَسَةِ، وَقَدْ ذَكَرْنَاهُ فِيْ إِحْيَاءِ الْعُلُوْمِ فَاطْلُبْهُ
ثَمَّةَ
[Keempat] Salah satu perkara yang harus kamu tinggalkan adalah kamu tidak menerima apapun dari pemberian para pemimpin dan hadiah mereka, meskipun kamu mengetahui bahwa pemberian itu dari perkara halal, karena sesungguhnya mengharap dari mereka dapat merusak agama. Karena sesungguhnya dari sifat tamak itu (mengharap pemberian para pemimpin) akan melahirkan penjilat, membela pihak mereka, dan setuju pada kedhaliman, semua ini akan menjadikan kerusakan di dalam agama. Kemadharatan yang paling kecil ketika kamu menerima pemberian mereka dan memperoleh manfaat dari (harta) dunia mereka adalah kamu akan mencintai mereka. Barang siapa yang mencintai seseorang maka ia pun akan menginginkan orang itu umurnya panjang dan tetap dalam kemadharatan (membahayakan). Sedangkan mencintai tetapnya kedhaliman ada sebuah keinginan dalam mendhalimi hamba-hamba Allah Yang Maha Luhur dan keinginan akan kehancuran alam. Manakah sesuatu yang lebih membahayakan daripada hal ini bagi agama dan akhir hayat ?. Maka takutlah takutlah apabila kamu sampai terbujuk oleh pemikat syetan atau ucapan sebagian manusia padamu bahwa "yang lebih utama dan yang lebih pantas adalah menerima dinar dan dirham dari para pemimpin dan membagi-bagikannya di antara orang-orang fakir dan miskin. Sesungguhnya mereka menginfakkan ke dalam kefasikan dan maksiat, sedangkan infakmu pada para kaum dhuafa' manusia lebih baik daripada infak mereka". Sesungguhnya syetan yang dilaknat itu telah memenggal leher banyak manusia dengan godaan (bisikan) ini. Aku telah menjelaskannya di dalam Kitab Ihya Ulumiddin, maka carilah di sana.
وَأَمَّا الْأَرْبَعَةُ
الَّتِيْ يَنْبَغِى لَكَ أَنْ تَفْعَلَهَا
Adapun empat perkara yang selayaknya kamu lakukan adalah :