Senin, 21 Desember 2020

Tubuh Dan Jiwa Sebagai Amanat

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Atabeg berkata : "Keagungan apakah yang telah membuat Maulana menghargaiku? Aku tidak pernah mengharapkan ini. Pikiran ini tidak pernah terlintas pada pikiranku, karena aku hanya layak untuk berdiri rendah hati, siang dan malam, di antara jajaran mereka yang siap melayaninya. Aku masih belum layak untuk penghargaan itu. Keagungan macam apakah ini?"

Guru menjawab : "Orang ini adalah salah satu dari kalian yang memiliki cita-cita mulia. Tidak peduli betapa tinggi derajat yang engkau capai, tidak peduli betapa penting dan terpuji apa-apa yang engkau perhatikan. Cita-citamu yang paling mulia, engkau menganggap dirimu tidak sempurna; tidak puas dengan dirimu dan berpikir masih memiliki jalan panjang untuk dilalui. Meskipun hati kita pernah melayani Tuhan, tetapi kita masih mengharapkan pengharapan resmi karena bentuk luar yang terpisah dari isi."

Seperti benda yang tanpa isi, dia tidak dapat dipengaruhi. Dia juga tidak dapat dipengaruhi tanpa bentuk. Seperti biji yang apabila engkau sebar tanpa kulitnya, biji itu tidak akan tumbuh. Tetapi apabila engkau menanamnya pada tanah bersamaan dengan kulitnya dia akan tumbuh menjadi pohon yang mengagumkan. Atas dasar ini, tubuh pun sama pentingnya secara prinsip. Karena tanpa itu tidak ada kerja yang mampu dipengaruhi, tidak pula tujuan akan tercapai. Demi Tuhan, mata orang-orang yang telah mengetahui makna hakiki dan dia menjadi makna hakiki, dia akan mengetahui bahwa hal yang paling penting adalah makna hakikat.

Di dalam hubungan inilah bisa dikatakan bahwa dua rakaat shalat akan lebih baik daripada dunia ini beserta seluruh isinya. Ini tidak berlaku pada setiap orang. Tetapi berlaku kepada orang-orang yang mempertimbangkan lebih serius kehilangan dua rakaat daripada kehilangan dunia ini beserta isinya. Orang yang merasa lebih berat kehilangan dua rakaat daripada kehilangan kepemilikan terhadap seluruh dunia.

Seorang darwis pergi ke hadapan seorang raja. Sang raja menghadap padanya lalu mulai berkata, "Wahai Zahid ...."

"Engkaulah yang zahid," dan darwis menyela.

"Bagimana mungkin aku menjadi seorang zahid?" tanya raja, "Sedang aku memiliki seluruh dunia."

"Tidak." Jawab sang darwis, "Engkau melihat itu dengan cara yang salah. Dunia dan dunia selanjutnya, bersama seluruh kerajaanmu, adalah milikku. Aku telah mengambil semua kepemilikan alam semesta. Engkau hanyalah isi kain dan lapnya.
Ke mana pun engkau berpaling, di sanalah wajah Tuhan

وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ ۚ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

"Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui".
(QS. Al-Baqarah:115)

Wajah itu sesungguhnya beredar, tidak terganggu, dan kekal, tidak pernah berhenti. Pencinta sejati mengorbankan dirinya sendiri kepada Wajah ini dan tidak mencari apa pun demi imbalan. Sebagian besar dari mereka bagaikan ternak; meskipun mereka bagaikan ternak, mereka pantas memperoleh kebaikan. Meskipun mereka berada di dalam kandang, mereka mampu diterima pemilik kandang. Apabila dia ingin, dia mampu memindahkan mereka dari kandang ini ke dalam kurungan pribadinya. Persis yang dilakukan-Nya pertama kali. 

Dia membawa manusia dari ketiadaan menjadi makhluk yang berada. Dan dari kurungan makhluk ke dalam kurungan mineral; dari kurungan mineral; ke dalam kurungan kebinatangan; dari kurungan kebinatangan ke dalam kurungan kemanusiaan; dan dari kemanusiaan; menjadi keadaan kemalaikatan, dan seterusnya tiada henti. 

Dia membuat semua itu mewujud karena Dia memiliki begitu banyak "kurungan" yang masing-masing lebih indah dari yang lainnya; dari keadaan ke keadaan, mereka telah menderita, maka, mengapa mereka tidak beriman? 

لَتَرْكَبُنَّ طَبَقًا عَنْ طَبَقٍ

sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan),

فَمَا لَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ

Mengapa mereka tidak mau beriman?

(QS. Al-Insyiqaq: 19-20). 

Dia membuat seluruh hal tersebut mewujud agar kalian tahu bahwa di sana terdapat keadaan lain yang menunggu di depan. Bukan yang akan engkau tolak dengan perkataan, "Ini demikian adanya." Seorang perajin ahli mempertunjukan keahlian dan kerajinannya adar orang lain mempercayainya untuk dapat mengerjakan kerajinan lainnya, yang masih belum dia kerjakan. Demikian pula, seorang raja diberkahi pakaian kebesaran dan memberikan anugerah agar kebaikan dan anugerah lainnya dapat diharapkan darinya, tidak agar orang berkata : "Ini demikian adanya. Raja tidak akan memberikan kebaikan lagi." Dan mengisi mereka dengan segala yang telah diberikan kepadanya. Apabila raja mengetahui apa yang akan dikatakan dan dipikirkan orang, dia tentu tidak akan pernah memberinya kebaikan sejak semula.

Seorang zuhud adalah seseorang yang melihat hari kemudian. Sedang seorang awam hanya melihat kandang di dunia ini. Dan para ahli mistik tidak melihat baik hari kemudian maupun "kandang" hari ini. Sejak pandangan mereka jatuh pada permulaan, mereka tahu akhir segalanya akan terjadi. Seperti seorang ahli yang menanam gandum, dia akan tahu bahwa gandum itu akan tumbuh. Dia mengetahui hasil sejak awal. Demikian pula dengan tanaman Gerst (Sejenis gandum) padi, dan seterusnya. Ketika sang ahli melihat permulaan sesuatu, meskipun pandangannya tidak pada akhir, dia mengetahui apa yang akan terjadi pada akhirnya. Orang seperti itu sangatlah jarang. Mereka yang dapat melihat sampai ke akhir sesuatu hanya sedikit, sedangkan mereka yang selalu berada di dalam kandang adalah binatang ternak.

Manusia memiliki pembimbing untuk setiap usaha kerasnya. Tidak ada satu pun yang mampu diusahakan sampai luka – kerinduan dan cinta pada satu hal – dibangunkan dalam diri manusisa. Tanpa luka dan rasa sakit, usaha keras seseorang tidak akan menjadi mudah. Tidak perduli itu urusan dunia ini, atau dunia lain, perdagangan, pengagungan, seperti ulama, astrologi atau hal lainnya. Maryam tidak pergi ke pohon yang diberkahi sampai dia mengalami kesakitan saat melahirkan, dan rasa sakit dari kelahiran bayi datang padanya di dekat ranting Pohon Kurma 

فَأَجَاءَهَا الْمَخَاضُ إِلَىٰ جِذْعِ النَّخْلَةِ قَالَتْ يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَٰذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَنْسِيًّا

Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan".
(QS.Maryam:23). 

Rasa sakit membawanya menuju pohon, dan pohon kering itu memberinya buah-buahan. Tubuh kita persis seperti Maryam, dan kita masing-masing menanggung seorang Isa. Apabila mengalami rasa sakit kelahiran, Isa kita akan lahir; tetapi apabila tidak ada rasa sakit, Isa kita akan kembali pada asal mulanya melali jalan yang tak tampak dari tempat dia datang. Dan dia akan tetap hilang.+

Jika berada dalam kemelaratan.
Dan tubuh berada dalam gelora.
Setan memakan sampai muntah.
Hingga Jamshid tidak memiliki makanan apa-apa.
Sembuhkan dirimu sendiri sekarang, sementara Isa-mu berada di bumi.
Karena ketika dia telah diangkat ke surga. Penyembuhmu harus berpisah.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;