بسم الله الرّحمن الرّحيم
Para pakar hadis zaman dahulu menganggap bahwa hikayat-hikayat yang menyentuh hati dianjurkan untuk disampaikan tengah-tengah atau di akhir pengajian hadis dalam rangka menghibur hati dan menyegarkan pikiran. Imam al-Hâfizh Abu Sa’ad as-Sam’ani, seorang pakar hadis, meriwayat kan dari al-Hâfizh at-Tsaib an-Nabil bahwa Sulaiman ibn Harb bercerita:
Saat kami bersama Hammad ibn Zaid, dia mengungkapkan beberapa hadis, kemudian dia berkata, "Hendaklah kalian mengambil bumbu-bumbu surga."Lantas dia menceritakan beberapa hikayat.Diriwayatkan dari Abu Hamid Ahmad ibn Mama al-Ashbahani, dia berkata:Saya mendengar al-Baraqiyy berkata, "Cerita ibarat biji-bijian yang diburu oleh hati."Diriwayatkan dari Abdurrahman keponakan al-Ashmu’i, dia berkata, "Saya mendengar paman saya bercerita:Ar-Rasyîd berkata kepada saya, "Seringlah menceritakan hikayat-hikayat ini karena ia bagaikan butiran-butiran mutiara; bisa jadi di antaranya ada sebutir mutiara yang tak ternilai."
Kata bumbu-bumbu surga yang diucapkan oleh Hammad ibn Zaid adalah kiasan dari hikayat-hikayat yang menyentuh hati; membuat pendengarnya merindukan kebaikan; sekaligus menghapus kejenuhan dan kebosanan jiwa. Termasuk di antaranya humor yang jenaka dan anekdot yang digemari serta kisah perjalanan hidup yang sarat teladan kesalehan dan agama.
0 komentar:
Posting Komentar