Senin, 25 April 2022 0 komentar

Etika terhadap Guru adalah Hak sekaligus Utang yang Harus Ditunaikan oleh Murid

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Imam Abu Khaththab Mahfuzh ibn Ahmad al-Kalwadzani al-Baghdadi (wafat 510 H), seorang tokoh besar mazhab Hanbali pada masanya, meng isyaratkan bahwa memuliakan guru ketika menyebut nama mereka adalah hak sekaligus utang yang harus ditunaikan oleh murid; apabila dilakukan secara berlebihan pun tak apa demi melunasi utang. Berikut ini untaian kata-katanya yang begitu indah: 

Aku ini orang tua, hakku harus ditunaikan oleh anak muda 
Jika namaku kausebut, lunasilah utang etika jangan tunda
0 komentar

Mengagungkan Allah dan Rasul-Nya ketika Meng-ingatnya

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Imam Nawawi menguraikan:

Seorang penulis hadis, apabila menulis kalimat Allah, dianjurkan melengkapi dengan: Azza wa Jalla; atau Ta’âla; atau Subhânahu wa Ta’âla; atau Tabâraka wa Ta’âla; atau Jalla Dzikruhu; atau Tabârakasmuhu; atau Jallat ‘Azhamatuhu dan sebagainya.”

Begitu juga ketika menulis Nabi Muhammad s.a.w, seorang penulis disunahkan melengkapi dengan: Shallallâhu 'alaihi wa Sallam, bukan sekedar simbol dan bukan hanya salah satunya (shalawat atau salam) saja. 

Ketika nama seorang sahabat Nabi s.a.w. disebut, kita dianjurkan men-doakannya dengan berucap: radhiyallâhu ‘anhu (semoga Allah meridainya). Apabila sahabat tersebut adalah anak dari seorang sahabat Nabi s.a.w. pula maka ucapannya menjadi: radhiyallâhu ‘anhumâ (semoga Allah meridai mereka berdua). 

Juga dianjurkan mendoakan seluruh ulama dan orang-orang pilihan agar diridai dan diampuni. Jika menuliskan nama mereka maka doa itu pun ditulis. Apabila pada sumber aslinya yang dinukil tidak tertulis lengkap, berarti bukan sebagai sebuah riwayat namun hanya bentuk doa. Setiap orang juga harus membaca doa tersebut, meski pada sumber asli yang di baca tidak tertulis lengkap. Jangan pernah jemu mengulangnya. 

Barangsiapa lupa maka kebaikan besar akan terhalang baginya dan ia menyia-nyiakan karunia yang besar.

Demikianlah uraian Imam Nawawi.

Imam Nawawi juga mengulas:

Dianjurkan mendoakan para sahabat dan para tabi’in serta generasi setelah mereka, yaitu para ulama, orang-orang saleh dan orang-orang pilihan agar diridai dan diampuni; yakni dengan mengucapkan Radhiyallâhu ‘Anhu atau Rahimahullâh, dan sebagainya. 

Sementara sebagian ulama berpendapat bahwa kalimat Radhiyallahu ‘Anhum khusus ditujukan untuk sahabat, sementara selain mereka dengan kalimat Rahimahullah saja, sehingga tidak sama seperti untuk sahabat. 

Mayoritas ulama menilai ucapan doa itu hukumnya sunah. Dalil-dalil nya terlalu banyak untuk dihitung; contohnya dalam surah al-Bayyinah:

Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut terhadap Tuhannya.” (QS. Al-Bayyinah: 6-8)

Ayat tersebut mengandung penyebutan orang-orang mukmin dari kalangan sahabat dan yang lainnya secara umum, kemudian mendoakan mereka agar diridai oleh Allah. 

Apabila sahabat yang disebut sebagai anak sahabat maka menyebutnya dengan–misalnya-Ibnu Umar Radhiyallûhu ‘Anhumâ, berkata... Begitu juga Ibnu Abbas, Ibnu Zubair, Ibnu Ja’far, Usamah ibn Zaid karena mencakup ayah-ayah mereka. 

Demikianlah ulasan Imam Nawawi.

Menyebut ulama yang kompeten dan orang-orang saleh dengan bentuk penghormatan dan penghargaan adalah bagian dari pengamalan ilmu dan bagian dari esensi ilmu. Tidak perlu bertele-tele atau berlebihan seperti anggapan sebagian kaum modern karena mengikuti kaum orientalis. Mereka memotong nama para tokoh penulis dengan semaunya dan mendistorsi seenaknya seakan-akan itu hanya sebagai simbolis saja. Reduksi yang tidak pada tempatnya ini bertentangan dengan sikap ulama salaf dan ber tentangan dengan fitrah yang berupa etika terhadap tokoh-tokoh besar, ulama dan orang-orang saleh sehingga menyebut nama mereka dengan rasa penghormatan akan menambah kecintaan dalam jiwa, menggugah rasa penghormatan di dalam hati, mengakui kedudukan mereka, menghidupkan sikap meneladani dan mengambil manfaat dari perbuatan dan perilaku mereka, sehingga membuat Allah s.w.t. rida dan membalas mereka melalui kita dengan kebaikan sempurna.

Seorang ulama rabbani dan intelektual islam, Syaikh Abu Hasan an-Nadawi, dalam pengantar bukunya, al-Lathîf al-‘Ujâb, berkata, “Imam (pemimpin agama) adalah orang yang haknya untuk dihargai dan diakui tidak pernah dipenuhi dengan sempurna.”

Ahmad ibn Irfan asy-Syahîd menguraikan:

Watak yang sehat dan emosi yang jernih akan membuat orang me ngenali keutamaan yang dimiliki oleh orang lain; mengakui kebaikan orang lain; berterima kasih atas jasa orang lain; membela negara dan umat; dan rela terbunuh demi membela kehormatannya, agamanya, dan akidahnya. 

Masyarakat yang fitrahnya tergugah dan wataknya membaik akan sadar untuk terus mengingat para pahlawan, sebagai pengakuan atas keberhasilan dan spirit bagi segenap anak bangsa untuk mengikuti jejak mereka; sehingga pahlawan tak dikenal pun mendapat perhatian besar di kalangan masyarakat Barat.

Orang-orang mukmin dan para pengikut rasul-rasul a.s. tentunya jauh lebih banyak memberikan pengakuan atas reputasi orang lain dan mensyukuri kebaikan orang lain daripada umat-umat lainnya. Allah s.w.t. menggambarkan orang-orang mukmin itu bisa mengenali kebaikan, mendoakan para pendahulu, mengakui kemajuan dan keutamaan orang lain. Dia berfirman:

Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hasyr: 10)

Sebaliknya, Allah s.w.t. menggambarkan orang-orang kafir dan para penghuni neraka sebagai manusia yang tidak tahu berterima kasih, suka melaknat yang akan datang dan yang telah lalu, dibenci oleh Allah, dan tidak Dia akui sebagai hamba-Nya. Allah s.w.t. mengatakan tentang mereka:

“Setiap suatu umat masuk (ke dalam neraka), dia mengutuk kawannya (yang menyesatkannya).” (QS. Al-A’râf:38)

Dibandingkan dengan umat lain, umat Islam memiliki keistimewaan berupa sifat lapang dada; mengakui kelebihan orang lain; bersikap moderat di tengah-tengah manusia; melestarikan warisan para pendahulu; dan sering mendoakan mereka agar dirahmati serta diampuni. Buku-buku biografi dan sejarah menjadi bukti atas hal ini.

Demikianlah uraian Ahmad ibn Irfan.

Saya mohon maaf bila ulasan ini terlalu panjang. Saya hanya ingin—di awal buku ini—Anda melihat orang-orang yang meniru dan mengikuti jejak kaum orientalis dalam menyebut ulama besar dan tokoh saleh; tanpa ada memberikan penghormatan, memuliakan ataupun memintakan ampunan bagi mereka. Seakan mereka hanya menyebut nama anak-anak mereka sendiri saja atau bersikap masa bodoh. 

Dunia tidak akan diterangi oleh pemikiran orang-orang seperti itu, ilmu mereka, kebaikan mereka dan penghambaan mereka. Hanyalah Allah Sang Pemberi Taufik.

Seorang ulama besar sekaligus ahli hadis, al-Hâfizh Aidrus ibn Umar al Habsyi al-‘Alawi al-Hadhrami9 (1237-1314 H) menjelaskan seputar keutamaan memperoleh ilmu dan belajar dari ulama-ulama besar. Dia berkata, "Salah seorang guru kami mengatakan:

Barangsiapa dikaruniai ilmu—maksudnya mengambil, menerima dan belajar dari para ulama besar—maka dia harus bersyukur dengan cara menyebut nama guru-gurunya dan menceritakan kelebihan mereka, menyebarluaskan manfaat mereka, serta mendoakan agar Allah meridai mereka karena itu merupakan salah satu hal terpenting. 

Sebab, guru memungkinkan muridnya meraih hal yang berbuah kebahagiaan abadi baginya; melebihi apa yang diberikan oleh orang tuanya; sehingga menghormati guru sama seperti menghormati orang tua, bahkan lebih. 

Hak guru tetap utuh, manfaatnya pun lestari di akhirat, kebajikannya adalah yang paling utama dan sempurna, hak-haknya adalah yang paling hebat dan agung. Karena itulah selayaknya guru dimuliakan dan dihormati, begitu pula segala hal yang dialamatkan kepadanya; juga hendaknya dia diperlakukan dengan etika yang digariskan oleh para ulama.

Imam Makki ibn Abi Thalib (wafat 437 H) al-Qairawani al-Andalusi, dalam pengantar kitabnya yang berjudul al-Kasyf 'an Wujûh al-Qirâ` ât as Sab,’ mengatakan:

Saya antusias menulis buku ini karena berhasrat mendapatkan pahala yang kekal dan berlimpah. Saya pun memohon kepada Allah agar penulisnya mendapatkan manfaat dari buku yang dikarangnya ini, begitu pula setiap orang yang mengutip ilmu darinya. 

Maka hendaklah setiap pemiliki sikap ksatria dan keberagamaan yang mengambil manfaat dari buku saya ini atau mengutip suatu ilmu darinya, berkenan mendoakan agar Allah merahmati dan mengampuni pengarangnya yang telah menguras otak dan fisiknya untuk menulis dan menyusunnya. 

Lagi pula, saya tidak mengetahui ada manfaat dari kesibukan dan kelelahan saya dalam menulis buku ini yang lebih besar daripada doa seorang pembaca agar Allah s.w.t. merahmati atau mengampuni saya, atau memberi saya kebaikan. Karenanya, semoga Allah s.w.t. juga merahmati orang tersebut karena telah mendoakan agar saya mendapat kebaikan, rahmat, dan ampunan. 

Saya juga ingin mengemukakan hal serupa. Semoga Allah membalas orang-orang yang bersedekah dan para dermawan.

0 komentar

Hak Orang-orang Saleh yang Harus Ditunaikan

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Dalam rangka menunaikan hak orang-orang yang saleh, biasanya saya mengharuskan diri saya sendiri untuk mengalamatkan ucapan dan peristiwa yang saya kutip kepada si empunya agar rahmat Allah turun dengan menyebut mereka. Saya juga biasa mengharuskan diri saya sendiri untuk mendoakan agar Allah merahmati dan meridai mereka karena begitu mulianya perjalanan hidup mereka dan begitu harumnya nama mereka.

Imam Abu Muhammad at-Tamimi al-Hanbali berkata, “Alangkah buruk nya kalian jika kalian mengambil manfaat dari kami sambil menyebut nama nama kami, namun tidak mendoakan agar Allah merahmati kami."

Abu Muhammad at-Tamimi adalah al-Imâm al-Mu’ammar Abu Muhammad Rizqullah ibn Abdil Wahhab ibn Abdil Aziz Al-Harits, keturunan Tamimi, dan berasal dari Baghdad. Dia lahir tahun 396 H dan wafat tahun 488 H. Dia adalah salah seorang tokoh mazhab Hanbali; termasuk seorang ulama ahli fikih yang saleh; pemberi nasihat yang cerdas lagi fasih.
0 komentar

Para Pakar Hadis Gemar Mengemukakan Hikayat Orang Saleh

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Para pakar hadis zaman dahulu menganggap bahwa hikayat-hikayat yang menyentuh hati dianjurkan untuk disampaikan tengah-tengah atau di akhir pengajian hadis dalam rangka menghibur hati dan menyegarkan pikiran. Imam al-Hâfizh Abu Sa’ad as-Sam’ani, seorang pakar hadis, meriwayat kan dari al-Hâfizh at-Tsaib an-Nabil bahwa Sulaiman ibn Harb bercerita:

Saat kami bersama Hammad ibn Zaid, dia mengungkapkan beberapa hadis, kemudian dia berkata, "Hendaklah kalian mengambil bumbu-bumbu surga." 

Lantas dia menceritakan beberapa hikayat. 

Diriwayatkan dari Abu Hamid Ahmad ibn Mama al-Ashbahani, dia berkata: 

Saya mendengar al-Baraqiyy berkata, "Cerita ibarat biji-bijian yang diburu oleh hati." 

Diriwayatkan dari Abdurrahman keponakan al-Ashmu’i, dia berkata, "Saya mendengar paman saya bercerita: 

Ar-Rasyîd berkata kepada saya, "Seringlah menceritakan hikayat-hikayat ini karena ia bagaikan butiran-butiran mutiara; bisa jadi di antaranya ada sebutir mutiara yang tak ternilai."

Kata bumbu-bumbu surga yang diucapkan oleh Hammad ibn Zaid adalah kiasan dari hikayat-hikayat yang menyentuh hati; membuat pendengarnya merindukan kebaikan; sekaligus menghapus kejenuhan dan kebosanan jiwa. Termasuk di antaranya humor yang jenaka dan anekdot yang digemari serta kisah perjalanan hidup yang sarat teladan kesalehan dan agama. 

0 komentar

Pengaruh Hikayat Orang-orang Saleh

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Imam al-Junaid mengatakan, “Cerita adalah salah satu pasukan dari sekian banyak pasukan Allah. Dengannya, Dia meneguhkan hati para wali-Nya.” 

Lantas sebuah pertanyaan dilontarkan kepadanya, “Mana dalilnya?” Dia menjawab, "Dalilnya adalah firman Allah s.w.t. dalam surah Hûd:

Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surah ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman”. (QS. Hûd: 120)

Imam Abu Hanifah mengatakan, “Cerita-cerita tentang para ulama dan keteladanan mereka lebih saya gemari daripada aneka ilmu fikih karena cerita-cerita itu memuat adab dan akhlak mereka.”

Dalil yang menguatkan hal ini adalah firman Allah:

Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah maka ikutilah petunjuk mereka. 
(QS. Al-An’âm: 90)

Dan firman-Nya:

Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang orang yang mempunyai akal. (QS. Yusuf: 111)

Muhammad ibn Yunus berkata, “Menurut saya, tidak ada yang lebih bermanfaat bagi hati daripada mengenang orang-orang saleh.” 

Malik ibn Dinar mengatakan, “Cerita-cerita adalah permata-permata surga.” Sementara yang lain mengatakan, "Perbanyaklah bercerita karena cerita-cerita itu bagaikan butiran-butiran mutiara; mungkin saja di antaranya terdapat sebutir mutiara yang amat berharga.” 

Sufyan ibn Uyainah berkata, “Ketika orang-orang saleh disebut, rahmat pun turun.” 

Imam al-Hâfizh Ibnu Shalah menuturkan: 

Kami diceritakan bahwa Abu Amr Ismail ibn Nujaid bertanya kepada Abu Ja’far ibn Hamdan an-Naisaburi. Dua-duanya adalah orang saleh. Abu Amr bertanya, "Bagaimanakah niat saya dalam menulis hadis?" Abu Ja’far balik bertanya, "Bukankah kalian meriwayatkan: 'Ketika orang-orang saleh disebut, rahmat pun turun.'?" 

"Benar," jawab Abu Amr. 

Abu Ja’far berkata, "Nah, Rasulullah s.a.w. adalah penghulu orang orang saleh.”
0 komentar

Risalah al-Mustarsyidin, Tuntunan Bagi Para Pencari Petunjuk

بسم الله الرّحمن الرّحيم


Pendahuluan

Risalah Al-Mustarsyidin

  • Jiwa yang Jernih Tidak Perlu Mengandalkan Guru dan Baiat
  • Pertanyaan Asy-Syathibi kepada Ibnu Abbad An-Nafzi tentang Guru Pendidik dan Guru Pengajar
  • Sering Melakukan Hal Mubah Akan Mengundang Perbuatan Makruh dan Haram
  • Contoh Wara'Orang Zaman Dahulu
  • Adanya Uang Halal di Tengah Merebaknya Uang Haram
  • Merebaknya Uang Haram Tidak Bisa Menghalangi Kita dari Jual Beli dan Makan Minum
  • Keutamaan Niat Baik dan Kehinaan Niat Buruk
  • Para Salaf Berniat Sebelum Berbuat
  • Pembagian Macam Lintasan Pikiran
  • Pendapat Ibnul Qayyim Tentang Lintasan PikiranKarakter
  • Mukmin Menurut Al-Hasan Al-Bashri
  • Para Syaikh Mengevaluasi Diri Sebelum Tidur
  • Allah Dekat dengan Orang yang Berdoa Secara Diam-diam
  • Semakin Besar Kesulitan, Semakin Dekat Jalan Keluarnya
  • Kisah Keluarnya Seorang Budak Wanita Kulit Hitam dari Kesulitan
  • Raja yang Membutuhkan Allah
  • Jawaban Ulama: “Saya Tidak Tahu,” adalah Kemuliaan baginya
  • Pernyataan “Saya Tidak Tahu” adalah Setengah dari Ilmu
  • Jika Anda Menjawab, “Saya Tidak Tahu,” maka Orang Lain pun akan Mengajari Anda sampai Anda Tahu
  • Al-QâdhiIyas dan Orang yang Menggunjing Saudara Seagamanya
  • Cara Ibnu Wahab Membuang Sifat Ghibah dengan Bersedekah
  • Ujian Bisa Berbentuk Kesenangan dan Kesusahan
  • Delapan Kondisi yang Dialami Seluruh Manusia
  • Sokongan bagi Manusia yang Diciptakan untuk Masuk Surga dan yang Masuk Neraka
  • Nikmat dan Sengsara adalah Tamu
  • Kesulitan adalah Kenikmatan yang Berdampak Positif
  • Musibah adalah Ujian untuk Mengujinya dan Memberinya Manfaat
  • Ridanya Akal Menerima Takdir adalah Ibadah Paling Sempurna
  • Barangsiapa Meninggalkan Hal yang Haram karena Allah Niscaya Dia Memberikan yang Halal Kepadanya
  • Kisah Menakjubkan tentang Meninggalkan yang Haram dan Mendapatkan yang Halal
  • Penghambaan Manusia Sesuai dengan Kedudukan Masing-masing
  • Diamnya Ahli Ibadah atau Orang Zahid terhadap Kemungkaran Mempercepat Datangnya Hukuman
  • Pengertian “Itulah Selemah-lemahnya Iman”
  • Kemiskinan yang Tercela dan Kemiskinan yang Terpuji
  • Lima Orang yang Mencapai Puncak Ibadah
  • Cara Merasakan Nikmatnya Iman pada Takdir
  • Barangsiapa Tidak Meyakini Takdir, Hidupnya Tidak Akan Bahagia
  • Jangan Jadikan Takdir Sebagai Alasan untuk Bermaksiat
  • Takdir Tidak Bisa Menjadi Alasan Pembenaran Maksiat
  • Lima Peristiwa Sebagai Bukti bahwa Takdir Tidak Terkalahkan
  • Orang yang Mengetahui Peristiwa JamâjimTidak Akan Bisa Tertawa Lagi
  • Kelebihan Seseorang Bisa Menyelamatkannya dari Kezaliman
  • Bunan Al-Hammal Hanya Diendus oleh Singa
  • Beberapa Hikmah yang Dipetik oleh Ar-Rafi’i dari Kisah Bunan Al-HammalAl-Manshûr
  • Abu Amir Batal Menghukum Mati Seseorang karena Keliru Menulis Perintah Tiga Kali Berturut-turut
  • Al-Hajjaj Membebaskan Amir ibn Hiththan setelah Menyuruh Algojo Memenggalnya
  • Prajurit yang Hendak Diselamatkan oleh Panglimanya tapi Malah Tewas
  • Seisi Dunia Gelap Gulita, Kecuali Majelis Para Ulama
  • Dampak Bergaul dengan Tokoh-tokoh Saleh
  • Proses Melekatnya Kebaikan pada Hati Berkat Bergaul dengan Orang Saleh
  • Duduk bersama Para Ulama dan Orang-orang Saleh untuk Mengambil Petunjuk dan Meniru Watak dan Kepribadian Mereka
  • Menghadiri Majelis Imam Ahmad untuk Belajar Akhlak dan Watak yang Baik
  • Mengikuti Majelis Abdullah ibn Mas'ud Satu Kali Lebih Berpengaruh daripada Beramal Satu Tahun
  • Satu kali Mengikuti Majlis Ubaidillah Lebih Disukai oleh Umar ibn Abdil Aziz daripada Dunia Seisinya
  • Pernyataan Amr ibn Ubaid: "Antara Aku dan Kebenaran Tidak Ada Per musuhan"
  • Pernyataan Ubaidillah Al-Anbari, "Aku Kembali kepada Kebenaran dan Aku Rela Dihina untuk Itu."
  • Manfaat-manfaat Zikir Memotivasi Orang untuk Berzikir
  • Zikir kepada Allah Mencakup Banyak Hal
  • Kekuatan dan Keberkahan Zikir Menurut Ibnu Taimiyah
  • Pernyataan Ibnu Taimiyah: “Zikir bagi Hati Bagaikan Air bagi Ikan”
  • Ibnu Taimiyah Menjadikan Zikir kepada Allah Sebagai Makanan
  • Beragam Zikir Rasulullah s.a.w.
  • Zikir yang Disyariatkan dan Zikir yang Dilarang
  • Imam Ahmad Menyalahkan Orang yang Melagukan Bacaan Al-Qur`an
  • Pernyataan Imam Asy-Syathibitentang Zikir yang Dilarang
  • Ibnu Hajar Menolak Zikir yang Dilarang
  • Penolakan Imam Malik terhadap Zikir yang Dilarang
  • Penolakan al-Qurthubi terhadap Zikir yang Dilarang
  • Penjelasan Imam Asy-Syathibi Mengenai Kemungkaran Zikir yang Dilarang
  • Waspada terhadap Zikir Menyebut Nama Allah dengan Cara yang Tidak Disyariatkan
  • Syair tentang Ciri Tasawuf yang Benar
  • Nasihat Umar r.a.
  • Tips Memberi Nasihat dari Al-Hasan An-Naji’
  • Nasihat Ibnul Jauzi kepada Khalifah al-Mustadhî` Billâh
  • Kriteria Orang yang Pantas Menyuruh atau Melarang Penguasa
  • Nasihat Al-Hasan Al-Bashri agar Bergaul dengan Orang-orang yang Suka Mengingatkan
  • Keutamaan dan Dampak Kejujuran
  • Sulitnya Menghindari Hal-hal yang Tidak Berguna
  • Imam Syafi'i Memuji Tindakan Meninggalkan Hal yang Tidak Berguna
  • Proses Menguatnya Kejujuran dan Kebohongan dalam Hati
  • Bohong yang Tercela dan Bohong yang Diperbolehkan
  • Pingsan akibat Membayangkan Siksa Akhirat
  •  Pingsannya Ar-Rabi'ibn Khutsaim
  • Ibnu Mubarak Tersentuh ketika Mendengar Berita tentang Akhirat
  • Ibnu Wahab Terkena Serangan Jantung Mendengar Berita tentang Akhirat
  • Kalian adalah Bahan Cerita Maka Perbaguslah Cerita tentang Kalian
  • Doa Orang yang Dizalimi Terkabul Meskipun Dia Kafir
  • Yahya Al-Barmaki Dipenjara akibat Doa Orang yang Dizalimi
  • Panah Doa Orang yang Dizalimi Sangat Mematikan
  • Dua Bait Syair yang Memuji Keadilan dan Mengecam Kezaliman
  • Hartaku Kusimpan di Sisi Tuhanku, dan Tuhanku Kusimpan untuk Anakku
  • Definisi Perdebatan
  • Perbedaan antara Mendebat dan Memahamkan
  • Perdebatan yang Dicela dalam Islam
  • 10 Etika Berdebat
  • Lalainya Manusia akibat Godaan Dunia
  • Dampak dan Keburukan Nafsu
  • Keterikatan Kaum Sufi dengan Al-Qur`an dan Sunnah
  • Kecaman Sebagian Kaum Sufi terhadap Ilmu Lahir Bisa Membatalkan Keislaman Mereka
  • Kapankah Kebatilan Mengalahkan Kebenaran?
  • Siapakah Orang yang Disuruh untuk Meminta Fatwa kepada Hatinya?
  • Barangsiapa Beribadah tanpa Dasar Ilmu, Kerusakan yang Dia timbulkan Lebih Besar daripada Perbaikan yang Dia Lakukan
  • Kisah Pemilik Bagal yang Selamat Dari Upaya Pembunuhan
  • Bersikap Wara'itu Susah Sekaligus Mudah
  • Ulama Salaf Banyak Melantunkan Syukur dan Pujian
  • Mereka Menanyakan Keadaan Seseorang Hanya Agar Orang itu Memuji Allah
  • Ibnu Umar Pergi ke Pasar Agar Ditanyai Kabarnya sehingga Dia Memuji Allah
  • Dampak Negatif Menyimpan Rasa Permusuhan dalam Hati
  • Kisah Salm ibn Qutaibah Yang Gagal Mengajukan Perkara ke Pengadilan
  • Hasil Baik Akan Diperoleh oleh Orang yang Gagal Bermusuhan atau Dendam
  • Biarlah Tuhan Membalas Dendam
  • Ketekunan Imam Ahmad di Depan Mata Pengadilan dan Penyiksaan
  • Dorongan untuk Imam Ahmad Tetap Keras Kepala Saat Disiksa Berasal dari Pencopet Pendamping Bernama Abu Haitsam
  • Buah Kesalehan
  • Imam Bukhari Menjaga Masjid dari Kotoran
  • Tekad Abu Daud untuk Mengikuti Sunnah Nabi Muhammad SAW
  • Ibnu Taimiyyah's Sabar dan Terbuka Keajaiban Penjara
  • Panggilan Abu Wafa ibn Uqail untuk Mengorbankan Jiwato Allah
  • Syuqran al-Qairawani's Nasihat untuk Dzun Nun Al-Mishri
  • Kebajikan dan Manfaat Dekat dengan Adil, Ulama, dan Taat
  • Puisi tentang Bergaul dengan Adil dan Adil
  • Intisari Sufisme Meninggalkan Hal-hal yang Tidak Berguna
  • Untuk mengetahui legalitas harta benda, ketahui hukum agama sebelum bekerja
  • Contoh Wara 'dari Abu Hanifah
  • Contoh Wara' dari Ibn Abdurrahim Al -Maqdisi
  • Bait Syair Nan Indah tentang Mencari Petunjuk Agama Sebelum Menggunakan Akal
  • Akal Senantiasa Membutuhkan Agama
  • Umur Terlalu Singkat dan Hidup pun Segera Lenyap
  • Atha` ibn Abi Rabah Sangat Berhati-hati untuk Tidak Berlebihan dalam Bicara
  • Memenuhi Kebutuhan Jasmani Secukupnya
  • Berbagai Bentuk Sikap Berlebihan
  • Tobatnya Fudhail ibn Iyadh Si Mantan Perampok dan Penyamun
  • Beruntunglah orang yang Mati ketika Dosanya Juga Mati Seperti Dirinya
  • Melarikan Diri dari Allah Menuju Allah
  • Orang yang Diam Saja Tanpa Menyatakan Kebenaran Bagaikan Setan Bisu
  • Setan Mempercantik Wanita Nonmahram untuk Merayu Pria
  • Perzinahan Hindun binti Khuss dengan Budaknya karena selalu dekat
  • Pengharaman Mendengarkan Alat Musik dan Segala Hal yang Mencelakakan.
  • Thawus Ibn Kaisan Al-Yamani, Keberkahan bagi penduduk Yaman
  • Waspadai kisah palsu tentang thawus dan Al-Manshur
  • Keteladanan Kaum Salaf dalam Menjaga Jarak dari Ahli Bid'ah
  • Enam Sosok Teladan dalam Mengevaluasi Diri
  • Apakah Jamaah yang Kita Harus Berada di Dalamnya?
  • Definisi Syubhat, Pengaruhnya Terhadap Hati, dan Larangan Memperturutkan Hati untuk Melakukannya
  • Meskipun Para Sahabat Bercanda Sambil Melemparkan Biji Semangka, Namun Mereka Tetap Tokoh Mumpuni
  • Tamu Datang Membawa Rezki
  • Mengapa Redaksi Perintah Shalat: "Dirikanlah Shalat"?
  • Bertetangga dengan Baik adalah Sifat Orang Islam
  • Landasan Setiap Amal
  • Buhlul Al-Qairawani Cemas Kalau-kalau Berbuat Bid'ah
  • Perbedaan antara Mudah Bergaul (Mudarah) dan Mencari Muka (Mudahanah)
  • Kerendahan Hati Murid Terhadap Guru di Kalangan Salaf
  • Etika Abu Hanifah Terhadap Gurunya dan Etika Abu Yusuf Terhadap Abu Hanifah
  • Etika Imam Ahmad Terhadap Gurunya, Imam Syafi'i
  • Agungnya Hak Seorang Guru
  • Cara Membalas Pemberian
  • Etika Dalam Mengalamatkan Sesuatu Kepada Allah
  • Para Ulama Selalu Menjaga Waktu
  • Cara Al-Khatib Al-Baghdadi Menggunakan Waktu
  • Abu Wafa' Ibn Uqail Al-Hanbali, Penjaga Waktu yang Luar Biasa
  • Ilmu Bagaikan Air Bah yang Berhimpun dari Satu Titik ke Titik Lain
  • Ibnul Jauzi, Imam dalam Hal Menjaga Waktu
  • Sabda Rasulullah SAW kepada Hazhalah
  • Memenuhi Hak Para Malaikat Pengawas
  • Dua Bait Syair tentang Pengawasan Malaikat
  • Sikap Ubaid Ibn Umar Mengubah Wanita Penggoda nan Jelita Menjadi Wanita Ahli Ibadah
  • Wanita Cabul Asal Samarkand Meminta Doa kepada Buhlul Al-Qairawani agar Selalu Bertobat
  • Dua Contoh dari Salaf dalam Menyembunyikan Amal
  • Perbedaan antara 'Azm dan Hazm
  • Kealiman Buhlul Al-Qairawani
  • Uzlah yang Terpuji
  • Uzlahnya Ibnul Jauzi
  • Dampak Mengonsumsi Makanan Halal
  • Pesan Istri Salaf Kepada Suaminya
  • Maksiat Berbau Busuk, Ketaatan Beraroma Harum
  • Abu Hanifah Beristighfar atau Mendirikan Shalat Agar Diberikan Jalan Keluar dari Kesulitan
  • Kebaikan Membawa Cahaya Sedangkan Keburukan Membawa Gulita
  • Penjelasan Ibnul Qayyim Tentang Balasan Meninggalkan atau Melakukan Dosa
  • Dosa Berdampak Malapetaka dan Bencana
  • Dosa Berakibat Hujan Tak Kunjung Turun
  • Nasihat Ibnul Jauzi agar Waspada Terhadap Dosa
  • Orang Yang Terus-menerus Berbuat Dosa Tak Berbeda dengan Binatang
  • Siapakah Orang yang Hidupnya Lebih Nyaman daripada Raja?
  • Kisah Penguasa yang Didengki sehingga Nyawanya Selalu Terancam
  • Takwa adalah Watak yang Paling Mulia
  • Sikap Lapang Dada Menyebabkan Orang Masuk Surga
  • Hina di Dunia Lebih Baik daripada Hina di Akhirat
  • Salah satu Hal yang Melindungimu adalah ketidakpunyaanmu
  • Menuntut Ilmu lebih Afdal daripada Ibadah Sunah
  • Imam Ahmad Tidak Mendirikan Shalat Sunah karena Hendak Belajar bersama Abu Zur'ah
  • Imam Ibnu Wahab Tidak Beribadah Sunah karena Hendak Mengajar
  • Doa Muhammad Ibn Wasi' Al-Bashri ketika Seseorang Mengungkapkan Cinta Kepadanya
  • Kedermawanan Buhlul Si Fakih kepada Sipir Penjaranya
  • Alasan Penaklukan Amoria
  • Dua Contoh Pengagungan terhadap Allah
  • Shalat itu Ditunggu Bukan Menunggu
  • Tangisan Yazid Ibn Martsad karena Takut terhadap Allah

Lampiran I: Biografi Penulis

  • Silsilah Keturunan, Tanggal Lahir dan Wafatnya
  • Hadis yang Dia Riwayatkan dan Orang yang Meriwayatkan darinya
  • Ibadah, Keilmuan, Ketokohan dan Karyanya
  • Penghargaan Ulama Besar terhadap Al-Muhasibi
  • Metode Penulisan Al-Muhasibi tentang Jiwa
  • Kritikan Beberapa Ahli Hadis terhadap Karya Al-Muhasibi
  • Dua Macam Bid'ah Menurut Imam Syafi'
  • Alasan Lain Abu Zur'ah dan Imam Ahmad Melarang Mengikuti Jejak Al MuhaSibi
  • Sanjungan Imam Ibnu Taimiyah dan Selainnya kepada Al-Muhasibi
  • Alasan Lain Imam Ahmad Menolak Al-MuhaSibi
  • Imam Ahmad Mengkritik Al-Muhasibikarena Memasuki Ranah Ilmu Kalam
  • Nasihat Tajuddin ibn as-Subki untuk Selalu Beretika terhadap Ulama Pendahulu
  • Kebenaran TaSaWuf Al-MuhaSibi-398
  • Penghargaan Beberapa Ulama Terhadap Al-Muhasibi dan Buku-buku Karangannya
  • Keindahan dan Kelugasan Bahasa Al-Muhasibi
  • Kepribadian Al-Muhasibi
  • Pemikiran Al-MuhaSibi
  • Karangan Al-Muhasibi

Lampiran II: Resensi Buku Cetakan Pertama

  • Tasawuf Murni yang Benar
  • Tasawuf yang Dibuat-buat dan Menyimpang
  • Tasawuf Palsu

Lampiran III: Pengakuan Imam Asy-Syathibi Bahwa Kaum Sufi Sejati Benar-Benar Mengikuti Sunah, Bukan Pembuat Bid'ah; dan Bahwa Membahas Tasawuf Bukanlah Bid'ah

Lampiran IV: Komentar Pelengkap

  • Dasar Hukum Zikir dengan Suara Nyaring, Baik Sendirian Maupun Berjamaah

Lampiran V: Fatwa Tentang Bolehnya Shalat Sunah Secara Berjamaah Menurut Mazhab Syafi'i dan Hanbali

Setiap hari ada saja orang mengumumkan, “Si A meninggal dunia, si B meninggal dunia.” Suatu saat pastilah ada orang mengumumkan, “Umar meninggal dunia.” — Umar ibn Khaththab r.a.
Kita mati dan hidup setiap malam serta pagi pasti suatu hari 'kan mati tanpa hidup lagi Kita di dunia bak tumpangi kapal layar persegi rasa diam di tempat, padahal zaman antar pergi

 

Senin, 18 April 2022 0 komentar

18 April 2022

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Syeikh Abdul Aziz Ad-Darani (Kitab Thaharatul Qulub)
Ada 4 macam orang mukallaf yaitu sebagai berikut
  1. Orang-orang yang diciptakan Allah SWT untuk melayaniNya dan masuk surga
  2. Orang-orang yang diciptakan Allah SWT untuk masuk surgaNya.
  3. Orang-orang yang diciptakan Allah SWT tidak untuk melayaniNya dan tidak untuk masuk surgaNya.
  4. Orang-orang yang diciptakan Allah SWT untuk melayaninya tetapi tidak untuk surgaNya.
Perbedaan manusia dalam masuk surga, kebanyakan orang awam akan masuk surga karena ingin kenikmatannya dan takut akan siksanya, sedangkan mahluk yang masuk surga tapi tidak bisa menikmatinya itu seperti halnya malaikat. Mereka hanyalah pelayan-pelayan di surga pemberi kenikmatan. Sedangkan orang khusus mereka masuk surga disebabkan karena ingin berkumpul dengan Baginda Nabi Muhammad SAW.

Abu Sulaimana berkata: Aku mendapatkan riwayat bahwasanya bernafasnya orang fakir tanpa syahwat setara dengan 2000 tahun ibadahnya orang kaya.

Syahwat adalah sebuah hawa nafsu, bagaimana manusia mengatur nafas tanpa hawa nafsu padahal dalam beribadah pun manusia tidak lepas dari perihal hawa nafsu. Dengan syahwat itulah yang akan merusak amal ibadah seseorang. Maka orang fakir yang dijalan Allah ini adalah manusia yang benar-benar menuju kepada Allah dan tidak lagi memandang harta dunia, bukan fakir yang dijalan-jalan yang pengangguran.

Keyakinan itu berbeda dengan spekulasi, orang menentukan sesuatu atas keyakinan karena dia mengetahui betul apa yang menjadi pilihannya, baik beramal dan beribadah. Namun orang yang spekulasi dia tidak mengetahui apa yang menjadi pilihannya namun dia berharap jika itu menjadi baik, dan bersiap jika tidak baik. Maka inilah iman penjudi.


Jumat, 15 April 2022 0 komentar

15 April 2022

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Qs. Fatir:1
Rasulullah SAW pada ayat ini ditunjukkan oleh Allah SWT bagaimana bentuk malaikat, sifatnya, dan pujiannya karena melihatnya. Maka orang yang melihat keindahan itu pasti memujinya, mana mungkin orang dapat memuji apabila tidak melihat atau menyaksikan apa yang disaksikannya.

Dan dijadikan malaikat itu untuk mengurus berbagai macam urusan, bahkan sampai hal terkecil dan detail pun Allah perintahkan Malaikat untuk mengurusinya.

Qs. Fatir:2
Apabila Allah menghendaki kebaikan pada seseorang tidak ada seorangpun yang mampu menghinanya, begitupun sebaliknya apabila tidak Allah kehendaki kebaikan kepada seseorang maka apapun yang dikerjakannya pasti tidak akan baik.

Maka perihal tersebut adalah bentuk rahmat, maka orang yang tidak mendapatkan rahmat itu memang tidak pantas mendapatkannya.

Qs. Fatir:3
Orang akan tahu sesuatu kenikmatan itu apabila merasakan kesusahan, orang akan tahu betapa nikmatnya makan saat pernah kelaparan. Apabila manusia tidak pernah merasakan perihal lapar, bahkan cenderung nikmat dan berlebihan pasti dia tidak akan merasakan kenikmatannya.

Hakikat nikmat itu bukanlah rasa, maka hakikat rasa menurut orang Tauhid ialah dia tahu pemberian itu dari Tuhannya, dan dia merasakan betapa tidak pantasnnya namun diberikan kepadanya yang tidak bisa dirasakan oleh orang lain.

Yang bisa merasakan nikmat itu adalah orang yang jauh dari nikmat. Orang bisa merasakan pedihnya lapar saat dia tidak bisa makan dan melihat orang lain sedang makan.

Qs.Fatir: 4
Sudah banyak manusia ingkar dari jaman Rasulullah SAW apalagi hari ini. Berapa triliun manusia yang dari dulu sampai kini menderita di dalam kuburnya.

Qs. Fatir: 5
Ketahuilah rahmat itu dari Allah, maka janganlah bangga dengan kehidupanmu, jangan bangga akan apa yang kamu miliki. Dan rahmat itu diberikan kepada hanya orang yang berbuat baik.

Maka saat manusia diperdaya dengan dunia sejatinya dia telah ditipu oleh setan, sehingga tidak percaya lagi kepada janji-janji Allah. Bahkan sekalipun orang dermawan dan bakhil tidak bisa ditentukan dari seberapa besar pemberiannya. Tapi dilihat sebagaimana dia yakin akan janji-janji Allah. 

Qs. Fatir: 6
Maka orang yang senang hasud, dengki dia telah masuk kedalam golongan setan. 

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Hati terdalam hamba yang sholeh adalah keindahan dengan keharuman urusan Allah SWT. Hati mereka bersinar dengan mengagungkannya, dan karena kebesarannya. Sedangkan hati orang yang meremehkan menjadi putus sebab kerugian yang diteguk, menyesali masa lalu yang disia-siakan dan kepedihannya berlipat ganda saat didebat tentang ketergelincirannya yang buruk. 

Betapa ruginya orang yang telah memikul amanah lalu saat catatan amalnya dibuka ternyata mengkhianatinya. Maha Suci Allah yang mementukan dan membagi, memastikan dan menghukumi, menciptakan cahaya dan kegelapan, dan menjadikan taubat para hambanya adalah penyesalan, serta mengetahui yang sudah dan akan ada.

Manusia itu ada yang yakin, ragu-ragu, dan tidak yakin. Kalau orang yakin pasti tidak akan ada pertimbangan dan teori dalam memutuskan, dan langsung melaksanakan atas apa yang telah diyakini. Sedangkan orang yang ragu-ragu itu banyak pertimbangan dalam melakukan setiap hal. Dan yang terakhir adalah orang yang tidak yakin, orang yang seperti ini tidak perlu diberikan nasehat.

Orang yang menerima uang warisan itu adalah orang yang sangat kekurangan, dan perihal itu disebabkan karena banyaknya dosa-dosa. Dan setiap harinya hanya menghimpun dosa-dosanya. Tanpa disadari oleh pelakunya mau beramal sholeh dia mengalami kesusahan.



Wahai Tuhanku sungguh perbuatan dhalim yang kami lakukan merata, lautan kelalaian dihati kami sudah meluap, kelemahan telah menyeluruh, kepungan dosa telah terjadi, menyerahkan diri itu lebih menyelamatkan kami, karena Engkau (Allah SWT) lebih mengetahui kondisi kami.

Wahai Tuhanku kami bermaksiat kepadamu bukan karena kami tidak mengetahui siksamu, bukan pula karena ingin mendekati siksamu, dan bukan karena meremehkan derajatmu. Tetapi nafsu kami menguasai diri ini, kesengsaraan kami menolong nafsu itu lalu kami tertipu oleh tutupan aib yang Engkau lakukan. 

Banyak manusia menyesal akan dosa-dosanya tetapi tidak melakukan perbuatan, bahkan tidak ada amal solehnya kepada Allah, lalu ditambahkan lagi tidak ada kepeduliannya dengan orang sekitarnya.



Ada 6 Hal yang bila mendekati dosa kecil ia akan menjadi dosa besar, dan jika 6 hal itu ada pada dosa besar maka ia akan semakin besar dan meningkat:
  1. Ishrar (Terus menerus)
  2. Menganggap remeh sebuah dosa
  3. Bahagia dengan dosa, karena sesungguhnya hati hamba menjadi hitam sesuai dengan kebahagiaan atas dosa yang dilakukan.
  4. Meremehkan nikmat Allah SWT, yaitu nikmat yang berupa tidak diketahuinya, perbuatan dosa yang ditutupi oleh Allah SWT, dan kesabarannya untuk menunda balasan atasnya, juga tidak menyegerakan siksanya.
  5. Menampakkan dosa, maksudnya dengan melakukan maksiat secara terang-terangan, dan menceritakannya lalu berbangga diri karena telah melakukannya
  6. Pelaku dosa itu adalah alim yang telah dihormati.\


Seandainya seorang lelaki melakukan ibadah seperti ibadahnya 70 Nabi maka pada hari kiamat ia akan terhitung sedikit, hal ini karena kegentingan yang ia lihat pada hari itu. 

Nabi SAW bersabda: Sesungguhnya diantar orang mukmin ada orang yang diberi catatan amalnya tertutup setelah melewati jembatan shirath. Dalam catatan amal itu disebutkan 'engkau melakukan ini dan ini, sesungguhnya Aku (Allah) malu menampakkannya kepadamu, berangkatlah sungguh Aku telah mengampunimu' Maha Suci Dia yang malu terhadap hamba yang bermaksiat kepadaNya. Ini tiada lain adalah wujud kedermawanan yang murni.

Minggu, 10 April 2022 0 komentar

Gallery Foto Habib Hasan bin Hafidz bin Syeikh Abu Bakar bin Salim

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Habib Hasan bin Hafidz bin Syeikh Abu Bakar bin Salim


 
;