Kamis, 22 Agustus 2024

Nasehat Kedua: Bagaimana Sepatutnya Kita Menerima Nasihat

بسم الله الرّحمن الرّحيم

أَيُّهَا الْوَلَدُ، النَّصِيْحَةُ سَهْلَةٌ وَالْمُشْكِلُ قُبُوْلُهَا لِأَنَّهَا فِيْ مَذَاقِ مُتَّبِعِى الْهَوَى مُرَّةٌ، إِذِ الْمَنَاهِى مَحْبُوْبَةٌ فِيْ قُلُوْبِهِمْ وَعَلَى الْخُصُوْصِ لِمَنْ كَانَ طَالَبَ الْعِلْمِ الرَّسْمِى وَمُشْتَغِلًا فِيْ فَضْلِ النَّفْسِ وَمَنَاقِبِ الدُّنْيَا فَإِنَّهُ يَحْسَبُ أَنَّ الْعِلْمَ الْمُجَرَّدَ لَهُ سَيَكُوْنُ نَجَاتُهُ وَخَلَاصُهُ فِيْهِ وَأَنَّهُ مُسْتَغْنٍ عَنِ الْعَمَلِ، وَهٰذَا إِعْتِقَادُ الْفَلَاسِفَةِ  سُبْحَانَ اللّٰهِ الْعَظِيْمِ، لَا يَعْلَمُ هٰذَا هٰذَا الْمَغْرُوْرُ أَنَّهُ حِيْنَ حَصَلَ الْعِلْمَ إِذَا لَمْ يَعْمَلْ بِهِ تَكُوْنُ الْحُجَّةُ عَلَيْهِ آكَدَ، كَمَا قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَالِمٌ لَا يَنْفَعُهُ اللّٰهُ بِعِلْمِهِ

Wahai anakku, nasehat itu mudah tetapi berat untuk menerimanya karena sesungguhnya nasehat dalam rasa orang-orang yang menuruti hawa nafsu terasa pahit, sebab larang-larangan lebih dicintai di dalam hati mereka, terkhusus bagi orang yang menuntut ilmu formal, orang yang tersibukkan dengan keutamaan diri dan prestasi dunia. Dia mengira bahwa ilmu saja akan dapat menjadi penyelamat dan penolongnya dan ia tidak perlu untuk mengamalkannya. Ini adalah keyakinan orang-orang filsafat, Maha Suci Allah Yang Maha Agung. Orang yang tertipu ini tidak mengetahui bahwa ketika dia menghasilkan ilmu, ketika ia tidak mengamalkan ilmunya, maka ada ladasan (dalil) yang menguatkan terhadapnya, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, "Siksa paling berat manusia di hari kiamat adalah orang alim yang mana Allah tidak menjadikannya bermanfaat dalam ilmunya".

وَرُوِيَ أَنَّ الْجُنَيْدَ قَدَّسَ اللّٰهُ سِرَّهُ رُؤِيَ فِى الْمَنَامِ بَعْدَ مَوْتِهِ فَقِيْلَ لَهُ : مَا الْخَبَرُ يَا أَبَا الْقَاسِمِ ؟ قَالَ : طَاحَتْ تِلْكَ الْعِبَارَاتُ وَفَنِيَتْ تِلْكَ الْإِشَارَاتُ وَمَا نَفَعَنَا إِلَّا رَكَيْعَاتٌ رَكَعْنَاهَا فِيْ جَوْفِ اللَّيْلِ

Dan diriwayatkan, sesungguhnya Imam Junaid, semoga Allah menyucikan sirr-nya, dimimpikan setelah beliau wafat. Lalu beliau ditanya, "Bagaimana kabarmu, wahai Abu Qasim ?". Beliau menjawab, "Telah rusak ibarat-ibarat itu, telah binasa isyarat-isyarat itu, dan tidaklah bermanfaat bagi kami kecuali rakaat-rakaat kecil yang mana kami melakukannya di pertengahan malam".

0 komentar:

Posting Komentar

 
;