Jumat, 29 Oktober 2021 0 komentar

29 Oktober 2021

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Qs. Sajadah: 6

Bab Maksiat (Risalah Al-Amin)

Jangan engkau menjadikan maksiat sebagai tempat tinggal, jangan menjadikan dunia dan cinta kepadanya sebagai berhala, tinggalkanlah hawa nafsu, dan mohonlah pertolongan kepada Allah karena Dialah sebaik-baik pelindung dan penolong.

Semua rujukan petunjuk itu adalah ilmu, tanpa ilmu tak akan mampu kamu mengendalikan diri dan hawa nafsu, tanpa ilmu kamu tidak akan pernah mendapatkan petunjuk.

Hakikat ilmu itu adalah untuk dapat memisahkan mana yang baik dan mana yang buruk, tanpa adanya ilmu suatu saat pasti akan tersandung, sakit, menderita, karena ilmu adalah benteng dari semua perbuatan.

Mengenal diri itu lebih baik daripada kamu mengenal dan memiliki ribuan teman, maka kuatkanlah bagaimana cara mengenal diri.

Bab Aniaya (Risalah Al-Amin)

Kerahkanlah rohmu untuk apa yang kamu sukai, dan kerahkan jiwamu pada apa yang engkau benci.

Bab Hukuman-Hukuman

Hukuman itu ada 4 macam: Hukuman siksa, hukuman menutup, hukuman menahan, dan hukuman membinasakan. 

Hukum siksa karena melakukan keharaman. Hukuman menutup karena adab yang buruk, hukuman menahan karena kencenderungan hati pada selainNya, hukuman membinasakan berasal dari sikap terburu-buru meminta ganjaran dan khawatir.


Senin, 25 Oktober 2021 0 komentar

25 Oktober 2021

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Orang yang gelisah tidak akan bersabar, orang yang memaksakan diri tidak akan selamat, orang yang meminta tidak akan pernah ridha, orang yang berpaling tidak akan memasrahkan diri kepada Allah, orang yang memohon tidak bertawakal.

Tanda-tanda penyerahan diri kepada Allah adalah tidak goyah hatinya ketika tertimpa musibah. 

Dua dosa yang jarang sekali keduanya berubah kebaikan, yaitu benci terhadap ketetapan Allah dan berbuat dhalim terhadap hamba-hamba Allah. Sementara ada dua kebaikan yang jarang sekali terancam (dihapus pahalanya) oleh kebanyakan dosa, yaitu ridha dengan ketetapan Allah dan memaafkan kesalahan hamba-hamba Allah.

Setiap ketakutan yang membuatmu kembali kepada kepada Allah adalah keridhaan sehingga orang yang memiliki ketakutan adalah orang yang terpuji. Ketakutan yang yang selain kepada Allah adalah kehinaan.

Jumat, 22 Oktober 2021 0 komentar

22 Oktober 2021

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Tafsir Qs.Luqman: 34

Ayat ini berkaitan dengan peristiwa hari kiamat, dan hari kiamat ini tidak ada yang mengetahui pasti kapan terjadinya, dan hanya Allah yang mengetahui dan apa-apa yang ada didalam rahim seorang ibu, mulai nasibnya, takdirnya, rejekinya, matinya, dan tidak satupun yang mengetahui kapan dia akan mati dan dikuburukan dimana.

Semua ilmu itu berada di tangan Allah, baik yang tersembunyi maupun terang-terangan, andaikata manusia mengetahui yang ghaib sesungguhnya itu hanyalah sedikit. Maka janganlah kita mendahului kehendak Allah, dan orang yang mengetahui itu disebabkan oleh rahmatNya bukan karena ibadah kita.

Apabila manusia dikehendaki oleh Allah SWT dia diberikan waktu dan kesempatan untuk mengenal Allah, sedangkan sebaliknya mereka yang tidak dikehendaki waktunya habis untuk urusan yang sia-sia walaupun dia memiliki rumah didepan majelis sekalipun belum tentu dia akan hadir majelis itu.

Manusia yang tidak mengetahui kemurahan Allah SWT, dia tidak akan tahu bahwa kemurahan Allah sesungguhnya itu adalah ketaqwaan bukan uang, sampai dia lupa apa yang menjadi kepentingan dan hajatnya saking sibuknya dengan Allah. Manusia yang sibuk dengan Allah dia tidak akan sempat memikirkan kebutuhan yang lainnya, namun dia sibuk bagaimana memikirkan bekal untuk mati, sehingga Allah pun memikirkan akan kebutuhan dan kecukupannya.

Rezeki itu memiliki 2 jenis, yaitu rezeki hisiyah dan maknawiyah, maka beruntunglah orang yang mendapatkan keduanya, dia mendapatkan rezeki yang selamat dunia dan akhirat, namun manusia terkadang mendapatkan salah satunya dan membahayakan salah satunya, terkadang mendapatkan dunianya namun membahayakan akhiratnya, mendapatkan rezeki akhiratnya namun dunianya terlantar, maka bagaimana untuk mendapatkan keduanya yaitu dengan cara menuntut ilmu mengenal Allah SWT.

Dengan ilmu mengenal Allah manusia akan mendapatkan petunjuk, sehingga apapun yang menjadi urusannya menjadi mudah, sekalipun rumahnya jauh ke majelis, Allah jadikan dekat, sedangkan sebaliknya rumah didepan majelis bisa jadi jauh untuk hadir ke majelis.

Manusia tidak akan siap menghadapi musibah kematian, dia tidak akan tahu kapan dan dimana dia akan mati, namun apabila dia penuntut ilmu dia termasuk orang yang mati syahid dan mendapatkan jaminan dari Allah. Maka orang yang berilmu ini niscaya akan dapat menyelamatkan, apabila seorang suami istri salah satunya bekerja dan salah satunya bekerja maka yang menuntut ilmu ini dapat memenuhi dan menyelamatkan pasangannya, begitu juga sebuah keluarga, salah satu keluarga ada yang mengaji dia seolah membawa sebuah lampu, dan ketika pulang kepada keluarganya dia menerangi seisi rumah dengan lampu yang dibawanya.

Penuntut ilmu itu haruslah letih, barangsiapa yang letih didunia maka dia akan bersantai di akhirat, barangsiapa yang santai di dunia dia akan letih kelak di akhirat. Semoga kita semua di akhirkan dengan Khusnul Khotimah.

Qs. As-Sajadah : 1
Ayat mutasabihat, dimana ayat ini hanya Allah yang mengetahui maknanya, dan tidak boleh di tafsirkan, karena niscaya pasti tidak tepat dan salah dalam penafsirannya, ayat ini juga untuk melawan ahli-ahli syair pada masanya yang berusaha mencari celah kesalahan pada Al-Qur'an, dan mereka terkalahkan dengan hanya satu huruf saja, membingungkan mereka apa yang dimaksud huruf-huruf ini. Sehingga mereka mengakui bahwa ini adalah ayat dari Allah yang sungguh diluar akal manusia.

Qs. As-Sajdah: 2
Maka Al-Qur'an ini sebagai mukjizat yang paling tinggi, Allah pernah menurukan mukjizat dengan tongkat Nabi Musa namun dapat hancur dimakan rayap, begitupun cincin Nabi Sulaiman. Namun berbeda dengan Al-Qur'an sebagai mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, Kita dapat melihat barang-barang seperti halnya pada Nabi sebelumnya seperti sandal, rambut, jubah, dan lainnnya masih utuh, namun ini hanyalah sebagian dari Al-Qur'an itu sendiri. Dan Al-Qur'an ini sebagai mukjizat yang tidak akan hancur oleh zaman namun justru menjaga zaman.

Qs. As-Sajdah: 3
Sesungguhnya manusia ini adalah dhalim dan tersesat, maka didatangkanlah para Rasul dan Nabi, bahkan sampai Nabi itu jumlahnya 124ribu agar bisa memberikan petunjuk kepada manusia, namun tetap manusia itu menganggap hal itu sebagai yang tidak masuk akal.

Manusia tunduk ada yang berdasarkan kekayaannya, pangkatnya, dan takutnya, namun manusia tunduk kepada Nabi Muhammad dijadikan karena akhlaqnya, bahkan sampai seorang rajapun malu dihadapan Rasullullah, padahal raja ini punya kekuasaan, pangkat, dan kekayaan. Dari sini kita bisa menarik kesimpulan bahwa menundukkan orang itu dengan akhlaq, bukan dengan kekuasaan, kekayaan dan pangkat. Maka Allah memberikan haibah kedudukan yang tinggi bagi manusia yang memiliki akhlaq.

Qs. As-Sajdah: 4
Dari ayat ini kita mengetahui bahwa arsy itu bersemayam, tidak bertempat dan memiliki letak, apabila arsy itu bertempat tentu pastilah bising dan diam, namun jika bersemayam ini adalah suatu hal yang diluar jangkauan manusia. Sesungguhnya Allah itu bersemayam di arsy, maka manusia berkata bagaimana bentuk arsy dan wujud Allah itu bagaimana. Jika Allah berbentuk fisik maka bukan Tuhan, maka wajib Zat, lalu ditanya lagi Zat itu seperti apa? Wallahu 'Alam, namun dirimu akan berjumpa dengan Allah kelak di surga. Dan tidak ada seorangpun yang dapat memberikan syafaat atau pertolongan karena Allah. Maka jika ada kebaikan pada dirimu sesungguhnya itu dari Allah bukan dari dirimu.

Qs. As-Sajdah: 5
Sesungguhnya setiap urusan itu akan kelak naik kepada Allah, sehari di akhirat bisa menghimpun segala urusan manusia dalam kurun waktu seribu tahun. Dan kelak akan diperhitungkan di akhirat, dan semua anggota badannya akan bersaksi, bahkan yang berhubungan darah sekalipun tidak akan mampu menolong. Kecuali mereka yang beriman Allah akan mempertimbangkan perihal dirinya. Waktu sangat singkat dan kejadian sangat cepat dan tidak bisa terulang kembali apabila sudah terlewat maka jagalah waktu.

Risalah Al Amin:

Matinya nafsu terjadi dengan ilmu, makrifat, serta mengikuti Al-Kitab Al-Qur'an dan Sunnah Rasullullah SAW. 

Tuntutlah nafsumu untuk menghormati mereka jangan menuntut mereka untuk menghormatimu.
Qs. An-Nisa: 84

Tidak ada yang lebih berat dan sulit dari melakukan taat, dzikir daripada mengendalikan nafsu, menghadirkan hati, memahami makna batin dan memberikan hak kepada setiap huruf dengan mengharapkan ridho Allah SWT.

Seseorang tidak diragukan sifatnya itu sombong, egois, suka dipuji orang, dan tidak mau dikalahkan atau dibawah, dia selalu ingin unggul dimana saja, ingin dipandang dan dipuji, kemudian dengan agama itu ada pengaturan. Hawa nafsu ini di ibaratkan kuda liar, manusia yang pintar mengendalikannya bisa menungganginya sebagai kendaraan bukan malah terseret.

Barangsiapa mengurangi nikmatnya dunia dia pasti akan mendapatkan nikmatnya beribadah, namun barangsiapa yang menambahkan nikmatnya dunia niscaya dia adalah seorang pendusta.

Siapa yang disucikan dengan rahmat Ar-Rahmaniyah dalam bingkai azali maka dia tidak akan berubah dengan ahwal, tidak terbatas pada perkataan, juga tidak tambah dengan perbuatan. Jiwa dan ruh di ibaratkan seperti sesuatu dan bayangannya, bayangan selalu condong kepada wujud, dan wujud tidak mengikuti bayangan.

Tidak mungkin seseorang bertajalli tanpa bertakhalli dengan amal-amal sholeh dan melawan hawa nafsunya. Apabila manusia tidak mampu bertakhalli maka sesungguhnya manusia itu telah bermain dengan kemunafikan.

Obat untuk orang yang terputus dari muamalah dan tidak bisa mendapatkan hakikat musyahadah, obatnya ada 4: 
1. Meninggalkan nafsu tanpa daya dan upaya
2. Pasrah terhadapa perintah Allah dan diikuti tanpa pilihan bersamanya
Kedua obat ini bersifat batin
Sedangkan obat lahirnya
3. Mencela anggota badan jika melakukan pelanggaran
4. Melakukan kewajiban-kewajiban setelah itu duduk dan berdzikir fokus kepada Allah SWT dengan memutuskan segala sesuatu selainNya.

Sifat ilmu itu memegang hukum bukan melaksanakan hukum, dia mengendalikan hukum. Maka manusia pada umumnya ini takut akan hukum dan tidak takut Allah.

Bab Dosa

Aku merenungi dosa-dosaku kemudian sebuah suara berkata kepadaku "Engkau telah melupakan janjiku, lalai terhadap kasih sayangku, dan mengingat perngobananmu untuk mendekat kepadaku, tetapi melupakan apa yang membuatku menyayangimu, dimanakah kedudukanmu dari penyebutan, dari ilmu, dan dari kehendakku sebelum melakukan sesuatu, lalu aku memunculaknmu atas kekuasaanku, dan atas....

Manusia tidak diperbolehkan mengingat dosa sampai putus asa sehingga tidak ada istighfarnya, sehingga tidak ada amal sholehnya, dan terbelenggu oleh perasaan dosanya. Meskipun mengingat dosa itu wajib, tetapi meminta ampun itu lebih wajib. Jangan pernah merasa putus asa, dan jangan pernah merasa sudah terlambat. Menuntut ilmu pun juga begitu tidak pernah ada kata terlambat, semuanya sudah diberikan sesuai dengan ukurannya.

Bab Dunia

Orang yang mengambil sesuatu yang halal dari dunia dengan menggunakan etika maka hatinya akan selamat dari kotoran dan api penghalang, etika itu ada dua macam yaitu etika sunnah, dan etika ma'rifat.

Etika Sunnah ialah mendapatkan ilmu dengan tujuan dan niat baik, etika ma'rifat ialah etika yang di iringi dengan izin, perintah, kata-kata dan isyarat dari Allah SWT. Sedangkan yang dimaksud dengan isyarat adalah pemahaman yang di berikan Allah kepada hambanya tentang cahaya keindahan dan keagungannya.

Bebaskan dirimu dari mahluk dan segala daya dan upaya sebagai bentuk bukti

Allah akan menjamin manusia 4 hal di dunia dan di akhirat:
4 hal itu adalah jujur dalam ucapan, tulus dalam perbuatan, rejekinya seperti hujan, dan mendapatkan penjagaan dari keburukan, 4 diatas adalah jaminan di dunia. Kemudian jaminan di akhirat ia mendapatkan ampunan yang agung, sangat dekat dengan Allah SWT, masuk kedalam surga ma'wa, mendapatkan derajat yang tinggi. Sementara jaminan untuk agama juga ada 4 yaitu bertemu Allah SWT, bertatap muka denganNya, mendapatkan salam dari Allah SWT, rida dari Allah SWT Yang Maha Besar.

Kata-kata itu bukan keyakinan, sedangkan keyakinan adalah perbuatan walaupun tanpa kata-kata. Dan perbuatan itu adalah bukti dari janji Tuhanmu.

Bab Utang

Jika engkau berhutang maka berhutanglah kepada Allah SWT, dengan demikian Allah akan menanggungnya dan memikul bebannya. Jika engkau berhutang dengan mengandalkan kemampuanmu atau sesuatu yang engkau ketahui maka akan terasa berat bagimu untuk menanggungnya bahkan bisa saja engkau menunda-nunda, menyia-nyiakan membuatnya lama terbayar, mendahulukannya, mengakhirkannya, berbuat dhalim atau berbohong, sehingga engkau merugi dan tidak mendapatkan untung.


Senin, 18 Oktober 2021 0 komentar

18 Oktober 2021

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Kembalilah kalian kepada Allah SWT dalam Tadbir maupun Takdir yang pertama. Maka kalian akan mendapatkan bantuan kemudahan, Allah akan menghalangi kalian dari kesusahan. (Syeikh Abu Hasan Asy-Syadzili)

Manusia ini adalah anak cucu Nabi Adam as. dan sudah dicontohkan bahwasanya Nabi Adam ini berbuat dosa hanya satu kali, tapi akibatnya sampai diturunkan di muka bumi. Jadi Hakikat manusia ini anak cucu adam dan kita ini bagian dari manusia yang pasti akan berbuat dosa seperti halnya Nabi Adam. 300 Tahun lamanya Nabi Adam bersujud kepada Allah, dan sujudnya ini hanyalah meminta ampun. Tapi perlu menjadi catatan bahwasanya meminta ampun saja tetapi tidak mengaku dirinya dhalim maka pengakuan ini tidak bisa di akui. Banyak orang yang beristighfar tetapi belum mengistighfari dirinya sendiri.

Maka dikatakan oleh Syeikh Abu Hasan kembalilah kepada Tuhanmu yaitu bertaubat. Secara ringkas menyebutkan untuk bertakbirlah kepada Allah, artinya kita harus sholat dengan memuji kebesaran Tuhannya. Ketahuilah Allahu Akbar, kalimat Akbar ini Maha Besar meliputi apa yang ada di langit dan dibumi. Dan besar dalam kalimat ini tidak seperti yang ada dalam pikiran manusia, namun ini meliputi segala kebesaran. Maka jika kita sudah tawajuh menghadap kepada Allah SWT kita akan mengetahui betapa kecilnya diri kita. Dan harus disadari manusia ini dalam kehinaan, maka jika manusia tidak merasa hina dihadapan Tuhannya maka masih belum dikatakan orang yang bertakbir, dengan pengakuan lemah, hina, rendah, dhalim, miskin, semua ada pada manusia ketika menghadap Allah inilah kuncinya, namun jika kita hanya bertakbir itu hanyalah syariat hukum dalam sholat namun hakikatnya dia belum sholat karena tidak ada pengakuan didalamnya.

Manusia hendaknya malu terhadap Allah, karena ketidaksadarannya melaksanakan sholat, dia ruku tetapi tidak menyadari kerendahannya, dia bersujud tetap tidak merasakan kerendahannya, padahal hakikatnya orang yang bersujud adalah kita ini sangatlah rendah dihadapan Allah, lalu menyebut ketinggian Allah dengan mensucikan melalui kalimat-kalimat tasbih. Namun jika manusia itu tidak merasakan kerendahannya sesungguhnya dia justru sedang menyebut kesucian dirinya, dimana perihal ini adalah sesuatu yang kurang ajar, disebabkan oleh kebodohan dan ketidak tahuan dirinya, jika dirinya saja dia tidak mampu mengenal, lalu bagaimana dia akan mengenal Allah. Padahal perihal ini hanyalah bagaimana mengenal sifatnya, belum asma'nya apalagi zatnya.

Takbir itu mudah diucapkan oleh lidah, namun untuk pelaksanannya tidak akan mudah, bahkan Nabi Adam dalam sujudnya sampai 300 tahun, menangis tidak henti sehingga menjadi sebuah sungai air mata, lalu burung-burung pun berebutan untuk meminum air yang segar tersebut, karena air mata itu penuh dengan penyesalan dan taubat.

Proses manusia itu adalah mengenal dirinya, barulah mengenal Tuhannya, namun yang terjadi justru dia tidak mengenal diri, dan selalu bersangka buruk terhadap Tuhannya, karena pengetahuan ilmu agamanya sangat dangkal dan menjadi sebuah syarat saja melaksanakan kewajiban bukan untuk berkenalan dengan Tuhannya.

Apabila manusia sudah mengenal Tuhannya maka dia pasti akan malu, dia mengetahui hakikatnya berasal dari air mani, sebuah air yang hina sehingga dia sadar apa yang hendak dibanggakan dan diparmerkan seseorang yang berasal dari air yang hina. Maka manusia itu wajib merasa hina diturunkan didunia, jika dia merasa mulia dan tidak hina niscaya dia tidak akan kembali ke surga.

Mengenal diri itu membutuhkan proses yang lama dan panjang, kadang dia tidak mampu menguasai hawa nafsunya, kadang akal dan agamanya lemah. Perihal ini terus menjadi permainan manusia sampai dia mengetahui hakikatnya siapa dirinya dan siapa Tuhannya.

Jika manusia sudah mengenal Tuhannya dia pasti akan menerima apa yang menjadi Takdirnya, dan ketahuilah apa yang menjadi kehendak Tuhanmu itu adalah yang paling bagus, kebaikannya sangat banyak, penuh dengan rahasia Allah didalamnya. Namun manusia tidak mengetahui apa yang menjadi rahasia, karena sudah dikunci dalam firman Allah, sesungguhnya pengetahuan manusia perihal yang ghaib itu sangatlah sedikit.

Pengetahuanmu yang sedikit tentang perihal ghaib ini hendaknya menjadikan manusia jujur kepada Allah akan kondisinya, jujur ini bukanlah penampilan, lisan bisa baik, penampilan bisa baik, pengajian bisa baik namun belum tentu jujur. Jujur dan benar ini adalah pengakuan Takbir

Allah itu tidaklah butuh ibadahmu, namun Allah membutuhkan pengakuan dirimu yang hina, dhalim. Dhalim adalah suatu puncak kehinaan, dhalim kepada Allah SWT bukan dhalim kepada manusia, dan tidak hanya bentuk pengakuan saja tetapi juga dengan pembuktian seperti halnya Nabi Adam yaitu bersujud.

Takdir Allah ini akan ditimpakan kepada manusia, mereka yang mengetahui mencari takdir yang baik, dan berusaha menolak takdir yang buruk, sedangkan orang yang bodoh dia tidak mengetahui takdir buruk yang sedang berjalan pada dirinya, sehingga saat hal itu mulai ditampakkan maka manusia tidak siap, menolak hal tersebut dan buruk sangka terhadap Tuhannya walaupun tidak terucap hal itu pada lisannya.

Jika manusia sudah mengetahui apa yang ditakdirkannya, maka dia pasti akan bersyukur disitulah dia akan bertakbir dengan sungguh-sungguh menerima apa yang menjadi keputusan Allah. 

Perihal Sayyidina Ali bin Abi Thalib setiap hendak sholat beliau selalu pucat karena dalam sholatnya seperti hendak di adili saat bertakbir, inilah puncak dari pengetahuan takbir yang dimiliki. Maka sudah dipastikan orang yang sholat itu dijauhkan dari masalah, jika dia sholat namun tetap bermasalah pasti belum beres sholatnya.

Setiap Wara yang tidak memberimu cahaya maka dia tidak akan menghasilkan pahala, sedangkan dosa yang di ikuti dengan takut kepada Allah SWT maka dia tidak dianggap dosa.

Mustahil orang yang tidak punya ilmu bisa menjadi wara', dan sudah dijelaskan oleh Guru, yaitu Riydahoh Nafs, Marifatun Nafs, baru Marifatullah maka saat manusia sudah mengenal Allah niscaya dia akan menjadi wara' secara otomatis. Hati-hati itu bukan kamu menjaga diri, namun wara' adalah hati-hati yang dijaga oleh Allah SWT. 

Maka manusia mendapatkan penjagaan oleh Allah SWT asalkan dia bertaqwa, zuhud, yakin kepada Allah SWT, karena sifat wara' ini adalah sifat hati-hati yang dipelihara oleh Allah SWT maka inilah orang yang mendapatkan wilayah. Diatas Wara' ini adalah orang yang mendapatkan mahabbah.

Mahabbah ini adalah mengalahkan semuanya, karena ibadahnya bukan lagi karena ingin surga dan takut neraka, tapi lebih condong kepada rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW. Dia ingin masuk surga karena ada Beliau didalamnya, ingin bersanding dengannya bukan bersanding dengan bidadari.

Ambillah rejekimu sesuai dengan yang Allah SWT berikan kepadamu, dengan menggunakan ilmu dan sunnah Rasullullah SAW, janganlah menjadi lemah sebelum ia bertemu denganmu, jika kamu lemah kakimu akan dibuat hina bertemu dengannya.

Mempelajari ilmu itu hendaknya mengasingkan diri dari urusan selain ilmu, maka saat ilmu itu sudah dimiliki mustahil manusia itu merasa kesepian, karena dia sudah menyepi sebelum kesepian itu datang.

Pusat Nafsu itu ada 4; Pusat syahwat, pusat untuk berbuat taat, pusat untuk kecenderungan untuk melakukan hal-hal yang dimubahkan.


Jumat, 15 Oktober 2021 0 komentar

15 Oktober 2021

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Bab Tadbir (Risalah Al-Amin - Syeikh Abu Hasan Asy-Syadzili)

Amal itu seperti halnya kedudukan seorang anak, sedangkan Ilmu itu kedudukannya seperti halnya seorang Ayah, sebanyak apapun amal tetaplah dia dibawa ilmu.

Ketaqwaan itu bukanlah di penampilan, melainkan ketaqwaan itu berada di hati. Kondisi ini seperti halnya juga Syeikh Abdul Qadir Jailani adalah Rajanya para Wali, namun bukan berarti Syeikh Abu Hasan Syadzili ini tidak memiliki kedudukan. 

Perbedaan orang yang berilmu dan tidak itu jaraknya seperti halnya 700 derajat, dan satu derajatnya ditempuh perjalanan 500 tahun dengan kuda yang ramping.

Ilmu itu bukanlah pengajian seperti halnya membaca ratib, manaqib, istighotsah namun perihal itu adalah bentuk amal, maka ilmu itu lebih kepada pembahasan sumbernya bagaimana, maka janganlah kamu mengikuti pengajian yang tidak diawasi dengan seorang mursyid.

Hakikat ilmu itu adalah hidup, sedangkan amal itu harus dibangunkan, maka orang yang berilmu itu tidak akan mengenal namanya istirahat, sedangkan orang yang beramal itu saat dia puas dengan amalnya sudah banyak melakukan kebaikan dia beristirahat. Orang yang banyak istirahat di dunia ini niscaya kelak di akhirat dia tidak akan beristirahat, dan barang siapa yang tidak pernah istirahat di dunia ini niscaya di akhirat dia akan beristirahat.

Cahaya itu adalah pantulan dari ilmu, bukan dari amal, maka banyak orang yang beramal siang dan malam namun tidak ibadahnya tidak memiliki cahaya.

Shiddiq itu jujur benar dan tidak akan dimiliki oleh orang belum takut kepada Allah SWT. Maka orang yang shiddiq ini adalah orang yang dikehendaki oleh Allah SWT. Sesuatu yang tidak ada orang shiddiq atau Wali pasti akan terjerumus pada perihal yang menjadi kehendak dirinya bukan kehendak Allah SWT.

Maka ikutilah orang yang shiddiq, karena mereka sungguh-sungguh dalam berjalan di jalan Allah SWT. Mereka adalah orang yang memiliki komitmen, tanggung jawab dalam menuju dan menempuh jalan Allah SWT.

Jagalah 4 perkara, dimana 3 untukmu dan 1 untuk temanmu yang miskin: Janganlah kamu memilih satu urusanmu, putuskanlah untuk tidak memilih, dan larilah dari pilihan tersebut, dari larimu itu sendiri dan dari segala sesuatu selain Allah SWT. 
Qs. Al-Qashas: 69

Terdapat dua hal yang memutuskan jiwa sahabatmu yang miskin secara rohani dari terhubung ke Allah: 
1. Terjerumusnya dia ke dalam amal dunia dengan tadbirnya (pengaturannya sendiri)
2. Amalan akhiratnya ia lakukan dengan keraguan

Allah menghukum jiwa yang miskin secara rohani dengan hijab.....


Senin, 11 Oktober 2021 0 komentar

11 Oktober 2021

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Bab Pertemanan 
Setiap manusia itu akan dikumpulkan sesuai dengan kelompoknya masing-masing, dan Allah sudah bersumpah tidak akan memberikan petunjuk kepada kaum yang fasiq.

Seorang yang bersahabat itu tidak memiliki kepentingan untuk dirinya sendiri, tapi saling mendoakan dan memaafkan jika memiliki kesalahan.

Orang yang kalah dengan hawa nafsunya dia pasti tidak akan mengetahui kebenaran, sedangkan orang yang selalu mengingat mati dia akan selalu mencari cara bagaiamana menambahkan ilmu, menambahkan amal sholeh.

Bab orang yang berakal
Orang yang berakal adalah yang selalu berpikir apa yang menjadi keinginan dari Allah SWT

4 Hal yang di inginkan Allah dari hambanya:
1. Nikmat - Syukur
2. Cobaan - Sabar
3. Ketaatan - Syahadah
4. Kemaksiatan - Taubat

Orang yang berakal akan mendapatkan jaminan dari Allah, yaitu jaminan petunjuk dan jaminan aman.

Manusia itu diketahui sifat buruknya jangan melihat kebaikannya agar kamu tidak tertipu, begitu juga jika kita tidak mengenal sifat Allah paling tidak kita mengetahui sifat Iblis dan tipu dayanya.

Orang yang memuliakan orang kaya sesungguhnya dia ingin menjadi kaya, begitu juga orang yang memuliakan orang Alim sesungguhnya dia ingin menjadi seperti orang Alim atau paling tidak mengharapkan keberkahannya.

Kuatkanlah taubatmu, jadikan taubat itu sebagai hajatmu. 

Tauhid adalah bentuk kebutuhan, sedangkan hukum adalah pelaksanaannya.

Keresahan itu terjadi disebabkan tidak ada titik temu dengan Tuhanmu, bersimpangan dengan sifat Allah.

Orang yang berakal paham bahwa Allah SWT adalah zat yang mengetahui keburukan dirinya dalam kebaikan yang Allah berikan kepadanya.

Qs. Al-A'raf: 69

Bab Tadbir

Orang yang memutuskan dirinya dari pengaturan diri menjadi pengaturan Allah SWT, dari pilihan diri menjadi pilihan Allah SWT, dari pandangan diri menjadi pandangan Allah SWT, dari pengetahuan tentang kebaikannya menjadi pengetahuan dari Allah SWT, dengan selalu  menerima ridha, pasrah, dan tawakkal kepada Allah SWT, maka Allah SWT telah memberinya hati yang baik, selain itu dia akan selalu berdzikir, berpikir, dan melakukan keistimewaan-keistimewaan lainnya. 


Jumat, 08 Oktober 2021 0 komentar

08 Oktober 2021

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Segala perbuatan yang tidak didasari dengan yakin / membenarkan atas apa yang kita lihat, pura-pura tidak tahu maka sia-sia apa yang dikerjakannya. 

Manusia yang paling berat itu adalah perihal amanat, yang umum amanat adalah perintah Allah SWT sholat. Ketika murid Imam Ghazali ditanya apa yang paling berat, maka muridnya menjawab besi, batu dan lain2, maka ketahuilah muridku yang paling berat adalah mengerjakan sholat 5 waktu.

Qs. As-Shafat: 69-70


Ingatlah nafsu itu berasal dari bumi, dan ruh itu berasal dari langit. Jika ruh selalu berjalan dengan ilmu seperti hujan, dan nafsu menjadi kokoh dengan amal soleh, maka menjadi kebaikan. Namun jika nafsu menguasai dan ruh kalah maka akan terjadi kegersangan, segala urusan akan menjadi paceklik. Maka solusinya adalah peganglah kitabullah Al-Qur'an dan sabda Rasullullah sebagai penyembuh. 

Qs. As-Shura: 23

Bumi itu adalah surganya orang kafir, dia beranggapan dirinya akan hidup selama-lamanya. 

Senin, 04 Oktober 2021 0 komentar

4 Oktober 2021

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Bab Kekuatan Dan Kemuliaan.

Qs. Al-Munafiqun: 8

Allah SWT mencegahnya dari penghambaan terhadap diri sendiri, terhadap hawa nafsu, terhadap setan, dan dunia atau terhadap satu makhluk di alam kasat mata, alam tampak, alam dunia, dan alam akhirat. Tetapi orang yang munafik hanya mengetahui dari sebab penyembahan berhala.

Sungguh beruntung orang yang mukmin memiliki sholat khusyuk, sedangkan orang yang munafik jelas sudah ibadahnya menyembah hawa nafsu, keinginannya lebih kuat kepada materi. Orang yang mukmin dia akan segera melakukan amal sholeh, karena menunda itu adalah sifat kelalaian dan disebut orang yang munafik. Maka seorang murid itu tetap harus memiliki sebuah wirid dan aurad, apabila tidak memiliki maka dia termasuk orang yang tidak menuntut ilmu. 

Agama itu nasehat, maka haruslah mendengar, lalu memamahami, dan melaksanakan, namun dia mendengar tetapi tidak memahami apalagi melaksanakan, yang lebih celaka lagi adalah tidak semuanya.
Konsekuensi orang yang beriman itu adalah perjanjian, komitmen. Seperti dalam bacaan sholat Inna Sholati Wa Nusuki.....

Akar keburukan ada 6:
  1. Mengganti kehendak baik dengan kehendak buruk
  2. Mengganti hubungan dengan Allah SWT dengan hubungan Makhluk tanpa Allah 
  3. Mengganti berbaik sangka kepada Allah SWT dan RasulNya dengan berburuk sangka kepada Allah dan RasulNya
  4. Dorongan yang tersembunyi
  5. Cinta dunia
  6. Memperturutkan hawa nafsu
Dan hal tersebut diatas adalah sifat orang munafik, hatinya selalu berubah-ubah, padahal dia baik namun kadang ditengah perjalanan dia berubah. Maka tidak bisa disebut orang yang baik karena khianat dengan amanat dan tidak memenuhi syarat sebagai orang yang berjalan di jalan Allah SWT.

Sebuah perbuatan dan ibadah itu apabila karena Allah pasti diberikan padanya kemuliaan, karena kemuliaan itu tidak diberikan kepada mereka yang mencarinya. Namun kemuliaan itu akan diberikan kepada orang yang sibuk dengan melihat kebesaran sifat-sifat Allah SWT.

Orang yang mulia adalah orang yang selalu berbuat untuk menyenangkan hati Nabi Muhammad. 

Muliakanlah orang-orang mukmin sekalipun mereka pelaku maksiat dan fasik, tegakkanlah hukuman had sebagai belas kasihan atasnya namun jangan hina mereka.

Qs. Al-A'raf: 69

Jangan langkahkan kedua kakimu kecuali ke tempat yang engkau mengharap pahala Allah, jangan duduk di tempat yang gholibnya engkau aman dari maksiat Allah, jangan temani kecuali orang yang engkau mintai tolong untuk taat kepada Allah, dan jangan pilih untuk dirimu selain orang yang dengannya engkau dapat menambah keyakinan kepada Allah, namun orang yang seperti itu amat langka.

Larilah dari kebaikan orang ketimbang lari dari kejahatannya, sebab kejahatannya akan mengenai badanmu, sedangkan kebaikannya akan mengenai hatimu. Dan terkena tubuhmu lebih baik bagimu daripada terkena hatimu.

Apabila Allah sudah cinta pada seorang hamba maka Allah akan cemburu terhadap kebaikan orang lain pada kekasihnya, sehingga tidak mau dia bergantung kepada mahluknya, dan hendaknya kembali kepada Allah.

Maka orang yang munafik dia akan mengharapkan pada mahluk, dia berminyak-minyak, suka duduk dengannya, suka berbicara dengannya dan memiliki keinginan yang terselubung apabila tidak didapatkan pasti akan kecewa, padahal menggantungkan manusia itu sudah buruk apalagi mengharapkan.

Hakikat itu belajar dari kebencian, dari musuh dan sesuatu yang tidak kamu suka bukan dari kebaikan, karena kebaikan itu adalah keniscayaan bukan tempat untuk belajar.

Kebanyakan orang yang berisi itu tidak akan pernah menampakkan amalnya, dan tidak bersuara, dan malu dilihat. Sedangkan orang yang senang menunjukkan dirinya pasti tidak memiliki isi. Seperti halnya orang yang membawa kado, ada yang karena malu dia membawa kado besar tapi isinya tidak berharga, sedangkan orang yang biasa saja bawa kado kecil, ternyata isinya sangat mahal.

Maka belajar itu berasal dari tidak nyaman, bukan dari aman dan nyaman. Maka sesuatu yang aman dan nyaman adalah amal.

Kejahatan seseorang itu akan menjadi obat hati, sedangkan kebaikan seseorang dapat membutakan hati, maka waspadalah.

Batin orang yang sholeh disucikan dari kebencian dan sengketa.

Hati orang yang sholeh dia tidak akan mengenal apa itu kebencian, karena sifat itu sangat merugikan, maka jagalah pandangan, lisan, perbuatan dan langkah. Hanya orang yang tidak berakal yang tidak mengetahui apa itu langkah. Karena langkah itu ada 2 yaitu menuju golongan kanan dan menuju golongan kiri.

Musuh yang membawamu kembali kepada Tuhanmu lebih baik daripada kekasih yang menyibukkanmu dari Tuhanmu.

Muliakanlah orang yang sholeh, ikutilah jalan orang yang sholeh, tinggalkan sesuatu yang tidak ada apa-apanya, dan carilah sesuatu yang ada apa-apanya.

Orang yang melupakan hatinya telah mengabaikan agamanya, sedangkan orang yang sibuk dengan mahluknya menjadikan agama sebagai permainan.

Orang yang disebut ahli fiqih yang kaffah adalah orang yang memiliki ilmu tauhid, bukan orang yang mengambil cuplikan hukum sepotong-sepotong.

Orang yang merasa senang, dari salah satu empat karakter ini dicap kikir dan hina:
  1. Takut miskin 
  2. Berburuk sangka
  3. Merasa hina melayani orang yang mukmin
  4. Memprioritaskan nafsu dan hawa.
Dari empat hal diatas obatnya hanya satu yaitu dia bertaubat, memperbanyak istighfar dan tidak mengulangi.


Minggu, 03 Oktober 2021 0 komentar

Makam Habib Zein bin Ahmad bin Musthofa Al-Idrus

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Makam Habib Zein bin Ahmad bin Musthofa Al-Idrus
Alamat: Pemakaman Umum Pegirian Sidotopo / Makam Arab.
Jalan Sidorame, Kel. Sidotopo, Kec. Semampir, Kota Surabaya, Jawa Timur. 60152

Makam Habib Zein bin Ahmad bin Musthofa Al-Idrus


0 komentar

Makam Habib Syekh bin Ahmad Al-Musawa

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Makam Habib Syekh bin Ahmad Al-Musawa
Alamat: Pemakaman Umum Pegirian Sidotopo / Makam Arab.
Jalan Sidorame, Kel. Sidotopo, Kec. Semampir, Kota Surabaya, Jawa Timur. 60152

Habib Syekh bin Ahmad Al-Musawa

Makam Habib Syekh bin Ahmad Al-Musawa


0 komentar

Makam Habib Muhammad bin Zein Al-Kaff

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Makam Habib Muhammad bin Zein Al-Kaff
Alamat: Pemakaman Umum Pegirian Sidotopo / Makam Arab.
Jalan Sidorame, Kel. Sidotopo, Kec. Semampir, Kota Surabaya, Jawa Timur. 60152

Habib Muhammad bin Zein Al-Kaff (Surabaya)


Makam Habib Muhammad bin Zein Al-Kaff



 
;