Rabu, 19 Mei 2021

Hikmah 8 Ramadhan 1442 H (Bab Kenikmatan Dalam Makan)

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Bab Kenikmatan Dalam Makan

Manusia itu akan merasakan kenikmatan saat manusia itu tertimpa musibah, salah satu contohnya adalah mereka yang tertimpa musibah. Satu botol air minum yang biasanya mudah kita jumpai, bahkan sering kita menyisakan air minum dalam kemasan gelas namun saat tertimpa musibah dimana susah sekali mendapatkan sebuah logistik air bersih, maka sebotol air dan sepotong roti sekalipun kotor itu akan menjadi hal yang sangat nikmat.

Dan ketahuilah kenikmatan itu hanya sebatas lewat di tenggorokan, setelah lewat maka hilanglah kenikmatan itu. Manusia cenderung mencari makanan yang memanjakan lidah mereka, tetapi lupa akan fungsi dan akibat yang akan diterima dari makanan itu apakah menambah hawa nafsunya, memanjakan inderanya. Namun saat manusia berada dalam kesempitan tidak ada yang bisa dimakan, disinilah manusia akan dikembalikan kepada fitrahnya yaitu mengembalikan fungsi akan hakikat makan yaitu menguatkan tubuh, sehingga sejenak makanan yang tidak lezat pun akan dimakannya hanya untuk mampu bertahan hidup atau menguatkan jasmaninya, bahkan dalam kondisi ini sekalipun tidak jarang manusia justru lebih bersyukur.

Maka di akhir zaman ini sudah jarang sekali manusia yang bersyukur, digantikan dengan banyaknya keluhan, maka ambillah contoh-contoh dari para Imam-imam kita yang telah dijelaskan dalam kitab-kitab yang ditulisnya sebagai suri tauladan. Sehingga menyadari akan kenikmatan yang semu didunia ini yang bahkan cenderung dalam kejenuhan, namun bagi mereka yang mengikuti jalan para Salfunash Shalihin ini tentunya akan cenderung mencari kenikmatan yang kekal dan hakiki, dan berani meninggalkan kenikmatan yang fana dan sekejap saja rasanya.

Janganlah kamu sekalian mengumbar hawa nafsumu dalam makanan, tidak jarang manusia makan hanya mengejar kenikmatannya saja sehingga dia mencari segala jenis makanan yang disediakan, padahal dengan bermacam-macam makanan yang dia makan sejatinya dia sedang menumpuk bermacam-macam penyakit. Maka manusia yang cerdas dia akan mengetahui jenis makanan yang dimakan, sehingga sekedar cukup menguatkan tubuhnya untuk beribadah kepada Allah, bahkan seorang yang mengetahui jenis makanan dia akan mengkonsumsi jenis makanan yang dibutuhkan oleh tubuh. 

Maka tidak sama manusia yang memiliki ilmu dengan tidak berilmu bahkan dalam hal urusan makanan, orang yang bodoh cenderung sembarangan dan nikmat, sedangkan orang yang cerdas akan mengejar manfaat apa yang bisa didapatkan dari makanan tersebut. 

Niat adalah sepertiga amal, maka niat dalam mengkonsumsi makanan itu akan mencerminkan seseorang dalam memilih makanannya, dalam contoh orang terdahulu melakukan amal mutih yaitu makan makanan nasi saja agar niatnya polos. Berhati-hatilah dalam hal niat makan, 7 macam makanan yang kamu makan, maka akan 7 sifat yang bersarang pada dirimu.

Janganlah kamu menuntut ilmu untuk memburu maqom (kedudukan), niscaya jika seorang yang mengaji menuntut ilmu memburu maqom maka dia akan menjadi orang yang jatuh sebelum terjatuh, karena maqom itu tidak akan didapatkan dengan waktu yang panjang, dia harus melalui banyak tempaan yang luar biasa, cobaan yang berat, bahkan bisa jadi fitnah yang menimbulkan hinaan. 

Orang yang mendapatkan maqom dia sudah tidak memiliki ambisi dalam mendapatkan maqom tersebut, disebabkan tempaan yang menerpanya dan dia sabar dalam menerimanya karena tidak ada motivasi dan tendensi untuk mendapatkan kedudukan itu. Berbeda saat manusia mengejar kedudukan (maqom) maka saat diuji dengan kehinaan dan tidak ada orang yang mendukungnya sehingga patahlah harapannya dan merasa kecewa, disinilah kejatuhan orang yang mengejar kedudukan dia dijatuhkan oleh sebab ambisinya sendiri.


0 komentar:

Posting Komentar

 
;