Kamis, 30 Juli 2020 0 komentar

29 Juni 2020 (9 Dzulhijah 1441 H)

بسم الله الرّحمن الرّحيم


Qs. Surat Wal- Asri:

وَالْعَصْرِ

1. Demi masa.

Keberuntungan itu diberikan kepada orang yang beriman dan kerugian itu diberikan kepada orang yang tidak beriman, dan siapakah mereka itu? didalam ayat tersebut Allah SWT telah bersumpah didalamnya, dan dikuatkan juga oleh Imam Syafi'i barangsiapa yang berpegang pada ayat tersebut, andaikan dia tidak mengetahui semua isi Al-Qur'an bahkan tidka diturunkan oleh Allah SWT asalkan berpegang pada ayat tersebut sudah sangat cukup. Didalam ayat yang pendek isinya sangat padat. Dan Allah SWT telah bersumpah didalamnya Demi Masa.

Didalam masa atau waktu itu sesungguhnya manusia itu sangatlah merugi, ditekankan lagi didalam ayat ini Allah SWT menggunakan kalimat Inna, yaitu sungguh2 atau penekanan keras didalamnya. Dan bukan hanya rugi tetapi Allah SWT tekankan dalam kerugian yaitu sudah rugi atau stempel abadi.

Bentuk kerugian itu adalah, badan yang tidak taat kepada Allah SWT, harta yang tidak dibuat.......

Golongan manusia yang rugi adalah mereka yang badannya capek tetapi capeknya bukan untuk ibadah, pikirannya letih bukan untuk bertafakkur dan berdzikir kepada Allah SWT, hartanya hanya digunakan untuk memuaskan kesenangan dunia dan mubadzir.

Allah SWT telah bersumpah bahwasanya manusia itu pasti dalam kerugian, tetapi Allah SWT juga berikan mereka pengecualian yaitu mereka yang beriman kepada Allah SWT. Maka janganlah kamu merasa cukup dan bangga hanya menjadi Islam, tetapi tuntutlah ilmu agar menjadi hamba yang beriman.

Orang yang beriman itu hendaknya dia mengenal nama Allah SWT, kemudian sifatNya, dan perbuatanNya.

Janganlah kamu merasa malu dan terlambat dalam urusan menuntut ilmu dan belajar, sekalipun ilmu itu harus kamu dapatkan dari seorang anak kecil yang memiliki ilmu tersebut.

Manusia lebih percaya bahwa penyakit-penyakit yang mematikan yang tak tampak mata itu ada dan menakutkan, tetapi sedikit sekali yang menyadari bahwa malaikat Izrail itu juga ada dan setiap hari 70x melihat mukamu. Dan kebanyakan mereka tidak takut akan bekal yang sedikit itu.

Qs. Thaha 124-127

Sesungguhnya Allah SWT itu memberikan kepada manusia itu ada dua rasa takut dan aman. Apabila dia merasa takut di dunia ini maka akan diberikan rasa aman di akhirat, dan sebaliknya barangsiapa di dunia ini merasa aman maka kelak akan diberikan rasa takut di akhirat dengan ketakutan yang tidak pernah ada sebelumnya.

Barangsiapa yang bertambah dosanya, maka dia akan bertambah keburukan akhlaqnya, dan barangsiapa yang berbuat baik dan jujur walaupun pahit depannya dia akan mendapatkan manfaat di akhirnya.

1000 sahabat yang kau punya itu tidak akan berarti dengan seorang musuh yang kau punya.

40 Hari yang tidak di isi dengan majelis ta'lim dan duduk dengan ulama maka dia pasti akan terjerumus dalam maksiat.

tidaklah disebut orang yang beragama yang tidak memiliki rasa takut kepada Allah SWT

tidaklah disebut orang yang beribadah yang tidak memiliki ilmu.

Tidaklah seseorang itu memiliki akhlaq apabila dia tidak memiliki sahabat

Tidak disebut orang yang menuntut ilmu yang tidak berdzikir.

Imam Harits Al-Muhasibb Sabar itu ada 3 macam:
Sabarnya orang yang berjuang untuk bersabar (Mutashabbirin)
Sabarnya orang yang sabar, disebut (Shabir)
Sabarnya orang yang sangat sabar disebut (Shabbar)

Sesungguhnya orang yang sabar itu dia benar-benar merendahkan dunia.


Sabtu, 25 Juli 2020 0 komentar

4 Dzulhijah 1441 H (24 Juli 2020) Ngaji Malam

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Inallah Yuhibbu Tauba Wa Yuhibbu Mutatohirin, sesungguhnya dengan banyaknya beristighfar manusia itu akan mendapatkan kecintaan dari Allah SWT. Karena sejatinya manusia itu dholim, bodoh dan sesat tetapi hendaknya dia kembali kepada Allah SWT yaitu bertaubat.

Sesungguhnya orang yang mengerjakan amal ibadah itu sejatinya dia sedang bertaubat kepada Allah SWT. Maka orang sholat itu ada dua yaitu mereka yang mendirikan sholat dan orang yang menegakkan sholat.


Jumat, 24 Juli 2020 0 komentar

3 Dzulhijah 1441 H (24 Juli 2020)

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Hadits Nabi: Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan diantara keduanya terdapa perkara yang disebut subhat, dimana kebanyakan orang yang tidak mengetahui. Barangsiapa yang takut subhat maka dia benar-benar telah membersihkan agama dan dirinya, dan barangsiapa yang terjerumus perihal subhat pasti dia terjerumus haram.

Dari Ali Khawas: Barangsiapa yang memakan barang haram, kemudian dia hendak beribadah melakukan ketaatan kepada Allah SWT maka dia termasuk orang yang melakukan sesuatu yang tidak masuk akal / mustahil (tidak pernah terwujud).

Orang yang berdzikir itu harus mengetahui hak Allah SWT, hak hamba dan hak orang lain.

Tidak akan bisa manusia itu memahami ilmu terutama penuntut ilmu apabila tidak melakukan sholat malam, dan tidak akan paham ilmu apabila terus memakan barang yang haram, sehingga semakin kuat cinta kepada dunia.

Barangsiapa yang menjaga makanannya dari yang haram dan hanya memakan makanan yang halal niscaya Allah SWT akan menjaganya. Dan membantunya dalam ketaatan, dan dengan ketaatannyalah dia mengetahui apa hak Allah dan hak hamba.

Hati-hatilah dengan makanan yang haram, lebih buruk lagi apa yang kamu dapatkan itu hasil dari menjual sesuatu yang baik dan ditukar dengan sesuatu yang buruk.

Sesungguhnya dunia itu penuh dengan kerugian didalamnya, maka barangsiapa yang mencintain dunia dia termasuk orang yang dalam kerugian dan siap dalam kebangkrutan.

Orang yang diancam oleh Allah SWT adalah mereka yang melakukan amal kebaikan dan ketaatan tetapi hatinya tidak ikhlas dalam melakukannya, kemudian tidak percaya akan janji-janji Allah SWT.

Orang yang taqwa itu selalu merendahkan dunia dan meninggikan kebesaran Tuhannya, sedangkan orang yang cinta dunia itu selalu melihat sebaliknya bahwa dunia ini sangatlah besar sedangkan Tuhannya tidaklah berarti.


0 komentar

Do'a Untuk Bertemu Rasulullah SAW (ljazah Sayyidina Al Faqihil Muqoddam Muhammad bin Ali Ba'alawy)

بسم الله الرّحمن الرّحيم


يَا نُوْرًا نُورْ يَا مُدَبِّرَالْأُمُوْرِ بَلِّغْ عَنِّى حَبِيْبِى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَحِيَّتًا وَسَلَامً  ٢٢

اللهُ مَعِىْ اَللهُ شَهِدِىْ اَللهُ حَاضِرِىْ اَللهُ نَضَرٍ اِلَيَّ اَللهُ كَرِيْمٌ مِنِّيْ ١

جَزَى اللهُ سَيِّدِنَا مُحَمَّدً عَنَّا خَيْرًا جَزَى اللهُ سَيِّدِنَا مُحَمَّدً عَنَّامَاهُوَ اَهْلُهُ ٣


BISMILLAAHIR ROHMAANIR ROHIIM. 
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. 

YAA NUUROON NUUR YAA MUDABBIROL UMUURI BALIGH 'ANN! HABIIBI MUHAMMADIN SHOLLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAMA TAHIYYATAN WA SALAAMAN 22x 

ALLAAHU MA'I, ALLAAHU SYAHIDI, ALLAAHU HAADHIRI, ALLAAHU NADHORIN ILAYYA ALLAAHU KARIIMUN MINNI 1x 

JAZALLAAHU SAYYIDANAA MUHAMMADAN 'ANNAA KHOIRON JAZALLAAHU SAYYIDANAA MUHAMMADAN 'ANNA MAA HUWA AHLUHU 3x 

Wahai cahaya, cahaya yang mengurus urusan, sampaikanlah salam sejahtera, penghormatan bagi kekasihku Nabi Muhammad SAW (dibaca 22x). 

Allah bersamaku, Allah menyaksikan aku, Allah hadir, Allah memandang kepadaku, Allah memuliakanku. (1x)

Pahala Allah diberikan atas baginda Muhammad atas kebaikannya terhadap kami serta para keluarganya. (3x)

Cara mengamalkannya
Sebelum mengamalkannya terlebih dahulu Sholat Hajat 2 rakaat : 

  • Rakaat pertama setelah membaca Al Fatihah baca Surat Al Kafirun 10x' 
  • Rakaat kedua setelah membaca Al Fatihah baca Surat Al lkhlas 10x 
Bisa dibaca sebelum tidur, terlebih dahulu tawwasul kepada Sayyidina Al Faqihil Muqoddam Muhammad bin Ali Ba'alawy. lnsya Allah diberikan kemudahan mimpi bertemu Nabi Muhammad SAW. 




Kamis, 23 Juli 2020 0 komentar

2 Dzulhijah 1441 H (23 Juli 2020)

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Imam Harits Al-Muhasibi: Tanda kewaspadaan yang paling nyata adalah rasa sedih dan duka, serta persiapan yang baik, untuk kesedihan dan kedukaan itu. Sedangkan tanda-tanda kelelahan yang paling nyata adalah, sikap riang dan angkuh karena keduanya melupakan dan melalaikan kewaspadaan. Meninggalkan kewaspadaan berarti meninggalkan persiapan untuk sesuatu setelah kematian.

Imam Syafi'i : Tanda-tanda sahabat yang sejati ialah, ia menjadi sahabat dari orang yang bersahabat dengan sahabatnya.

Kewaspadaan itu adalah bentuk wara', tetapi karena sedikitnya pengetahuan banyak manusia terjerumus dan menjadi tidak hati-hati dalam perilakunya, dan kewaspadaan itu letaknya keselamatan, maka diawali dengan niat kemudian diteruskan dengan niat.

Orang yang tidak waspada itu termasuk orang yang ujub, dan orang yang seperti itu diakhirkan dengan putus asa.

Untuk menghilangkan sifat-sifat ujub itu dikisahkan tentang Umar bin Abdul Aziz, ketika Beliau hendak berkhutbah selalu ada jeda dalam bicaranya, dan setiap menulis kadang disobeknya kertas itu, lalu beliau juga berdoa Allahumma ini audzubikan min syarri nafsi.

Sayyidina Umar bin Khattab: Sesungguhnya kesempurnaan taubatmu itu apabila kamu selalu ingat akan dosa-dosamu, dan kesempurnaan amalmu harus menghindarkan dari sifat ujub, dan kesempurnaan sifatmu adalah dengan menyadari kekurangan yang ada pada diri sendiri.

Dalam riwayat Wahab bin Munabih: Dahulu kala ada seorang yang beribadah selama 70 tahun, berbuka hanya setiap hari sabtu, kemudian berhajat kepada Allah SWT tetapi tidak dikabulkan oleh Allah SWT, maka dia menyesali dirinya sendiri, lalu malaikat turun berbicara "Dengan sifat rendah hatimu barusan itu lebih baik dari ibadahmu selama 70 tahun".

Sesungguhnya saat kamu berbuat baik adalah saat kamu menyadari bahwa dirimu merasa belum berbuat baik, dan saat kamu berbuat buruk adalah saat kamu menyadari bahwa kamu telah berbuat amal kebaikan.

Barangsiapa yang memiliki takdir Muallaq hendaknya dia menjadi orang yang taat sehingga Allah SWT merubahnya kepada kebaikan, dan takdir Muallaq itu akan menuju takdir Azalli.

Orang yang munafik adalah orang yang tidak memiliki bekal mati. Dan dia merasa aman dengan segala amalnya dan merasa diterima.

Tidak akan kamu dapat mempelajari ilmu mengenal Allah SWT apabila kamu tidak di ridhoi oleh Alllah SWT, sedikit saja dunia singgah kedalam hatimu maka lenyaplah apa yang hendak menjadi cita-citamu. Maka taatlah untuk mencari ridho Allah lalu ditambahkan mendapatkan do'a dari mursyid-mursyidmu yang mendoakan dirimu.

Barangsiapa yang tidak membulatkan tekad untuk menuju akhirat maka dia akan menghadapi 4 macam kebinasaan:

  1. Mengalami kematian dengan kelaparan
  2. Menghadapi kematian dengan marah yaitu melawan setan
  3. Menghadapi kematian dengan penuh hitam atau gelap yaitu dengan kehinaan dari orang. / Tidak ada satupun yang mendatangi mayit itu karena semua dalam kebenciannya.
  4. Menghadapi dengan mati hijau (pucat) terkena musibah terus menerus.
Barangsiapa yang ingin menjadi orang yang kuat, hendaklah bertawaqqal kepada Allah SWT, dan barangsiapa yang ingin menjadi orang mulia hendaknya dia bertawaqqal kepada Allah SWT, barangsiapa yang ingin kaya maka hendaknya mempercayakan kekuasaan Allah SWT daripada kekuasaannya.

Riwayat dari Hatim Al-Ashom ketika berada di tengah padang pasir tanpa bekal, namun dia tetap mampu bertahan hidup:
  1. Aku meyakini dunia beserta isinya dibawah kekuasaan Allah SWT
  2. Aku meyakini bahwa seluruh mahluk adalah hamba Allah SWT
  3. Aku meyakini urusan rejeki itu dibawah kekuasaan Allah SWT
  4. Aku meyakini apa yang dikehendaki Allah SWT pasti terjadi karena Allah SWT Dialah penguasa dan pemilik Alam ini.
Qs. Ar-Rum; 40

Allah SWT akan melaknat orang yang tidak percaya akan jaminan urusan rejeki dariNya.

Walaupun ibadahmu sebanyak penduduk langit sekalipun tidak akan sampai ibadahmu kepada Allah SWT selama kamu tidak mempercayai akan jaminan dari Allah SWT.

Barangsiapa yang lemah hatinya nasehat tidak akan manfaat kepada dirinya, karena hatinya penuh dengan ragu-ragu akan jaminan Allah SWT.

Barangsiapa yang tidak rela atas ketetapanku, tidak bersabar atas musibah yang menimpa, dan bersyukur atas nikmat yang diberi, maka hendaknya dia mencari Tuhan selain Allah SWT.

Apabila Allah SWT mencintai suatu kaum dia akan menguji dan memberikan cobaan kepada mereka.

Taatlah kepada Allah SWT niscaya Allah SWT akan meneguhkan kamu, dan perangilah musuh Allah SWT niscaya Allah SWT akan membantumu, dan percayalah akan janji Allah SWT niscaya dialah yang akan mendatangkan kepadamu.

Andaikan ahli ilmu itu menjaga kehormatan ilmu dengan memberikan yang berhak, niscaya dia akan mulia di masanya, tapi sayang mereka memberikan ilmu kepada ahli dunia untuk mendapatkan dunia maka hinalah mereka.

Barangsiapa yang membulatkan pikirannya dan perhatiannya kepada satu titik ke fokus pada akhirat semata, maka Allah SWT akan mencukupi semua kepentingan dunianya, dan barangsiapa yang sibuk dengan urusan dunianya maka Allah SWT tidak akan hiraukan dan kelak akan disiksa di lembah yang paling dalam di neraka. 

Sendi yang dapat menegakkan islam itu ada 4:
  1. Yakin sebelum beramal
  2. Adil dalam keputusan
  3. Sabar dalam ujian dan ketaatan
  4. Jihad melawan hawa nafsu.
Maka mengertilah yakin itu ada dua macam, beramal lah kepada Allah SWT dengan ikhlas dan tidak mengharapkan satu kepentingan dunia atau pujian mahluk, lalu yakinlah dan merasa tenang atas apa yang telah dijanjikan Allah SWT yaitu mengenai soal rejeki.

Adil itu ada dua macam, apabila merasa memiliki kewajiban hendaknya segera dilaksanakan sebelum dirimu dituntut, dan apabila merasa memiliki hak hendaknya menuntut dengan cara yang lunak dan baik.

Sabar itu ada dua, sabar menunaikan kewajiban dan sabar dalam menahan diri dari apa yang dilarang oleh Allah SWT.

Jihad itu ada yaitu jangan melupakan musuhmu yaitu syaiton musuh yang nyata, janganlah kamu lengah terhadapnya karena dia ibarat seperti serigala ditengah anak kambing, dan yang kedua urusan anak adam itu selalu urusan dengan harta, maka sederhanakanlah urusanmu terhadapnya agar kamu tidak tertipu olehnya.

Hatim Al-Ashom: 6 Kalimat yang apabila diamalkan kamu akan selamat dari dunia ini yaitu:
  1. Aq memandang dan berpedoman dengan Qs Hud :6 dan aku merasa aku adalah binatang yang melata dibumi ini, dan pasti akan sampai kepadaku, gajah yang besar dan semut yang kecil semuanya mendapatkannya apalagi aku
  2. Al-Hujurat:10 maka saya pandang semua orang itu saudaraku, sehingga aku berkasih sayang kepada mereka, lalu aku menyadari bahwa permusuhan itu karena hati yang hasud, maka aku keluarkan penyakit hasud itu sehingga apa yang menjadi sakit saudaraku aku menjadi sakit, dan apa yang mereka senang aku jadi senang.
  3. Setiap manusia itu punya kekasih, dan setiap kekasih itu harusnya membuktikannya, yaitu aku membuktikannya dengan taat kepada Allah SWT yang kelak akan menemaniku di alam kubur.
  4. Aku melihat manusia itu setiap apa yang dicintainya itu pasti dibawa mati, maka aku menjadikan hatiku cinta kepada Allah SWT dan Rasulnya sehingga apa yang kubawa mati kelak akan mampu menyelamatkanku.
  5. Aku melihat manusia seakan-akan mengatakan Allah SWT akan menjanjikan sesuatu yang akan datang kepadanya, namun aku banyak melihat mereka tergantung pada manusia, maka aku tinggalkan apa yang menjadi harapan manusia dan kuatkan harapan kepada Allah SWT yang tidak pernah mengingkari janji.
  6. Aku melihat banyak kematian dan mereka semua tertipu dan kelak akan binasa dan membawa amalnya untuk dipertanggung jawabkan, maka aku selalu menghisab apa yang menjadi amalku sehingga kelak ringan saat aku membawanya didalam kubur menghadap kepada Allah SWT.
Tanda riya' yang pertama adalah kerelaan terhadap ketidak tahuan tentang kejujuran niat dalam amal-amalnya. Sedangkan tanda kejujuran yang pertama adalah perhatian terhadap pengetahuan mengenai kejujuran niat, dan keikhlasan beramal.

Setiap amal yang pelakunya tidak awas terhadapnya, tidak pernah mengujinya, tidak pernah melakukan tes terhadapnya dan tidak pernah memeriksanya adalah amal yang masih samar. Sesuatu yang samar tidak akan pernah jelas hakikatnya, kecuali ketika di uji.

Amalan itu terbagi menjadi dua bentuk, bentuk yang pertama adalah bentuk rahasia, yang kedua adalah bentuk yang nyata. Siapa yang tidak mampu memperbaiki amalnya yang rahasia, maka ia akan lebih tidak mampu memperbaiki amal yang nyata. Siapa yang kuat memperbaiki amalnya yang nyata, berarti ia telah lebih lihai dalam memperbaiki amal yang rahasia.


Minggu, 12 Juli 2020 0 komentar

Tafsir Surat Al-Fatihah Menurut Tafsir Jalalain

بسم الله الرّحمن الرّحيم

  1. (Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang)
  2. (Segala puji bagi Allah) Lafal ayat ini merupakan kalimat berita, dimaksud sebagai ungkapan pujian kepada Allah berikut pengertian yang terkandung di dalamnya, yaitu bahwa Allah Ta'ala adalah yang memiliki semua pujian yang diungkapkan oleh semua hamba-Nya. Atau makna yang dimaksud ialah bahwa Allah Ta'ala itu adalah Zat yang harus mereka puji. Lafal Allah merupakan nama bagi Zat yang berhak untuk disembah. (Tuhan semesta alam) artinya Allah adalah yang memiliki pujian semua makhluk-Nya, yaitu terdiri dari manusia, jin, malaikat, hewan-hewan melata dan lain-lainnya. Masing-masing mereka disebut alam. Oleh karenanya ada alam manusia, alam jin dan lain sebagainya. Lafal "al-`aalamiin" merupakan bentuk jamak darilafal "`aalam", yaitu dengan memakai huruf ya dan huruf nun untuk menekankan makhluk berakal/berilmu atas yang lainnya. Kata 'aalam berasal dari kata `alaamah (tanda) mengingat ia adalah tanda bagi adanya yang menciptakannya.
  3. (Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang) yaitu yang mempunyai rahmat. Rahmat ialah menghendaki kebaikan bagi orang yang menerimanya.
  4. (Yang menguasai hari pembalasan) di hari kiamat kelak. Lafal "yaumuddiin’ disebutkan secara khusus, karena di hari itu tiada seorang pun yang mempunyai kekuasaan, kecuali hanya Allah Ta'ala semata, sesuai dengan firman Allah Ta'ala yang menyatakan,

    يَوْمَ هُمْ بَارِزُونَ ۖ لَا يَخْفَىٰ عَلَى اللَّهِ مِنْهُمْ شَيْءٌ ۚ لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ ۖ لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ
    Yauma hum bārizụn, lā yakhfā 'alallāhi min-hum syaī`, limanil-mulkul-yaụm, lillāhil-wāḥidil-qahhār
    "Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini (hari kiamat)? Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan."
    (QS Al-Mu'min: 16).

    Bagi orang yang membacanya "maaliki" maknanya menjadi "Dia Yang memiliki semua perkara di hari kiamat". Atau Dia adalah Zat yang memiliki sifat ini secara kekal, perihalnya sama dengan sifat-sifat-Nya yang lain, yaitu seperti "ghaafiruz dzanbi" (Yang mengampuni dosa-dosa). Dengan demikian maka lafal "maaliki yaumiddiin" ini sah menjadi sifat bagi Allah, karena sudah makrifah (dikenal).
  5. (Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan) Artinya kami beribadah hanya kepada-Mu, seperti mengesakan dan lain-lainnya,dan kami memohon pertolongan hanya kepada-Mu dalam menghadapi semua hamba-Mu danlain-lainnya.
  6. (Tunjukilah kami ke jalan yang lurus) Artinya bimbinglah kami ke jalan yang lurus, kemudiandijelaskan pada ayat berikutnya, yaitu:
  7. (Jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka), yaitu melalui petunjuk dan hidayah-Mu. Kemudian diperjelas lagi maknanya oleh ayat berikut: (Bukan (jalan) mereka yang dimurkai) Yang dimaksud adalah orang-orang Yahudi. (Dan bukan pula) dan selain (mereka yang sesat.) Yang dimaksud adalah orang-orang Kristen. Faedah adanya penjelasan tersebut tadi mempunyai pengertian bahwa orang-orang yang mendapat hidayah itu bukanlah orang-orang Yahudi dan bukan pula orang-orang Kristen. Hanya Allahlah Yang Maha Mengetahui dan hanya kepada-Nyalah dikembalikan segala sesuatu. Semoga selawat dan salam- Nya dicurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasalam. beserta keluarga dan para sahabatnya, selawat dan salam yang banyak untuk selamanya. Cukuplah bagi kita Allah sebagai penolong dan Dialah sebaik-baik penolong. Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan hanya berkat pertolongan Allah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar
Jumat, 10 Juli 2020 0 komentar

Kedermawanan Ba Misbah

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Suatu hari Sayidina Abdullah bin Syeikh Alaydrus duduk bercakap-cakap dengan para sahabatnya. Tiba-tiba beliau bertanya, “Adakah dermawan yang lebih murah hati daripada aku?”

Dua kali pertanyaan ini diajukan, tetapi semua diam, tidak ada seorang pun yang berani menjawab.  Namun, kemudian ada salah seorang dari mereka berkata, “Ya sayyidiy,  ada yang lebih murah hati daripada engkau.”

“Siapa dia?”

“Dia tak begitu dikenal.”

“Kau harus memberitahukan siapa orang itu. Tak ada alasan untuk menyembunyikannya dariku.”

“Dia adalah seorang lelaki lemah bernama Ba Misbah, tinggal di Kholif. Dia lebih murah hati daripada engkau.”

“Apa pekerjaan laki-laki ini?”

“Tukang celup pakaian.”

Setelah  hari malam, Habib Abdullah menyamar sebagai wanita, lalu pergi ke rumah Ba Misbah di Kholif. Sesampainya di sana, beliau mengetuk pintu rumah  Ba Misbah.

“Siapa…?” tanya Ba Misbah.

“Aku seorang syarifah alawiyah. Aku butuh sesuatu darimu.”

Dengan  perasaan senang, ia segera keluar menemui beliau.

“Selamat datang wahai  syarifah, segala puji syukur bagi Allah yang telah memilih kami untuk  memenuhi kebutuhanmu...” katanya setelah membuka pintu. Malam itu kebetulan adalah malam Idul Adha.

“Ya sayyidatiy, apakah kebutuhanmu, mintalah semua yang kau butuhkan. Hamba akan patuh kepadamu.” kata Ba Misbah.

“Aku  adalah seorang syarifah yang miskin. Anakku banyak. Aku tidak memiliki  ayah, saudara maupun suami. Besok hari raya, tapi kami tak memiliki  apa-apa.”

“Marhaba… Permintaan yang mudah bagi pelayanmu ini. Lalu apa yang kau inginkan?”

“Aku butuh makanan dan beras.”

“Siap!” ia lalu memberikan dua karung makanan dan dua karung beras.

Habib Abdullah tidak membawa barang itu pulang ke rumah, tapi beliau pergi ke belakang rumah Ba Misbah, lalu meletakkan makanan dan beras tersebut di sana. Beliau menunggu hingga Ba Misbah naik ke tingkat paling atas dari  rumahnya. Setelah merasa yakin bahwa Ba Misbah telah tidur, beliau  kembali ke rumah Ba Misbah, mengetuk pintunya.

“Siapa?” tanya Ba Misbah.

“Hababahmu, Syarifah yang tadi datang ke sini. Aku masih ada kebutuhan yang lupa kusampaikan kepadamu.”

“Selamat datang sayyidatiy, puji syukur bagi Allah yang telah memilih aku untuk memenuhi kebutuhanmu. Ini sebuah nikmat yang agung” Ia segera menemui Habib Abdullah dengan perasaan senang dan bahagia.

“Ya sayyidatiy, mintalah apa yang kau perlukan, aku adalah abdimu, milikmu”, katanya setelah membuka pintu.

“Aku lupa, kami berempat di rumah tidak memiliki pakaian. Aku butuh pakaian.”

“Siap...”  ia lalu mengambilkan 4 pakaian yang telah dicelup dan bergambar.  Pakaian-pakaian itu berkualitas tinggi, dan pakaian terbaik bagi wanita zaman itu adalah yang bergambar.

Habib Abdullah membawa pakaian tersebut ke belakang rumah Ba Misbah dan meletakkannya di tempat yang sama. Beliau mulai takjub dengan kebaikan akhlak Ba Misbah. Sebab, meski  diganggu di malam hari, ia tidak merasa susah dan jengkel. Setelah merasa yakin bahwa Ba Misbah telah tidur pulas, Habib Abdullah kembali ke rumah Ba Misbah untuk yang ke tiga kalinya.

Beliau mengetuk pintu rumahnya. Ba Misbah segera bangun dan bertanya, “Siapakah yang di luar?”

“Hababahmu, syarifah yang tadi datang ke sini. Aku lupa, masih ada satu kebutuhan lagi yang belum kusampaikan kepadamu.”

“Selamat datang, segala puji bagi Allah yang telah memilihku untuk memenuhi kebutuhanmu” Ba Misbah segera keluar menemui Habib Abdullah dengan  perasaan lebih senang dan bahagia dari sebelumya. Ia membukakan pintu seakan-akan Habib Abdullah baru pertama kali datang ke rumahnya.

“Ya sayyidatiy…, wahai penyejuk hatiku…, mintalah apa yang engkau butuhkan,  pelayanmu ini akan selalu patuh. Apa gerangan kebutuhamu sekarang?”

“Aku butuh minyak zaitun, minyak samin, dan beberapa kurma.”

“Marhaba…  Setiap kali kau butuh sesuatu mintalah kepadaku.” Ba Misbah segera  mengambilkan satu kantong minyak zaitun, satu kantong minyak samin, satu  wadah kurma.

“Ya sayyidatiy, ambillah barang-barang ini. Maafkan aku telah meyusahkanmu lantaran engkau lupa menyebutkan semua kebutuhanmu.  Jika masih ada yang terlupa, kembalilah kemari. Kedatanganmu ke rumahku ini merupakan nikmat terbesar yang diberikan Allah padaku.”

Habib  Abdullah mengambil semua pemberiannya, lalu pergi ke belakang rumah Ba Misbah. Habib Abdullah takjub melihat kebaikan akhlak Ba Misbah dan mukanya tidak berubah. Beberapa saat kemudian, setelah beliau yakin bahwa Ba Misbah telah tidur pulas, beliau kembali mengetuk pintu  rumahnya. Beliau ingin melihat sifat buruknya, atau perubahan wajah Ba  Misbah.

Ba misbah segera bangun dari tidurnya dan bertanya, ”Siapa itu?”

“Hababahmu, syarifah yang tadi datang ke sini. Masih ada keperluanku yang terlupakan. Cepatlah kemari.”

Ba  Misbah segera keluar dengan perasaan senang dan bahagia, seakan-akan  baru pertama kali syarifah itu mengetuk pintu rumahnya.

“Selamat datang sayyidatiy, penyejuk hatiku. Segala puji bagi Allah yang telah  mengistimewakanku dengan bolak-baliknya engkau ke rumahku. Mintalah apa  yang kau butuhkan. Aku adalah abdi dan pelayanmu. Dan memenuhi semua  kebutuhanmu adalah puncak cita-citaku.”

“Masih ada kebutuhan yang terlupakan olehku.”

“Apa  itu? Semua yang engkau butuhkan akan kusediakan. Jika tidak ada di sini, aku akan menjual diriku untuk membeli barang yang kau butuhkan.”

“Aku butuh daging untuk hari raya besok. Besok hari raya, tapi kami tidak memiliki sesuatu pun.”

“Demi Allah, di rumah pelayanmu ini tidak ada sesuatu pun kecuali satu kepala  kambing untuk hari raya anak-anaknya”, kata Ba Misbah sambil memegang  janggutnya, “Akan tetapi tidaklah benar jika anak-anak orang yang kopiahnya bau ini menikmati hari raya, sementara anak cucu Rasulullah SAW tidak berhari raya. Ambillah kepala kambing ini, dan berhari rayalah dengan anak-anakmu.”

Habib Abdullah membawa kepala kambing itu dan kembali meletakkannya di belakang rumah Ba Misbah. Habib Abdullah terheran-heran menyaksikan akhlak Ba Misbah. Beliau berkata dalam  hatinya, “Hanya seorang arifbillah saja yang akhlaknya seperti ini.  Laki-laki ini sedikit pun tidak melihat basyariah seseorang.”

Habib Abdullah diam di sana beberapa saat. Setelah merasa yakin bahwa Ba Misbah telah tidur pulas, ia segera kembali ke rumah Ba Misbah untuk  yang ke lima kalinya. Beliau ingin melihat sedikit saja perubahan dari sikap Ba Misbah, walaupun hanya sekedar perubahan raut wajah. Beliau kembali mengetuk pintu rumah Ba Misbah.

“Siapa itu ?”

“Hababahmu, syarifah yang tadi datang ke sini. Aku teringat satu lagi kebutuhanku.”

“Selamat  datang wahai cucu Rasulullah. Kenikmatan apa gerangan yang diberikan  Allah kepadaku di malam ini? Segala puji syukur bagi-Nya” Ia segera keluar dengan perasaan senang dan bahagia seakan-akan baru pertama kali  syarifah tersebut datang ke rumahnya.

“Selamat datang Ya sayyidatiy, dan  penyejuk hatiku. Mintalah semua yang kau butuhkan. Aku adalah abdi dan  pelayanmu. Aku patuh kepadamu.”

“Aku butuh kayu.”

“Marhaba.” 

Ia memanggil pembantunya, meminta kayu.

“Wahai hababahku, wahai pelipur hatiku, inilah kayu yang kau butuhkan. Setiap kali kau ingat suatu  kebutuhan, kembalilah ke sini. Sebab, melayanimu merupakan salah satu pendekatan diri yang paling baik kepada Allah.”

Habib Abdullah  membawa kayu itu, lalu meletakkannya di tempat yang sama. Beliau kagum  menyaksikan kebaikan akhlak Ba Misbah dan kelapangan hatinya. Tak sehelai rambut pun bergerak, tak sedikit pun raut wajah berubah. Beliau duduk sejenak hingga benar-benar yakin bahwa Ba Misbah telah pulas dalam  tidurnya. Beliau kembali mengetuk pintu rumahnya untuk yang ke enam  kali. Dalam hati, beliau berkata, “Mungkin kali ini raut wajahnya akan berubah, atau ia akan mulai menghina dan berkata kasar.”

Ba Misbah segera bangun dan bertanya, “Siapa yang mengetuk pintu?”

“Hababahmu, syarifah yang tadi ke sini. Masih ada satu kebutuhanku yang baru kuingat sekarang.”

“Marhaba…  Wahai hababahku, tuanku dan penyejuk hatiku.” Ba Misbah keluar dengan  perasaan lebih senang dan bahagia dari sebelumnya. Seakan-akan baru pertama kalinya syarifah itu mengetuk pintu rumahnya.

“Alhamdulillaah,  kenikmatan agung apa yang sedang diberikan Allah kepadaku ini. Aku  tidak berhak menerima kenikmatan ini. Mintalah apa yang kau butuhkan. Wahai sayyidatiy, setiap kali kau ingat sesuatu, datanglah ke sini. Aku  adalah abdi dan pelayanmu. Aku akan patuh kepadamu.”

“Aku butuh  seseorang untuk membawakan semua yang kau berikan kepadaku. Lihatlah,  semua yang kau berikan kuletakkan di belakang rumahmu. Aku tidak kuat  membawanya ke rumahku.”

“Beres! Kami akan mengantarkan  barang-barang itu ke mana pun engkau suka.” Ia kemudian membangunkan isteri, anak dan pembantunya. Mereka semua kemudian diperintahkannya membawa barang-barang syarifah tadi.

“Ya sayyidatiy, jalanlah  lebih dahulu, agar kami dapat mengikutimu” kata Ba Misbah.

Habib  Abdullah berjalan di depan mereka. Ketika sampai di Nuwaidiroh, Habib Abdullah berhenti dan berkata, “Wah…, aku datang bukan dari rumahku, dan  aku tidak kenal jalan ini, kecuali kalau aku memulai lagi dari rumah kalian. Mari kita kembali.”

“Marhaba….” Mereka semua kembali ke rumah Ba Misbah. Setelah sampai di sana, Habib Abdullah berkata,  “Sekarang aku ingat jalan menuju rumahku. Inilah jalannya.”

“Jalanlah  di muka…, agar kami dapat mengikutimu.” Beliau berjalan di depan, dan  mereka semua mengikutinya. Sesampainya di Nuwaidiroh, beliau berhenti.  “Aku kehilangan arah lagi. Apakah gerangan yang terjadi? Aku tidak dapat  mengingat jalan menuju rumahku, kecuali jika kita mulai lagi dari rumah  kalian. Mari kita balik ke sana.”

Mereka pun dengan senang hati  kembali ke rumah Ba Misbah. Habib Abdullah telah menguji Ba Misbah sampai pada puncaknya. Beliau ingin melihat lelaki itu marah, namun sedikit pun sikapnya tidak berubah hingga Habib Abdullah sendiri merasa kelelahan. Fajar mulai menyingsing, Habib Abdullah berkata kepada  mereka, “Sekarang telah masuk waktu fajar. Bukalah pintu rumah kalian,  aku ingin menunaikan salat Subuh di rumah kalian.”

“Selamat datang. Salatmu di rumah ini adalah nikmat terbesar bagi kami. Setiap  kali kau meminta sesuatu kepada pembantumu ini, ia akan menyediakannya  untukmu. Meskipun kau minta semua yang ada di rumahnya, ia akan  memberikannya kepadamu. Dan engkau sesungguhnya telah bermurah hati  kepada kami, karena telah mengistimewakan aku untuk memenuhi  kebutuhanmu.”

Ba Misbah lalu membuka pintu rumahnya. Setelah memasuki rumah, Habib Abdullah membuka cadar yang menutupi wajahnya dan berkata kepada Ba Misbah, “Sungguh beruntung kamu..., sungguh  beruntung..., kuucapkan selamat atas akhlakmu yang luhur ini. Demi Allah, kau seorang dermawan sejati, lebih murah hati dariku. Aku bukanlah seorang wanita. Aku adalah Abdullah bin Syeikh Alaydrus. Tidak ada seorang manusia pun akan mampu berperilaku dengan akhlak yang luhur  ini.”

Air mata Habib Abdullah menetes di pipi, ia berkata,  “Selamat… selamat… selamat… Maafkanlah aku. Semoga Allah menambah apa  yang telah Ia berikan kepadamu, dan menjadikan budi pekerti kita seperti  budi pekertimu…”

Setelah berpamitan, Habib Abdullah lalu pergi sambil memuji dan mendoakannya.

Sumber: https://majelisalmunawwarah.blogspot.com/2020/07/kedermawanan-ba-misbah.html
Minggu, 05 Juli 2020 0 komentar

Do'a Syeikh Abu Bakar bin Salim

بسم الله الرّحمن الرّحيم




Sumber: https://majelisalmunawwarah.blogspot.com/2014/07/doa-syeikh-abu-bakar-bin-salim.html
0 komentar

Gallery Foto Habib Idrus bin Abu Bakar bin Shofi Al-Habsyi

بسم الله الرّحمن الرّحيم


Habib Idrus bin Abu Bakar bin Shofi Al-Habsyi (Surabaya)

0 komentar

Gallery Foto Habib Ali bin Umar Bafaqih (Negara - Bali)

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Habib Ali bin Umar Bafaqih (Negara - Bali)
0 komentar

Do'a Rijalul Ghaib (Doa Aulia Allah Yang Mengenal Ilmu Ghaib)

بسم الله الرّحمن الرّحيم







Sumber: https://majelisalmunawwarah.blogspot.com/2014/06/doa-rijalul-ghaib.html
0 komentar

Do'a Nabi Khidir AS

بسم الله الرّحمن الرّحيم


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ اللّٰهُمَّ كَمَا لطَفْتَ بِلُطْفِكَ وَعَظَمَتِكَ دُونَ اللُطَفَاءِ ، وَعَلَوْتَ بِعَظَمَتِكَ عَلَى الْعُظَمَاءِ ، وَعَلِمْتَ مَا تَحْتَ أَرْضِكَ كَعِلْمِكَ بِمَا فَوْقَ عَرْشِكَ ، وَكَانَتْ وَسَاوِسُ الصَّدْرِ كَالْعَلَانِيَةِ عِنْدَكَ ، وَعَلَانِيَةُ الْقَوْلِ كَالسِّرِّ فيِ عِلْمِكَ ، وَانْقَادَ كُلُّ شَيْءٍ لِعَظَمَتِكَ ، وَخَضَعَ كُلُّ ذِي سُلْطَانِ لِسُلطَانِكَ، وَصَارَاَمْرُ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ كُلُّهُ بِيَدِكَ ، فَاجْعَلْ لِي مِنْ كُلِّ هَمٍّ وَغَمٍّ اَصْبَحْتُ وَاَمْسَيْتُ فِيهِ فَرَجًا وَمَخْرَجًا .

BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIIM. ALLAAHUMMA KAMAA LATHOFTA BILUTHFIKA WAADHOMATIKA DUUNALLU THOFAA'. WA 'ALAUTA BI 'ADHOMATIKA 'ALAL 'UDHOMAA' WA 'ALIMTA MAA TAHTA ARDLIKA KAʼILMIKA BIMAA FAUQO 'ARSYIK WA KAANAT WA SAAWISUSH SHODRIKAL 'ALAANIYATI 'INDAK WA 'ALAANIYATUL QOULI KAS SIRRI FII 'ILMIK WANQOODA KULLU SYAI-IN LI 'ADHOOMATIK ZWA KHODLO'A KULLU DZII SULTHOONIN LI SULTHOONIK WA SHOORO AMRUD DUNYAA WAL AAKHIROTI KULLUHUU BIYADIK FAJ'AL LII MIN HAMMIN WA GHOMMIN ASHBAHTU WA AMSAITU FIIHI FAROJAN WA MAKHROJAA
Ya Allah, sebagaimana Engkau telah sayangi dengan kelembutan dan keagunganMu terhadap orang-
orang yang lemah lembut. Engkau tinggikan dengan keagungan Mu atas orang-orang mulia. Engkau
mengetahui apa yang dibawah bumiMu sebagaimana pengetahuan Mu apa yang ada di ArsyMu.
Bisikan-bisikan hati sepertinya tampak bagiMu, tampaknya ucapan seperti rahasia dalam IlmuMu.
Segala sesuatu menjadi tunduk karena keagunganMu. Segala raja tunduk karena kekuasaanMu.
Perkara dunia dan akhirat semua terjadi karena genggaman tanganMu. Maka jadikanlah untukku
kemudahan dan jalan keluar dari tiap-tiap kesedihan dan kesusahan karena aku di waktu pagi maupun
di waktu sore.

اللّٰهُمَّ إِنَّ عَفْوَكَ عَنْ ذُنُوبِي ، وَتَجَاوُزَكَ عَنْ خَطِيئَتِي، وَسِتْرَكَ عَلٰى قَبِيْحِ عَمَلِي ، اَطْمَعَنِي أَنْ أَسْأَلُكَ مَا لَا اسْتَوْجِبُهْ بِمَا قَصَّرْتُ فِيهِ، اَدْعُوكَ اٰمِنًا ، وَاَسْأَلُكَ مُسْتَأْنِسًا، فَإِنَّكَ الْمُحْسِنُ إِلَيَّ وَإِلَى الْمُسِئُ إِلٰى نَفْسِي فِيْمَا بَيْنِي وَبَيْنَكَ ، تَتَوَدَّدُ إِلَيَّ بِالنِّعَمِ ، وَاتَبَغَّضَ إِلَيْكَ بِالْمَعَاصِي ، وَلَكِنِ الثِّقَةُ بِكَ حَمَلْتَنِي عَلَى الْجُرْأَةِ عَلَيْكَ ، فَعُدْ بِفَضْلِكَ وَاِحْسَانِكَ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

ALLAHUMMA INNI 'AFWAKA 'AN DZUNUBI, WATAJAWUZAKA 'AN KHATHI'ATI, WA SITRAKA 'ALAA QABIHI 'AMALI, ATHMA'ANI AN AS 'ALUKA MA LA ASTAWJIBUH MIMMA QASHARTU FIHI, AD'UKA AAMINAN. WA AS'ALUKA MUSTA' NISAAN, FAINNAKAL MUHSINU ILAYYA WA INNIL MUSI'U ILA NAFSI FIMAA BAINI WA BAINAKA, TATAWADDADU ILAYYA BINNI'AMI, WA ATABAGHADHA ILAIKA BIL MA'ASHI, WALAKINITS TSIQATU BIKA HAMALTANI ALAAL JUR'ATI ALAIKA, FA'UD BI FADLIKA WA IHSANIKA ALAYYA INNAKA ANTAT TAWWABUR RAHIMU.
Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku, niscaya Engkau akan diberi pahala atas dosaku, dan Engkau atas kejelekan karyaku Maafkanlah, karena Engkau baik kepadaku dan terhadap diriku sendiri dalam apa yang ada di antara aku dan di antara kamu, kamu akan diberikan kepadaku berkah, dan aku akan berpaling kepadamu. Tapi kepercayaan padamu membuatku berani melawanmu, jadi kembalikan rahmat dan kebaikanmu kepadaku. Sesungguhnya Engkau Maha Penyayang


Dibaca sesudah sholat maghrib dan shubuh

Sumber: https://majelisalmunawwarah.blogspot.com/2014/06/blog-post_5376.html
0 komentar

Do'a Ismul 'Adhom

بسم الله الرّحمن الرّحيم


Sumber: https://majelisalmunawwarah.blogspot.com/2014/06/blog-post_30.html
0 komentar

20 Musuh Iblis

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Ibnu Abbas ra. berkata, "Pada suatu hari Rasulullah bertanya pada iblis (rajanya setan), berapa banyak musuhmu dari kalangan umatku?" Iblis menjawab, "Ada dua puluh golongan, yaitu:

  1. Engkau, Muhammad, karena aku sangat membencimu
  2. Orang 'alim (berilmu, cerdik cendikia) yang mengamalkan (mengajarkan, menyebarluaskan) ilmunya.
  3. Orang yang hafal Alquran dan mengamalkan isinya.
  4. Mu'adzin yang mengumandangkan adzan sholat lima waktu dengan niat yang ikhlas karena Allah
  5. Orang yang mencintai fakir miskin dan anak yatim
  6. Orang yang berhati kasih sayang
  7. Orang yang menerima penuh kebenaran
  8. Remaja yang giat beribadah
  9. Orang yang hanya memakan barang halal
  10. Dua orang yang saling mencintai karena Allah
  11. Orang yang selalu sholat berjamaah
  12. Orang yang mau sholat Tahajud, saat kebanyakan orang terlelap tidur
  13. Orang yang mampu memelihara dirinya dari perbuatan dan ucapan haram
  14. Orang yang mampu menasehati saudaranya sementara di hatinya tidak ada maksud atau tendensi apapun (ikhlas)
  15. Orang yang selalu menjaga wudhunya
  16. Orang yang dermawan
  17. Orang yang berakhlaq mulia
  18. Orang yang meyakini bahwa rejeki itu sudah dijamin oleh Allah SWT
  19. Orang yang menyantuni janda miskin
  20. Orang yang menyiapkan bekal untuk menyambut kematiannya.



Disadur dari kitab Syarh Al-Munabbihaat 'Alal Isti'daad Li Yaumil Ma'aad, karya Syeikh Ibnu Hajar Asqalani.

Sumber: https://majelisalmunawwarah.blogspot.com/2014/06/20-musuh-iblis.html
Rabu, 01 Juli 2020 0 komentar

10 Dzulkaidah 1441 H (1 Juli 2020)

بسم الله الرّحمن الرّحيم


Qs Al Hasyr :18-19
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.


وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.

Rasulullah SAW bersabda:

لَا تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ جَسَدِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ مَاذَا عَمِلَ فِيْهِ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ
 (رَوَاهُ ابْنُ حِبَّانَ وَالتِّرْمِذِيُّ)


"Sebelum dua tapak kaki seorang hamba melangkah besok kepada hari kiamat, sehingga ditanya 4 perkara: yang pertama dari umurnya untuk apa dihabiskan, yang kedua dari badannya untuk apa dirusakkan, yang ketiga ilmunya untuk apa diperbuatnya, yang keempat dari hartanya darimana dia dapatkan dan untuk apa dia habiskan".

Hendaknya manusia menghitung atas apa yang telah diperbuatnya, karena sekecil apapun perbuatan itu baik mudharat maupun manfaat niscaya akan diperhitungkan dan mendapatkan balasan. Dan hal itu adalah sebuah tanggung jawab yang tidak akan bisa dihindari, apakah kita condong terhadap dunia ataupun condong terhadap akhirat.

Dzun-Nun Al-Misri menterjemahkan dalam surat Yasin Ayat 12:
إِنَّا نَحْنُ نُحْىِ الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَاقَّدُموا وَءَاثَارَهُمْ وَكُلَّ شَىْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُّبِينٍ
"Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang yang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab induk yang nyata (Lauh Mahfuzh)."

Amal itu adalah bentuk dari perbuatan, dan perbuatan itu tidak akan terlaksana tanpa niat, dan niat tanpa kesungguhan tidak akan terjadi. Maka kenapa niat yang begitu kuat tidak terlaksana disebabkan oleh pertimbangan dan mengutamakan banyak menggunakan dalil akal, dan ketahuilah pertimbangan itu muncullnya pasti keraguan, dan keraguan itu muncul disebabkan oleh cinta terhadap dunia.

Ada yang mengatakan cinta dunia itu pada materi, harta, padahal cinta kepada anak dan istrinya melebihi dari kadar cinta kepada Rasulullah SAW itu termasuk orang yang cinta dunia sekalipun dia orang yang miskin.

Amal itu dicatat itu bukanlah bentuk dhahir, dhahir itu suatu pekerjaan yang didasari oleh pengetahuan, dan pengetahuan yang tidak dimiliki melakukan amal dhahir pasti banyak salahnya, karena tidak sesuai dengan basyirahnya terhadap amal.

Bentuk orang tawadhu' ini karena hasil dari amalan sujudnya, dan sujudnya selalu penuh dengan rasa kehinaan terhadap Tuhannya, ada bentuk pengakuan dan penghambaan sehingga timbul rasa malu terhadap dirinya.

Barangsiapa yang mengetahui kelebihan orang lain niscaya dia akan banyak mengetahui kekurangan dirinya, tetapi apabila mengetahui banyak kelemahan dari orang lain niscaya dirinya banyak akan kekurangan dan kesalahannya yang tidak disadari.

Buruknya amal seseorang itu disebabkan buruknya amalan sholatnya, banyak dari mereka meninggalkan sholat, sehingga kebodohan melanda kepada dia, dan kebodohan itu dalam kepedihan. Dan mereka mengetahui dan mendengar perintah itu tetapi tetap meninggalkannya, bukan karena sibuk atau terhalang pekerjaan tetapi memang mereka banyak hujah dan alasannya, tidak menyadari bahwa dirinya adalah pengemis-pengemis hajat dihadapan Allah SWT.

Manusia beramal kebanyakan dari mereka hanya ikut-ikutan (taqlid) karena butanya mata hati mereka, dan banyak dari mereka terbatas oleh kondisinya sehingga sulit dalam mengambil keputusan yang benar.

8 Kondisi yang dialami manusia diambil dari kitab Risalah Al Mustarsyidin dari Al-Harits Al-Muhasibbi: Ketahuilah bahwa setiap orang tidak akan selalu mengalami satu kondisi saja dalam hidupnya, tetapi akan mengalami aneka kondisi yang selalu berubah dari satu ke satu yang lainnya yaitu:
  1. Temu
  2. Pisah
  3. Sulit
  4. Mudah
  5. Sehat
  6. Sakit
  7. Sedih
  8. Senang
Sayyidina Ali bin Abi Thalib berkata: "Wahai anak adam jangan senang karena kaya, jangan putus asa karena miskin, jangan bersedih karena tertimpa bencana, dan jangan gembira karena hidup makmur, karena emas akan diuji dengan api, sementara orang sholeh akan dicoba dengan musibah".

Sayyidina Umar bin Khattab berakata: "Aku tidak peduli keadaan yang kualami, apakah keadaan yang kusenangi ataukah yang tidak aku senangi, karena aku tidak tahu kebaikan ada di keadaan yang kusenangi atau keadaan yang tidak aku senangi."

 
;