Senin, 21 Februari 2022

19 Rajab 1442 H (21 Februari 2022)

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Imam Ghazali: "Orang yang paling berat siksanya pada hari kiamat adalah orang yang berilmu, yang ilmunya dijadikan tidak bermanfaat oleh Allah SWT."

Ilmu tidak bermanfaat apabila tujuannya untuk meraih dunia, menggantikan ayat-ayat dengan dunia yaitu harta, kemasyhuran, apalagi untuk kepentingan pribadinya. Karena Alim Ulama itu adalah pelitanya umat, apabila dia sudah dijadikan oleh Allah mengemban amanat itu sebagai orang yang berilmu lalu tidak digunakan untuk kepentingan umat melainkan untuk kepentingan dirinya sendiri maka orang seperti inilah yang akan ditelungkupkan oleh Allah di neraka terlebih dahulu.

Ibarat seorang Ulama adalah seperti sopir, apabila seorang supir ini masuk jurang maka semua pengikutnya juga akan masuk jurang, dan dia bertanggung jawab atas apa yang dibawanya. Sungguh menjadi Guru itu resikonya besar, maka janganlah sembarangan mengangkat Guru, terutama jika kamu berguru terhadap seorang Wali Qutub janganlah bermain-main terhadapnya, karena jika taat kamu akan mendapatkan sesuatu yang luar biasa, namun jika kamu tidak serius hukumannya juga akan sangat pedih.

Kedudukan setiap Alim itu saling mengenal satu sama lain walaupun tidak pernah berjumpa. Maka carilah Guru yang seperti itu yaitu mereka yang sudah di angkat oleh Nabi Muhammad sebagai pewarisnya. Janganlah ikut dengan ulama yang plin-plan yang selalu mengurusi dunia niscaya kamu juga akan cinta dunia.

Orang yang tidak tidur itu bukan hanya melek, tetapi banyak mengerjakan ibadah-ibadah, menambahkan ilmu, menghafal doa dan lain sebagainya. Sampai datang waktu Allah tidak menidurkan seorang hamba tersebut karena rindu akan suara doa-doanya. Maka latihlah dirimu untuk dikehendaki dengan memperbanyak melakukan sholat-sholat sunnah.

Janganlah kamu berdoa namun tetap membawa dosa-dosamu, maka teruslah berdoa dan bermunajat dan jangan hiraukan terkabulnya doa.

Besarkanlah jiwamu, karena jiwa yang kecil tidak akan mampu berjumpa dengan manusia yang paling mulia, apalagi tolak ukurnya adalah uang. Dan orang yang berjiwa besar selalu sibuk menambahkan ilmunya, menambahkan pengetahuannya bukan sibuk dengan urusan dunia.

Manusia itu ada 3 golongan: 
  1. Orang yang memulai dengan kebajikan sejak dini kemudian dia konsisten hingga meninggal dunia itulah orang yang Muqorrobbin.
  2. Orang yang memulai umurnya dengan dosa-dosa dan kelalaian yang panjang kemudian dia kembali dalam keadaan bertaubat maka itu disebut orang Shahibul Yamin (Golongan kanan)
  3. Orang yang memulai kejelekan dari dini namun keadannya tetap sampai meninggal dunia maka disebut Shahibul Sima (Golongan Kiri)
Kita ini tergantung dari orang tua kita, apakah orang tuamu ahli dunia atau ahli akhirat. Jika orang tuamu ahli akhirat pasti tidak mungkin menjadikanmu ahli dunia pasti dipondokkan dan ingin jadi orang sholeh, begitupun sebaliknya maka dia akan diajarkan bagaimana kerja dan masa depan bagus punya uang banyak.

Apabila seorang bertemu dengan orang ilmunya lebih tinggi darinya maka dia seperti halnya seperti Ghanimah, Jika bertemu dengan yang sama ilmunya maka dia bisa saling belajar dan menimba ilmu, apabila dia bertemu dengan orang yang lebih rendah ilmunya darinya dia bersifat tawadhu' dan sudi mengajarinya.

Hilangkanlah segala kepentingan yang bersifat duniawi, karena itu adalah sebuah kerugian.

Perkara yang jelas maka ikutilah, perkara yang sesatnya jelas maka tinggalkanlah, perkara yang tidak jelas serahkan pada ahlinya.

Sayyidina Ali bin Abi Thalib berdoa: Ya Allah aku berlindung kepadamu dari mengatakan suatu ilmu tanpa ilmu.

Kekuatan manusia itu apabila bisa menundukkan dan mengendalikan hawa nafsunya, barulah terbuka kebenaran. Selama tidak bisa maka dia tidak akan tahu keburukan yang dilakukan itu dan dalam kelalaian selamanya.

Merasa keberatan atas ketetapan takdir Allah SWT itu berarti matinya agama, matinya tauhid, matinya tawakkal, dan keikhlasan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;