Senin, 29 November 2021 0 komentar

Kesedihan Saat Do'a Terkabul Meminta Nasi Biryani

بسم الله الرّحمن الرّحيم

SEPENGGAL KISAH NYATA DARI ABUYA AS SAYYID MUHAMMAD BIN ALAWI AL MALIKI YANG PERLU KITA TELADANI

diceritakan oleh salah satu santri Beliau

Pada suatu malam di bulan ramadhan, Abuya Sayyid Muhammad Almaliki sangat sibuk dengan banyak hal, sehingga Beliau baru siap untuk beristirahat pada pukul 02.00 dini hari.
Ketika Beliau siap untuk beristirahat tiba-tiba Beliau berkata: "Andai saja ada nasi biryani yang masih panas"

Saya pun tersenyum karena menganggap kalimat Abuya tersebut hanya sebuah candaan, tetapi sepertinya Abuya memang sedang membayangkan nasi biryani, mungkin dikarenakan kesibukan beliau sejak selesai tarawih tadi membuat Beliau merasa lapar lebih cepat.
Beberapa saat kemudian terdengar suara bel pintu gerbang berbunyi, kami pun terkejut karena ada tamu tengah malam begini.

Tak lama kemudian penjaga pintu gerbang datang memberi tahu bahwa ada seseorang yang ingin bertemu dengan Abuya, saya lupa siapa orang tersebut, yang pasti dia orang Makkah murid Abuya.
Dengan perasaan aneh Abuya mengizinkan tamu itu masuk.

Tamu tersebut masuk membawa nampan besar yang tertutup, nampan itu diletakkan di hadapan Abuya yang sedang duduk di kursi.

Setelah basa basi sebentar, tamu tersebut pamit untuk pulang, suasana masih sedikit tegang karena kami merasa tidak wajar seorang murid Abuya berani menemui Beliau di tengah malam hanya untuk memberikan makanan.

Abuya menyuruh seorang dari kami untuk membuka nampan besar tersebut, ternyata isinya adalah nasi biryani yang masih panas.
Kami semua tersenyum dan tiba-tiba sadar kalau sepuluh menit yang lalu Abuya menginginkan nasi biryani.

Namun tiba-tiba Abuya beristighfar berulang-ulang, wajah beliau nampak sangat sedih.
Beliau kemudian berkata: "Andai saja tadi aku menginginkan ampunan ALLAH saja, andai saja tadi aku tidak menginginkan nasi biryani." Abuya merasa ALLAH mengabulkan keinginan Beliau, maka Beliau sangat menyesal karena keinginan itu adalah kenikmatan dunia, yaitu nasi biryani.
Penyesalan itu membuat Abuya menjadi tidak selera makan, Beliau nampak sedih seperti kehilangan sesuatu yang amat berharga!
Semoga bermanfaat.

Rabu, 17 November 2021 0 komentar

Do'a Berlindung Dari Api Neraka

بسم الله الرّحمن الرّحيم

رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا إِنَّهَا سَاءَتْ مُسْتَقَرَّا وَمُقَامًا

RABBANASHRIF 'ANNAA 'ADZAABA JAHANNAMA 'INNA ADZAABAHAA KAANA GHARAAMAAN INNAHAA SYAA'AT MUSTAQARRAA WA MUQAAMAAN

Yaa Rabb kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasan yang kekal. Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.
(Qs. Al-Furqan: 65:66)


0 komentar

Do'a Memohon Ampun, Teguh Pendirian Dan Pertolongan Terhadap Orang Kafir

بسم الله الرّحمن الرّحيم

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَإِسْرَ افَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا علَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

RABBANAGH FIRLANAA DZUNUBANAA WA 'ISRAFANAA FII 'AMRINAA WA TSABBIT 'AQDAAMANAA WANSURNAA 'ALAAL QAUMIL KAFIRINA

Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami, dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami, dan tengahkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.


Rabu, 03 November 2021 0 komentar

Manaqib Habib Muhammad bin Salim bin Ahmad bin Hasan Al-Athas)

بسم الله الرّحمن الرّحيم


Al-Habib Muhammad bin Salim bin al-Imam al-Quthb al-Habib Ahmad bin Hasan al-Athas
Beliau adalah salah satu Ulama Besar Singapura dari kalangan Saddah Alawiyyin.


Dilahirkan di Huraidhah, 13 Rabiul Tsani 1324 H (6 Juni 1906), dari pasangan al-Habib Salim bin Ahmad al-Athas dan Hubabah Khadijah binti Abdullah al-Athas.

Ayahnya adalah seorang tokoh Ulama di Huraidhah, putra dari al-Habib Ahmad bin Hasan al-Athas, wali besar yang Masyhur di zamannya. Dan ibunya putri dari al-Habib Abdullah bin Alwi al-Athas, penggagas Thariqah Athasiyyah di Hadhramaut.

Disamping didikan orangtua dan kakek-kakenya, beliau juga berkesempatan menimba ilmu dari sejumlah pembesar Ulama di Tarim kala itu, diantaranya:
  • al-Habib Abdullah bin Umar asy-Syathiri
  • al-Habib Zein bin Abdullah al-Athas
  • al-Habib Hasan bin Muhammad Bilfaqih
  • al-Habib Abdul Barri bin Syeikh al-'Aydrus
  • al-Habib Alwi bin Abdurrahman al-Masyhur
  • al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Masyhur
  • al-Habib Muhammad bin Salim as-Sirri
  • asy-Syeikh Muhammad bin Awadh Bafadhal
  • asy-Syeikh Abu Bakar bin Ahmad al-Khatib
  • asy-Syeikh Abdullah bin Ahmad al-Khtib
  • asy-Syeikh Umar bin Sa'id Bagharib,
dan banyak Ulama lainnya.

Usia 20 Tahun, beliau datang ke Indonesia dan berguru kepada al-Habib Abdullah bin Muhsin al-Athas Shahib Empang.

Tahun 1936 Habib Muhammad mulai hijrah ke tanah Melayu. Tempat pertama yang disinggahinya adalah kampung Air Hitam di Johor.



Kemudian beliau singgah di Pulau Pinang tahun 1939, atas undangan sahabatnya, asy-Syeikh Hasan bin Muhammad Bajunaid, dan berkat bantuannya beliau bisa mencetak Kitab Miftahul Imdad (kumpulan wirid dan dzikir kakeknya, Habib Ahmad bin Hasan al-Athas).
Kemudian pada Tahun 1942 beliau hijrah ke Singapura, dan diangkat menjadi Imam di Masjid Haji Yusoff..

Kemudian beliau mendirikan Masjid Ba'alwie di Lewis Road, 9 September 1952. Dan beliau lebih fokus berdakwah dengan menjadi Imam di masjidnya itu. Berkat keluhuran akhlaqnya, dakwahnya mudah diterima segala lapisan masyarakat di Singapura kala itu.

Beliau wafat hari Ahad, 25 April 1976 dalam Usia 70 Tahun. Jenazah mulianya dimakamkan di Pusara Aman (Old Chua Kang Road).

Syeikh Arifin bin Ali bin Hasan berziarah ke Makam Habib Muhammad bin Salim bin Ahmad bin Hasan Al-Athas (Singapore)



Senin, 01 November 2021 0 komentar

1 November 2021

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Bab Hukuman (Risalah Al-Amin)
Seorang yang kuat logikanya pasti dia lebih kuat dan cenderung menggunakan pikirannya, lebih cenderung ke perhitungannya, sehingga dia tidak mampu menghitung segala anugerah dari Tuhannya, maka sedikit sekali orang yang sudah mempunyai ilmu pengetahuan itu untuk bisa meyakini atas kebenaran janji-janji Tuhannya.

Petolongan dari Allah itu tidak untuk siapa-siapa tetapi untuk dirasakan bagi orang-orang yang sudah taqwa, jadi orang yang belum taqwa mustahil bisa merasakan anugerah karena anugerah itu bentuk kemuliaan dan kemuliaan itu diraih dengan ketaqwaan bukan dengan sistematik atau kehendak manusia itu sendiri, dengan cara mereka atau pola pikir mereka, sama sekali tidak.

Anugerah itu bukan pemberian, karena pemberian orang yang tidak taqwa pun mendapatkan pemberian, tetapi anugerah ini sesuatu yang bisa dirasakan oleh orang yang bertaqwa, dan pasti segala aspek kehidupannya menjadi rahmat. Mereka di ibaratkan orang yang mendapatkan cahaya, sehingga berjalan tidak tersandung-sandung karena mengetahui persis apa yang menjadi jalan mereka.

Jadi garis besarnya pada umumnya manusia itu lebih cenderung melakukan pekerjaan daripada berpikir, sehingga saat ditengah perjalanan baru dia berpikir, inilah tanda-tanda dia jauh dari Allah, karena tidak ada satupun mahluk dimukan bumi ini yang bisa bergerak tanpa izinnya, tetapi tidak perlu meminta izin karena eksistensinya (akalnya) lebih kuat sehingga terjerumus dalam kesesatan, dan kurangnya hati-hati (wara').

Anugerah itu diberikan kepada orang yang selalu bertalian dan mencari petunjuk kepada Allah, bukan untuk mereka yang menguatkan idealismenya, pemikirannya, maka seperti yang telah disebutkan dalam Al-Qur'an sesungguhnya mereka tidaklah mengetahui, sehingga hidupnya terjebak dan selalu mengulang-ngulang.

Orang yang kuat eksistensinya dia tidak akan pernah mengetahui mahalnya waktu, betapa berharganya waktu, sehingga selalu dalam kerugian, membuang peluang untuk belajar, membuang peluang untuk meneliti agama, hal-hal itu adalah orang yang sangat rugi dalam kehidupannya karena mereka memang belum memiliki anugerah, hanya menunggu waktu saja sampai datang kematian tanpa mengerti agama sama sekali.

Janganlah berdoa agar kebahagiaanmu dan kebutuhanmu terpenuhui tanpa disertai kebahagiaan bermunajat dengan kekasihmu, Allah. Hal tersebut akan menjadikanmu termasuk ke dalam golongan orang-orang yang terhalang.

Berhati-hatilah dengan kenyamanan, karena saat dirimu terlena dengan kenyamanan itu membuatmu tidak siap dengan keadaan menderita.

Tidak ada kemuliaan yang paling agung selain kemuliaan iman dan mengikuti sunnah, siapa saja yang diberi kitab dan sunnah lantas dia merindukan yang lain, maka dia termasuk hamba yang pembohong dan pendusta.

Barangsiapa yang mengerjakan Wajib tanpa sunnah hukumnya batal, apalagi hanya mengerjakan sunnah dan meninggalkan yang wajib. Maka banyak manusia di zaman ini melakukan hal seperti itu karena memang akal mereka belum sampai kepada keimanan.

Orang yang bisa menghargai waktu adalah orang yang cerdas, orang yang cerdas adalah orang yang selalu menyiapkan bekal-bekal untuk mati. Maka hidup ini sangat singkat, hanya orang yang sadar saja yaitu cerdas yang menyadarinya, tidak meluangkan sedikitpun waktunya kecuali untuk yang manfaat. Bergegaslah kamu mencari kebenaran di sisi Tuhanmu, bukan mencari kepuasan atau kesenangan untuk dirimu sendiri.

Banyak orang yang membuat hal baru sebagai ekspresi hawa nafsu, mereka yang rusak dengan kedok ilmu, mereka mengabdikan diri dalam kesesatan sehingga hal tersebut memalingkan mereka total dari kitabullah dan sunnah Rasulullah SAW, maka ilmu menjadi hijab yang memisahkan antara mereka dan Allah, terhadap mereka yang terjerumus kedalam golongan ini maka pesan Syeikh Abu Hasan: "Setiap ilmu yang kau rasakan ada keraguan didalamnya, menyenangkan hawa nafsu, dan naluri merasa nikmat maka buanglah meskipun benar".

Ilmu yang paling mahal adalah petunjuk, maka tanpa ilmu pasti tidak memiliki petunjuk, padahal untuk mendapat petunjuk harus taqwa, taqwa diraih dengan ilmu, ilmu dengan petunjuk.

Ikhlas yang tidak diketahui oleh sosok malaikat untuk ditulis, atau oleh sosok setan untuk dirusak, tidak pula oleh hawa nafsu untuk dibengkokkan. Ilmu adalah nur dan ditempatkan di qalbu orang mukmin yang bersih.

Ikhlas itu dibagi menjadi 2: yang pertaman adalah keikhlasan yang berharap balasan dan pahala, yang kedua adalah keihkhlasan yang menjadikan Allah adalah tujuan utama, bahkan tidak apapun darinya. Keikhlasan yang pertama disebut As-Shadiqin dan yang kedua adalah As-Sidi qin


 
;