Kamis, 20 September 2018

Manaqib Syeikh Jamaluddin Surgi Mufti Al-Banjari

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Syeikh Jamaluddin Surgi Mufti Al-Banjari

Syeikh Jamaluddin Al-Banjari atau yang kerap disapa Tuan Guru Surgi Mufti dilahirkan di Desa Dalam Pagar, Martapura tahun 1817 Masehi, putra pasangan Haji Abdul Hamid Kosasih dan Hj. Zaleha.

Tumbuh dalam lingkungan agama yang kuat, beliau adalah keturunan dari Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari atau yang juga disebut Datuk Kalampayan.

Sejak masa muda beliau sudah belajar menuntut ilmu di Makkah dan masuk dalam jajaran Ulama Haramain, pada tahun 1894 beliau kembali ke Banjarmasin pada saat masa-masa konfrontasi dengan belanda. Beliau memilih untuk berdakwah meski harus 'toleransi' dengan belanda, sehingga pada tahun 1899 beliau diangkat sebagai mufti yang memegang keputusan mengenai huku syariah bagi warga islam Banjar, Selain menguasi ilmu syariat dan hukum beliau juga sebagai ahli falaqiyah (astronomi). Beliau juga yang menentukan kapan awal dan akhir Ramadhan pada masa itu serta memutuskan urusan pertanian untuk kapan bercocok tanam yang baik.

Tingginya ilmu beliau sehingga menimbulkan berbagai karomah, pernah pada suatu hari saat Beliau berceramah mengatakan "Disetiap air pasti ada ikannya" kalimat yang sepotong ini terdengar sekilas oleh belanda, kemudian datang ide orang belanda untuk menggodanya dan memanggil Tuan Guru Surgi Mufti untuk membuktikkan ucapannya dengan memberikan sebuah kelapa dan berkata 'didalam kelapa ini ada air apakah ada juga ikannya?', maka dibelah kelapa tersebut, seketika air yang keluar juga bersamaan dengan seekor ikan yang menggelepar keluar dari kelapa tadi. Semenjak kejadian tersebut para petinggi Belanda semakin menaruh rasa hormat kepadanya dengan memberikan julukan Surgi Mufti.

Adapun istilah surgi mufti itu adalah surgi berarti suci, mufti adalah pemimpin. Walaupun beliau hidup dizaman pemerintahan Belanda, tetapi gaya hidup keluarga beliau tetaplah seperti kebanyakan gaya hidup para ulama kebanyakan. Keteguhannya dalam menjalankan hidup menjadi bukti bahwa ilmu agamanya itu lebih tinggi daripada aturan dunia, bahkan keteguhannya menjadikan Beliau tidak mengikuti zaman melainkan menjaga zaman tersebut.

Kepemimpinannya disukai oleh pemerintahan belanda dan dakwahnya disukai dan dinanti oleh para murid-muridnya. Selain itu beliau tidak pernah melakukan pengajian diluar rumah, melainkan orang yang hendak belajar mengaji akan datang kerumahnya. Berbondong-bondonglah manusia mendatangi rumahnya untuk mencari ilmu, mengambil warisan Rasulullah SAW, bahkan tidak hanya dari Kalimantan saja melainkan dari beberapa wilayah yang lain.

Beberapa karomah beliau yang lain ada kala waktu beliau lagi melakukan perjalanan ada warga yang melapor kepada beliau perhiasannya terjatuh kedalam sungai, seketika saat perahu berjalan tangan beliau direntangkan kedalam sungai, lalu begitu diangkat tiba-tiba perhiasan yang hilang itu sudah berada pada tangan beliau. Bahkan riwayat lain mengatakan bahwa saat beliau melakukan perjalanan tersebut dari sungai jingah menggunakan perahu yang bocor, berhari-hari dijalan perahu tersebut aman dan tenggelam begitu beliau sudah sampai tujuan di martapura.

Tepat tanggal 8 Muharram 1348 H Tuan Guru Surgi Mufti berpulang ke Rahmatullah pada hari Sabtu pukul 15:00 WITA menjelang sholat Ashar di Sungai Jingah. Dimakamkan di sebuah kubah yang dulunya menjadi tempat beliau mengajar murid-muridnya semasa hidupnya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;